Akankah Indonesia Impor Beras?

Rabu, 07 Desember 2022 - 10:56 WIB
loading...
A A A
Kebutuhan beras Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Jika ketersediaan beras berkurang, secara tidak langsung akan mengganggu aktivitas masyarakat akibat tidak tercukupinya kebutuhan beras. Wilayah Jawa dan Sumatera masuk kategori cukup berkelanjutan ketersediaan beras, sedangkan Kalimantan, Sulawesi, dan wilayah lainnya masuk kategori kurang berkelanjutan. Neraca Beras Indonesia menunjukkan hampir 52,94% wilayah di Indonesia surplus beras, sisanya 47,06% defisit.

Apabila stok beras dalam negeri menipis makan akan memicu kelangkaan dan kenaikan harga beras. Kenaikan harga beras akan memperparah kondisi penduduk miskin di Indonesia. Hal ini dikarenakan konsumsi beras merupakan penyumbang terbesar garis kemiskinan dan makanan menjadi pengeluaran terbesar penduduk miskin.

Jika harga beras naik, maka dibutuhkan banyak uang untuk mencukupi kebutuhan dasarnya, sehingga alokasi pengeluaran yang lain semakin berkurang. Kenaikan harga beras juga mendorong pertambahan jumlah penduduk miskin akibat naiknya garis kemiskinan. Penduduk hampir miskin yang semula aman berada di atas garis kemiskinan, akan jatuh ke jurang kemiskinan akibat kenaikan harga beras.

Suplai Data Beras
Data produksi beras NFA dan Kementan saat ini sudah satu data karena disuplai oleh Badan Pusat Statistik (BPS) setiap bulan melalui hasil Survei Kerangka Sampel Area (KSA). Survei KSA ini diinisiasi oleh BPPT, didukung oleh Kementerian ATR/BPN, BIG, serta LAPAN guna memperbaiki perhitungan luas panen padi memanfaatkan citra satelit beresolusi tinggi. Dengan demikian, data yang dikumpulkan menjadi lebih akurat dan tepat waktu sehingga sudah clear dari sisi data produksi. Persoalannya muncul ketika akan menghitung stok beras yang ada.

Kementan bersama BPS merilis survei cadangan beras nasional (SCBN) 2022 yang mencakup penghitungan ketersediaan cadangan beras di tingkat institusi. Fakta lapangan menunjukkan stok beras nasional periode 31 Maret 2022 mencapai 9,11 juta ton beras, kemudian 30 April 2022 meningkat menjadi 10,15 juta ton, sedangkan Juni 2022 turun menjadi 9,71 juta ton.

Sekitar 68% stok beras Juni 2022 berada di institusi rumah tangga mencapai 6,6 juta ton, kemudian di pedagang 1,04 juta ton, Bulog 1,11 juta ton, penggilingan 0,69 juta ton dan horeka (hotel, restoran, katering) maupun industri sebesar 0,28 juta ton.

Hasil SCBN mengonfirmasi bahwa stok beras mencukupi dan akan bertambah seiring dengan adanya panen tiap bulan hingga akhir Desember 2022. Syaratnya, tidak terjadi gangguan panen padi seperti banjir dan serangan hama pada beberapa sentra beras di Indonesia, yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.
(bmm)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0903 seconds (0.1#10.140)