Menyegarkan Kembali Kepemimpinan Muhammadiyah

Rabu, 16 November 2022 - 20:52 WIB
loading...
Menyegarkan Kembali...
Faozan Amar. FOTO/DOKUMEN PRIBADI
A A A
Faozan Amar
Dosen FEB UHAMKA, Sekretaris LDK PP Muhammadiyah, dan Staf Khusus Menteri Sosial

MUHAMMADIYAH akan melaksanakan Muktamar ke-48 pada 19-20 November 2022 di Surakarta, Jawa Tengah. Rencana Muktamar akan dibuka secara resmi oleh Presidan Joko Widodo di Stadion Manahan Solo dan ditutup oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

Berbeda dengan sebelumnya, muktamar kali ini dilaksanakan secara hybrid dan jamak qashar, yakni dengan memadukan offline dan online, sebagai bagian dari ikhtiar untuk mencegah penyebaran wabah Covid-19. Muktamar dilaksanakan secara tatap muka langsung, tapi dengan memperhatikan protokol kesehatan Covid-19. Pertemuan secara tatap muka ini diputuskan dalam Tanwir Muhammadiyah dan Aisyiyah. Peserta Muktamar pun harus sudah mendapat vaksin ketiga (booster), selalu memakai masker, dan mencuci tangan dengan air bersih. Hal yang sama juga berlaku untuk penggembira.

Karena Muktamar dilaksanakan secara jamak qashar, maka sidang pleno I muktamar telah yang berisi laporan pertanggungjawaban Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 2015-2022 dan tanggapan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah beserta organisasi otonom telah dilaksanakan secara hybrid pada 12 November 2022.

Ada lima agenda utama Muktamar, yakni 1). Laporan Pertanggungjawaban PP Muhammadiyah 2015-2022, 2). Pembahasan program Kerja Muhammadiyah 2022-2027, 3). Risalah Islam Berkemajuan, 4). Membahas isu-isu umat dan kemanusiaan global dan 5). Memilih anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027 dan Ketum PP Muhammadiyah periode 2022-2027.

Dengan mengusung tema Muktamar Muhammadiyah; Memajukan Indonesia, Mencerahkan, Muhammadiyah berusaha berkhidmat memberikan pelayanan dan melaksanakan program yang bermanfaat bagi umat dan bangsa, seperti yang selama ini telah dilakukan selama 110 tahun. Di samping itu, Muhammadiyah juga terus berusaha berperan lebih besar dalam memajukan Indonesia dan memperluas spektrum pergerakan di ranah dunia sebagai implementasi dari ajaran Islam yang rahmatan lil alamin.

Karena itu, Muhammadiyah ke depan perlu lebih memperkuat peran kebangsaan dan peran di ranah internasional. Hal ini penting dan strategis karena sebagai pendiri bangsa (founders), Muhammadiyah harus ikut bertanggung jawab dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan Indonesia merdeka, sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD 1945.

Muhammadiyah perlu lebih hadir mewarnai berbagai kebijakan negara, terutama yang terkait langsung dengan dakwah dan amal usaha yang selama ini digeluti oleh Muhamamdiyah, seperti pendidikan, kesehatan, sosial dan ekonomi. Selama ini peran tersebut belum berjalan dengan maksimal karena mobilitas pimpinan dan komunikasi eksternal Muhammadiyah yang terbatas.

Selama lima tahun terakhir ini, peran Muhammadiyah di dunia internasional jauh berkurang, bahkan nyaris tidak terdengar. Peran tersebut sekarang ini lebih banyak diambil oleh organisasi lain, khususnya Nahdlatul Ulama. Hal ini antara lain terkendala oleh mobilitas pimpinan yang terbatas karena kendala bahasa dan juga jaringan internasional.

Oleh karena itu, ke depan Muhammadiyah perlu untuk lebih proaktif bergerak di ranah dunia internasional dengan terus membuka dan memperkuat akses jaringan kerja sama yang saling menguntungkan. Hal ini guna untuk penguatan gerakan dakwah yang mencerahkan, pengembangan amal usaha dan kaderisasi bagi organisasi otonom Muhammadiyah seperti Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Nasyiatul 'Aisyiyah (NA), dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).

Untuk mewujudkan maksud dan tujuan tersebut, maka dalam Muktamar Muhamamdiyah ke-48 ini perlu disiapkan tim untuk kepemimpinan Muhammadiyah periode 2022-2027. Pertama, muda. Rata-rata usia pimpinan saat ini di atas 60 tahun. Dengan besarnya amal usaha Muhammadiyah dan cakupan wilayah Muhammadiyah yang tersebar dari sabang sampai Merauke, maka Muhammadiyah perlu dipimpin oleh orang-orang muda yang punya semangat dan etos kerja yang tinggi. Darah segar dari kalangan muda akan mempercepat Gerakan Muhammadiyah dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Kedua, enerjik. Tak hanya muda tapi juga enerjik. Ini penting agar Gerakan Muhamamdiyah tidak mengalami kejumudan, baik dalam berpikir, bersikap maupun dalam bertindak yang lebih progresif dan berkemajuan, sehingga energi positif Muhammadiyah terus menyebar dan mengakar dimanapun eksistensinya akan diakui dunia.

Ketiga, diterima kalangan internal dan eksternal Muhammadiyah. Hal ini penting agar Muhammadiyah menjadi gerakan yang semakin inklusif, laksana matahari yang menyinari seluruh alam semesta tanpa terkecuali, sehingga eksistensi Gerakan dakwah Muhammadiyah dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat, dengan tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan.

Keempat, memiliki jaringan dalam dan luar negeri yang kuat dan luas. Dengan jaringan yang kuat, maka memudahkan dakwah Muhammadiyah dalam merambah berbagai kalangan dibelahan dunia manapun. Pimpinan Muhammadiyah tidak merasa canggung dan minder dalam berbicara dan bergaul dengan kalangan dunia internasional. Sehingga kiprah gerakan Islam berkemajuan semakin mendunia.

Kelima, kritis tetapi tetap santun. Sebagai Gerakan dakwah amar maruf nahi munkar (QS Al Imran 103), Muhammadiyah harus mampu menyeimbangkan antara mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran. Jika mengajak kebaikan, hampir semua kalangan akan menyukainya. Namun jika mencegah kemungkaran, maka mereka yang terusik kepentingannya pasti tidak suka. Karena itu, pemimpin Muhammadiyah ke depan harus kritis tapi santun dalam menyampaikannnya. Sehingga
Muhammadiyah semakin disegani, dalam percaturan kehidupan berbangsa, bernegara, dan ranah internasional.

Keenam, dekat dengan akar rumput. Dakwah Muhammadiyah kepada kaum mustadhaafin harus terus dilakukan, karena itu bagian dari jatidiri Gerakan Muhammadiyah. Karena itu, pemimpin Muhammadiyah ke depan harus mau turun bersama umat, dekat dengan akar rumput, menangis dan tertawa bersama umat. Sehingga mengendalikan organisasi dengan penuh kesungguhan tidak hanya dengan tulisan dan berwacana yang justru kadang membingungkan.

Terakhir, memiliki kualifikasi ulama-intelektual. Ini penting karena Muhammadiyah adalah organisasi sosial keagamaan. Pimpinan Muhammadiyah memiliki bacaan Al-Qur'an yang fasih dan tartil, pengetahuan keagamaan yang mendalam serta intelektual bereputasi. Sehingga dapat diandalkan dan menjadi kebanggaan bagi pimpinan dan anggota-anggotanya.

Oleh karena itu, Muktamar Muhammadiyah yang telah mengalami penundaan selama 2 tahun 8 bulan, tidak hanya harus mampu menghasilkan program-program yang dapat memajukan organisasi yang bermanfaat bagi umat dan bangsa tetapi juga harus melahirkan pemimpin Muhammadiyah yang lebih menyegarkan, enerjik dan berkemajuan untuk mencerahkan semesta. Wallahua'lam.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1343 seconds (0.1#10.140)