6 Perwira Tinggi Kelahiran Malang Berkarier Cemerlang, Nomor 2 Mantan Panglima TNI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI) kelahiran Malang, Jawa Timur, memiliki karier militer cemerlang. Salah satunya adalah Marsekal TNI (Purn) Hadi Tjahjanto yang pernah menjabat sebagai Panglima TNI .
Berdasarkan pengertiannya, perwira tinggi merupakan kelompok pangkat tertinggi dalam organisasi militer. Pangkat terendah perwira tinggi dicirikan dengan tanda satu bintang, sementara pangkat tertinggi memiliki tanda empat bintang.
Pangkat perwira tinggi di masing-masing matra TNI berbeda-beda. Perwira tinggi TNI Angkatan Darat terbagi dalam empat jenjang, yakni Jenderal (bintang empat), Letnan Jenderal (bintang tiga), Mayor Jenderal (bintang dua), dan Brigadir Jenderal (bintang satu).
Kemudian pangkat perwira tinggi TNI Angkatan Laut juga terbagi dalam empat jenjang. Masing-masing Laksamana (bintang empat), Laksamana Madya bintang tiga), Laksamana Muda (bintang dua), dan Laksamana Pertama (bintang satu).
Pun begitu dengan pangkat perwira tinggi TNI Angkatan Udara. Terdiri dari empat jenjang, yakni Marsekal (bintang empat), Marsekal Madya (bintang tiga), Marsekal Muda (bintang dua), dan Marsekal Pertama (bintang satu).
Berikut ini 6 perwira tinggi TNI kelahiran Malang yang berkarier cemerlang:
1. Jenderal TNI (Purn) Rudini
FOTO/IST
Rudini merupakan jenderal bintang empat yang berasal dari Malang, Jawa Timur. Ia lahir di masa Hindia Belanda pada 15 Desember 1929 dari pasangan Raden Ismangoen Poepohandojo dan Raden Ajoe Koesbandijah itu. Nama Rudini pernah sangat populer saat menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri) di era Presiden Soeharto (1988-1993).
Sebagai anak priyayi, Rudini berkesempatan mendapatkan pendidikan yang memadai. Selepas SMA, ia menempuh pendidikan di Akademi Militer Kerajaan (Koninklijke Militaire Academie, KMA) di Breda, Belanda. Setelah lima tahun, Rudini pulang ke Tanah Air dan dilantik menjadi perwira dengan pangkat Letnan Dua (Letda).
Setelah itu, Rudini pernah mengikuti sejumlah pendidikan militer. Antara lain, Suski, Bandung (1961); Para, Bandung (1964); Jump Master, Bandung (1966); Suspala, Bandung (1967); Seskoad, Bandung (1970); International Defence Management Course, AS (1973); dan Lemhanas, Jakarta (1977).
Berdasarkan pengertiannya, perwira tinggi merupakan kelompok pangkat tertinggi dalam organisasi militer. Pangkat terendah perwira tinggi dicirikan dengan tanda satu bintang, sementara pangkat tertinggi memiliki tanda empat bintang.
Pangkat perwira tinggi di masing-masing matra TNI berbeda-beda. Perwira tinggi TNI Angkatan Darat terbagi dalam empat jenjang, yakni Jenderal (bintang empat), Letnan Jenderal (bintang tiga), Mayor Jenderal (bintang dua), dan Brigadir Jenderal (bintang satu).
Kemudian pangkat perwira tinggi TNI Angkatan Laut juga terbagi dalam empat jenjang. Masing-masing Laksamana (bintang empat), Laksamana Madya bintang tiga), Laksamana Muda (bintang dua), dan Laksamana Pertama (bintang satu).
Pun begitu dengan pangkat perwira tinggi TNI Angkatan Udara. Terdiri dari empat jenjang, yakni Marsekal (bintang empat), Marsekal Madya (bintang tiga), Marsekal Muda (bintang dua), dan Marsekal Pertama (bintang satu).
Berikut ini 6 perwira tinggi TNI kelahiran Malang yang berkarier cemerlang:
1. Jenderal TNI (Purn) Rudini
FOTO/IST
Rudini merupakan jenderal bintang empat yang berasal dari Malang, Jawa Timur. Ia lahir di masa Hindia Belanda pada 15 Desember 1929 dari pasangan Raden Ismangoen Poepohandojo dan Raden Ajoe Koesbandijah itu. Nama Rudini pernah sangat populer saat menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri) di era Presiden Soeharto (1988-1993).
Sebagai anak priyayi, Rudini berkesempatan mendapatkan pendidikan yang memadai. Selepas SMA, ia menempuh pendidikan di Akademi Militer Kerajaan (Koninklijke Militaire Academie, KMA) di Breda, Belanda. Setelah lima tahun, Rudini pulang ke Tanah Air dan dilantik menjadi perwira dengan pangkat Letnan Dua (Letda).
Setelah itu, Rudini pernah mengikuti sejumlah pendidikan militer. Antara lain, Suski, Bandung (1961); Para, Bandung (1964); Jump Master, Bandung (1966); Suspala, Bandung (1967); Seskoad, Bandung (1970); International Defence Management Course, AS (1973); dan Lemhanas, Jakarta (1977).