Pemerintah Pastikan Tak Ada Hubungan Vaksin Covid-19 dan Gangguan Ginjal Akut
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah memastikan vaksinasi Covid-19 tidak ada hubungannya dengan kasus gangguan ginjal akut yang belakangan merebak. Hingga saat ini tidak ada bukti ilmiah keterkaitan keduanya.
"Sampai saat ini tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan kejadian tersebut berkaitan dengan vaksin maupun penyakit Covid-19," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 dr Reisa Broto Asmoro dalam keterangan persnya, Kamis (27/10/2022).
Reisa menjelaskan, vaksin Covid-19 di Indonesia saat ini baru diberikan untuk anak usia 6 tahun ke atas. Meski begitu, kata Reisa, pemerintah sampai saat ini terus melakukan berbagai penyelidikan dan investigasi terkait penyakit gangguan ginjal akut.
"Ternyata diakibatkan oleh cemaran bahan toksik yakni etilen glikol dan deetilen glikol. Kedua bahan ini tidak pada vaksin. Maka jangan takut dan khawatir untuk melengkapi vaksinasi bagi anak usia 6 tahun ke atas," kata Reisa.
Terkait penanganan apabila muncul demam pascavaksinasi, kata Reisa, maka dapat dilakukan pertolongan di rumah dengan memakaikan baju anak yang ringan, tipis, serta berbahan baik untuk menyerap keringat. Jika anak kedinginan dapat diberikan selimut tipis. Hindari pakaian yang tebal, topi atau kaus kaki yang dapat meningkatkan suhu tubuh anak.
"Yang kedua berikanlah cairan ekstra jangan sampai anak dehidrasi. Selain air mineral anak dapat mengkonsumsi cairan dalam bentuk sup, rebusan kaldu dan jus buah. Kemudian yang ketiga lakukan kompres dengan air hangat, terutama di dahi, lipatan ketiak, lipatan paha dan hindari kompres dingin yang justru dapat meningkatkan suhu tubuhnya. Yang keempat aga suhu ruangan agar tetap sejuk dan nyaman," jelasnya.
Baca juga: Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak Bertambah Jadi 269 Kasus, Pasien Meninggal Terbanyak di DKI Jakarta
Reisa mengatakan, apabila anak mengalami demam dan keluhan-keluhan lebih dari 3 hari, disarankan membawanya ke layanan kesehatan untuk mendapatkan obat dan penanganan yang tepat. "Perkembangan informasi begitu cepat terjadi terkait kesehatan masyarakat, maka pastikan untuk terus memantau update melalui kanal resmi pemerintah untuk menghindari misinformasi ataupun hoax dan mitos," katanya.
"Sampai saat ini tidak ada bukti ilmiah yang membuktikan kejadian tersebut berkaitan dengan vaksin maupun penyakit Covid-19," kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 dr Reisa Broto Asmoro dalam keterangan persnya, Kamis (27/10/2022).
Reisa menjelaskan, vaksin Covid-19 di Indonesia saat ini baru diberikan untuk anak usia 6 tahun ke atas. Meski begitu, kata Reisa, pemerintah sampai saat ini terus melakukan berbagai penyelidikan dan investigasi terkait penyakit gangguan ginjal akut.
"Ternyata diakibatkan oleh cemaran bahan toksik yakni etilen glikol dan deetilen glikol. Kedua bahan ini tidak pada vaksin. Maka jangan takut dan khawatir untuk melengkapi vaksinasi bagi anak usia 6 tahun ke atas," kata Reisa.
Terkait penanganan apabila muncul demam pascavaksinasi, kata Reisa, maka dapat dilakukan pertolongan di rumah dengan memakaikan baju anak yang ringan, tipis, serta berbahan baik untuk menyerap keringat. Jika anak kedinginan dapat diberikan selimut tipis. Hindari pakaian yang tebal, topi atau kaus kaki yang dapat meningkatkan suhu tubuh anak.
"Yang kedua berikanlah cairan ekstra jangan sampai anak dehidrasi. Selain air mineral anak dapat mengkonsumsi cairan dalam bentuk sup, rebusan kaldu dan jus buah. Kemudian yang ketiga lakukan kompres dengan air hangat, terutama di dahi, lipatan ketiak, lipatan paha dan hindari kompres dingin yang justru dapat meningkatkan suhu tubuhnya. Yang keempat aga suhu ruangan agar tetap sejuk dan nyaman," jelasnya.
Baca juga: Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak Bertambah Jadi 269 Kasus, Pasien Meninggal Terbanyak di DKI Jakarta
Reisa mengatakan, apabila anak mengalami demam dan keluhan-keluhan lebih dari 3 hari, disarankan membawanya ke layanan kesehatan untuk mendapatkan obat dan penanganan yang tepat. "Perkembangan informasi begitu cepat terjadi terkait kesehatan masyarakat, maka pastikan untuk terus memantau update melalui kanal resmi pemerintah untuk menghindari misinformasi ataupun hoax dan mitos," katanya.
(abd)