Refleksi KUPI 2: Mewujudkan Peradaban yang Berkeadilan
loading...
A
A
A
An an Aminah, M.Pd
Wakil Fatayat NU Ciamis
Pengurus Fatayat NU Jawa Barat
KONGRES Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) ke-2 dalam kurun waktu setiap 5 tahun sekali ini kembali diselenggarakan di Semarang dalam agenda International Conference dan di Jepara pada kegiatan inti. Kegiatan ini terbuka bagi yang sudah mendaftarkan diri dan dinyatakan lolos oleh panitia KUPI 2.
Peserta yang dinyatakan lolos ini berasal dari seluruh daerah di Tanah Air hingga mancanegara. Jumlah peserta yang lolos pada KUPI 2 ini lebih dari 1.600 orang. Inilah salah satu motivasi saya mengikuti KUPI 2 karena bisa berbagi dan mendengar paradigma setiap orang dari berbagai kalangan, berbagai ormas islam, berbagai budaya, adat, hingga berbagai suku bangsa.
Kamis, 24 November 2022 kereta jurusan Cirebon-Semarang berangkat pukul 10.00 WIB dengan lama perjalanan 2 jam 30 menit. Stasiun Cirebon adalah stasiun terdekat dari Ciamis sampai ke Semarang.
Setelah tiba di Semarang, peserta KUPI 2 perlu menggunakan transportasi darat kurang lebih 3,5 jam untuk sampai ke Jepara. Untungnya, travel cukup banyak menuju Jepara sehingga pukul 17.00 WIB saya sudah tiba.
Awalnya, saya sempat bertanya-tanya mengapa lokasi KUPI 2 ini diselenggarakan di Jepara, yang aksesnya tidak cukup mudah untuk kebanyakan orang dari daerah lain. Bayangkan saja, jika naik bus, perjalanan Ciamis-Jepara ditempuh kurang lebih 12 jam.
Namun pertanyaan itu terjawab dalam pembukaan KUPI 2 pada Kamis malam, 24 November 2022. Ketua Majelis Musyawarah KUPI Hj Badriyah Fayumi menjelaskan, beberapa alasan mengapa KUPI 2 digelar di Jepara.
Pertama, karena pimpinan Ponpes Hasyim Asy’ari adalah sosok yang sangat peduli terhadap isu-isu kesetaraan dan berhasil mengembangkan pesantren yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kedua, ada 3 tokoh perempuan berpengaruh di Jepara yakni Ratu Shima, Ratu Kalinyamat, dan RA Kartini.
Ratu Shima dan Ratu Kalinyamat merupakan perempuan yang membawa kemajuan bagi Jepara. Ratu Kalinyamat dikisahkan beberapa orang sebagai ratu kemaritiman. Sementara RA Kartini, seperti kita tahu bersama, adalah tokoh kesetaraan perempuan yang memperjuangkan hak-hak perempuan, khususnya dalam mendapatkan pendidikan.
Mendengar alasan fundamental yang sangat filosofis ini, rasanya perjalanan melelahkan dari Ciamis-Cirebon-Semarang hingga sampai di Jepara ini tidak sia-sia. Ada kepuasan batin meneladani ke-3 tokoh perempuan itu. Jika tidak berangkat ke Jepara, sepertinya saya tidak akan tahu sejarah ini.
Wakil Fatayat NU Ciamis
Pengurus Fatayat NU Jawa Barat
KONGRES Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) ke-2 dalam kurun waktu setiap 5 tahun sekali ini kembali diselenggarakan di Semarang dalam agenda International Conference dan di Jepara pada kegiatan inti. Kegiatan ini terbuka bagi yang sudah mendaftarkan diri dan dinyatakan lolos oleh panitia KUPI 2.
Peserta yang dinyatakan lolos ini berasal dari seluruh daerah di Tanah Air hingga mancanegara. Jumlah peserta yang lolos pada KUPI 2 ini lebih dari 1.600 orang. Inilah salah satu motivasi saya mengikuti KUPI 2 karena bisa berbagi dan mendengar paradigma setiap orang dari berbagai kalangan, berbagai ormas islam, berbagai budaya, adat, hingga berbagai suku bangsa.
Kamis, 24 November 2022 kereta jurusan Cirebon-Semarang berangkat pukul 10.00 WIB dengan lama perjalanan 2 jam 30 menit. Stasiun Cirebon adalah stasiun terdekat dari Ciamis sampai ke Semarang.
Setelah tiba di Semarang, peserta KUPI 2 perlu menggunakan transportasi darat kurang lebih 3,5 jam untuk sampai ke Jepara. Untungnya, travel cukup banyak menuju Jepara sehingga pukul 17.00 WIB saya sudah tiba.
Awalnya, saya sempat bertanya-tanya mengapa lokasi KUPI 2 ini diselenggarakan di Jepara, yang aksesnya tidak cukup mudah untuk kebanyakan orang dari daerah lain. Bayangkan saja, jika naik bus, perjalanan Ciamis-Jepara ditempuh kurang lebih 12 jam.
Namun pertanyaan itu terjawab dalam pembukaan KUPI 2 pada Kamis malam, 24 November 2022. Ketua Majelis Musyawarah KUPI Hj Badriyah Fayumi menjelaskan, beberapa alasan mengapa KUPI 2 digelar di Jepara.
Pertama, karena pimpinan Ponpes Hasyim Asy’ari adalah sosok yang sangat peduli terhadap isu-isu kesetaraan dan berhasil mengembangkan pesantren yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kedua, ada 3 tokoh perempuan berpengaruh di Jepara yakni Ratu Shima, Ratu Kalinyamat, dan RA Kartini.
Ratu Shima dan Ratu Kalinyamat merupakan perempuan yang membawa kemajuan bagi Jepara. Ratu Kalinyamat dikisahkan beberapa orang sebagai ratu kemaritiman. Sementara RA Kartini, seperti kita tahu bersama, adalah tokoh kesetaraan perempuan yang memperjuangkan hak-hak perempuan, khususnya dalam mendapatkan pendidikan.
Mendengar alasan fundamental yang sangat filosofis ini, rasanya perjalanan melelahkan dari Ciamis-Cirebon-Semarang hingga sampai di Jepara ini tidak sia-sia. Ada kepuasan batin meneladani ke-3 tokoh perempuan itu. Jika tidak berangkat ke Jepara, sepertinya saya tidak akan tahu sejarah ini.