Urgensi VAR untuk Sepak Bola Indonesia
loading...
A
A
A
Presiden FIFA Gianni Infantino meminta PSSI mulai berinvestasi sistem Video Assistant Referee (VAR) dalam kompetisi kasta tertinggi, yakni Liga 1. Permintaan tersebut diungkapkan anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Vivin Cahyani Sungkono seusai rapat dengan Infantino di GBK Arena, Selasa (18/10) sore.
Investasi VAR ini ditekankan FIFA tentu diarahkan untuk membenahi kompetisi. Apa yang disampaikan Infantino sudah pasti bukan berasal dari ruang hampa, tapi berdasar informasi yang diterimanya dan hasil diskusi dengan anggota Exco PSSI. Tidak murah memang untuk mendanai infrastuktur VAR yang membutuhkan anggaran Rp85 miliar. Namun Gianni Infantino menekankan, dengan keberadaan VAR integritas pertandingan akan semakin meningkat.
Perwasitan memang menjadi salah satu masalah terpelik di antara setumpuk persoalan yang mendera persebakbolaan di Tanah Air. Kepemimpinan seorang wasit yang tidak profesional, bukan hanya memuat kompetisi di Tanah Air jauh dari definisi bertintegras, tapi juga rawan memicu anarkisme karena tidak berhenti menyulut emosi supporter yang merasa tim kesayangannya dipecundangi.
Bertumpuk-tumpuk persoalan wasit tanpa pernah terselesaikan pada akhirnya memicu rasa frustasi penggemar sepak bola Tanah Air. Persepsi bahwa wasit sering memberi keuntungan pada klub tertentu atau selalu berpihak pada tuan rumah pun lazim terdengar. Bahkan, fakta ini terverisikasi riset yang dilakukan Liga 1 Stats sejak musim 2017. Data yang diluncurkan usai berakhirnya BRI Liga 1 musim 2021-2022 lalu menemukan adanya tiga tim yang paling sering mendapat hadiah pinalti. Masing-masing adalah Borneo SMR dengan 32 kali penalti, Persija (30), dan Bali United (29).
Carut marut wasit bukan isapan jempol. Selama berlangsung kompetisi Liga 1 2022/2023 yang kini dihentikan pascakasus Tragedi Kanjuruhan, tercatat terjadi sejumlah keputusan kontroversi wasit. Kontroversi dimaksud di antaranya pinalti yang diberikan wasit Totok Fitrianto pada laga Persib vs PSIS. Padahal faktanya, dalam tayangan ulang bola tidak mengenai tangan pemain PSIS Jonathan Cantillana. Pinalti yang dieksekusi striker Persib David Da Silva menjadi penentu kemenungan 2:1 Persib atas PSIS.
Atas berbagai kontroversi yang muncul, PSSI telah resmi hukum enam wasit kontroversial Liga 1 2022-2023. Keenam wasit itu dianggap telah melanggar Law of the Game (LOTG) hingga pekan kelima Liga 1 2022-2023 dan akan menjalani pembinaan sebelum kembali ke lapangan untuk memimpin pertandingan.Yang pertama adalah Nendhi Roehandi. Dia adalah asisten wasit tambahan yang mengambil keputusan yang janggal dalam pertandingan Persija Jakarta vs RANS Nusantara FC pada 20 Agustus 2022.
Selain itu, sebanyak tiga wasit diberi hukuman pembinan selama delapan bulan karena keputusannya di laga Persib Bandung kontra RANS yang digelar pada 4 September 2022 silam. Wasit utama David Son Sansube dihukum pembinaan delapan pekan karena tidak memberikan penalti kepada Persib usai terjadi pelanggaran di kotak penalti.
Dalam pertandingan sepak bola, peran wasit sangat vital, dengan tugas utgama mengatur jalannya permainan dan menjaga agar pertandingan bebas kecurangan antar masing-masing tim. Sebagai alat penegakan hukum pertandingan, mereka diberi kekuasaan untuk menjatuh hukuman, termasuk di dalamnya dibekali kartu merah dan kuning.
Bila wasit mampu menjalankan perannya dengan baik, harapan pertandingan berjalanfair playtentu bisa diwujudkan. Namun, Dari berbagai fakta yang ada, persoalan wasit muncul karena masalah profesionalitas. Faktor lain yang sayup-sayup terdengar adalah karena rendahnya integritas, sehingga mereka rawan disuap untuk berbagai kepentingan. Namun apapun penyebabnya, realitasnya wasit di Tanah Air masih menjadi bagian dari persoalan.
Idealnya, wasit di Indonesia harus menjalani pendidikan, hingga memiliki standar profesionalitas FIFA. Tapi tampaknya, perhatian federasi terhadap peningkatan kapasitas pengadil lapangan ini belum begitu terlihat. Karena itulah, melengkapi fasilitas stadion dengan VAR seperti diusulkan Gianni Infantino bisa menjadi solusi. Sepak bola Eropa yang sudah berperadaban tinggi masih membutuhkan VAR, sedangkan sepak bola Indonesia yang masih acak adul tentu jauh lebih membutuhkan!
Investasi VAR ini ditekankan FIFA tentu diarahkan untuk membenahi kompetisi. Apa yang disampaikan Infantino sudah pasti bukan berasal dari ruang hampa, tapi berdasar informasi yang diterimanya dan hasil diskusi dengan anggota Exco PSSI. Tidak murah memang untuk mendanai infrastuktur VAR yang membutuhkan anggaran Rp85 miliar. Namun Gianni Infantino menekankan, dengan keberadaan VAR integritas pertandingan akan semakin meningkat.
Perwasitan memang menjadi salah satu masalah terpelik di antara setumpuk persoalan yang mendera persebakbolaan di Tanah Air. Kepemimpinan seorang wasit yang tidak profesional, bukan hanya memuat kompetisi di Tanah Air jauh dari definisi bertintegras, tapi juga rawan memicu anarkisme karena tidak berhenti menyulut emosi supporter yang merasa tim kesayangannya dipecundangi.
Bertumpuk-tumpuk persoalan wasit tanpa pernah terselesaikan pada akhirnya memicu rasa frustasi penggemar sepak bola Tanah Air. Persepsi bahwa wasit sering memberi keuntungan pada klub tertentu atau selalu berpihak pada tuan rumah pun lazim terdengar. Bahkan, fakta ini terverisikasi riset yang dilakukan Liga 1 Stats sejak musim 2017. Data yang diluncurkan usai berakhirnya BRI Liga 1 musim 2021-2022 lalu menemukan adanya tiga tim yang paling sering mendapat hadiah pinalti. Masing-masing adalah Borneo SMR dengan 32 kali penalti, Persija (30), dan Bali United (29).
Carut marut wasit bukan isapan jempol. Selama berlangsung kompetisi Liga 1 2022/2023 yang kini dihentikan pascakasus Tragedi Kanjuruhan, tercatat terjadi sejumlah keputusan kontroversi wasit. Kontroversi dimaksud di antaranya pinalti yang diberikan wasit Totok Fitrianto pada laga Persib vs PSIS. Padahal faktanya, dalam tayangan ulang bola tidak mengenai tangan pemain PSIS Jonathan Cantillana. Pinalti yang dieksekusi striker Persib David Da Silva menjadi penentu kemenungan 2:1 Persib atas PSIS.
Atas berbagai kontroversi yang muncul, PSSI telah resmi hukum enam wasit kontroversial Liga 1 2022-2023. Keenam wasit itu dianggap telah melanggar Law of the Game (LOTG) hingga pekan kelima Liga 1 2022-2023 dan akan menjalani pembinaan sebelum kembali ke lapangan untuk memimpin pertandingan.Yang pertama adalah Nendhi Roehandi. Dia adalah asisten wasit tambahan yang mengambil keputusan yang janggal dalam pertandingan Persija Jakarta vs RANS Nusantara FC pada 20 Agustus 2022.
Selain itu, sebanyak tiga wasit diberi hukuman pembinan selama delapan bulan karena keputusannya di laga Persib Bandung kontra RANS yang digelar pada 4 September 2022 silam. Wasit utama David Son Sansube dihukum pembinaan delapan pekan karena tidak memberikan penalti kepada Persib usai terjadi pelanggaran di kotak penalti.
Dalam pertandingan sepak bola, peran wasit sangat vital, dengan tugas utgama mengatur jalannya permainan dan menjaga agar pertandingan bebas kecurangan antar masing-masing tim. Sebagai alat penegakan hukum pertandingan, mereka diberi kekuasaan untuk menjatuh hukuman, termasuk di dalamnya dibekali kartu merah dan kuning.
Bila wasit mampu menjalankan perannya dengan baik, harapan pertandingan berjalanfair playtentu bisa diwujudkan. Namun, Dari berbagai fakta yang ada, persoalan wasit muncul karena masalah profesionalitas. Faktor lain yang sayup-sayup terdengar adalah karena rendahnya integritas, sehingga mereka rawan disuap untuk berbagai kepentingan. Namun apapun penyebabnya, realitasnya wasit di Tanah Air masih menjadi bagian dari persoalan.
Idealnya, wasit di Indonesia harus menjalani pendidikan, hingga memiliki standar profesionalitas FIFA. Tapi tampaknya, perhatian federasi terhadap peningkatan kapasitas pengadil lapangan ini belum begitu terlihat. Karena itulah, melengkapi fasilitas stadion dengan VAR seperti diusulkan Gianni Infantino bisa menjadi solusi. Sepak bola Eropa yang sudah berperadaban tinggi masih membutuhkan VAR, sedangkan sepak bola Indonesia yang masih acak adul tentu jauh lebih membutuhkan!
(ynt)