CPOPC Kampanyekan Peran Petani Perempuan dalam Pembangunan Berkelanjutan

Jum'at, 14 Oktober 2022 - 16:36 WIB
loading...
CPOPC Kampanyekan Peran Petani Perempuan dalam Pembangunan Berkelanjutan
CPOPC luncurkan kampanye digital #elaeiswomen yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran petani perempuan kelapa sawit dalam pembangunan di pedesaan dan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Memperingati Hari Perempuan Pedesaan Sedunia yang jatuh pada 15 Oktober, Council of Palm Oil Producing Countries ( CPOPC ) atau Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit meluncurkan kampanye digital #elaeiswomen. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran petani perempuan kelapa sawit dalam pembangunan di pedesaan dan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Kampanye digital ini berupaya menunjukkan bentuk-bentuk praktik pemberdayaan perempuan di sektor pertanian, khususnya industri kelapa sawit, menyediakan banyak ruang dan peluang bagi perempuan berkontribusi dalam pembangunan di wilayah pedesaan.

Sekretaris Jenderal CPOPC Rizal Affandi Lukman mengatakan, gerakan digital ini merupakan upaya dalam menjalankan amanat salah satu tugas sesuai piagam pendirian, yaitu meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit. Menurutnya, petani adalah salah satu mata rantai pemasok utama industri kelapa sawit di mana pun dan siapa pun negara pengekspor sawit.

"Karena itu, CPOPC menyampaikan pandangan mereka melalui platform media sosial, sebagai media mainstream dunia, kepada para pengambil kebijakan perdagangan dan kelompok konsumen agar lebih berimbang melihat sawit dari berbagai sisi keberlanjutan yang di antaranya sudut pandang petani," kata Rizal Affandi Lukman, Jumat (14/10/2022).

Kampanye digital yang dilakukan berupa produksi video untuk konten media sosial mengenai kiprah sejumlah petani perempuan kelapa sawit di seluruh penjuru dunia. Mereka adalah Nurhayati (Indonesia), Indai Patrck (Malaysia), Fanny Germania Ortiz (Kolombia), Ruth Sackey (Ghana), Elizabeth Rodriguez Gollardo (Honduras), dan Mamel Tamia Milang (Papua New Guinea).

"Masing-masing narasumber tampil dalam video berdurasi sekitar 2 hingga 5 menit. Ke-12 video yang telah selesai produksinya dan diunduh di saluran YouTube CPOPC," kata Rizal.

Masing-masing perwakilan petani perempuan mengisahkan bagaimana komoditas pertanian seperti kelapa sawit menjadi jalan bagi mereka dalam berkontribusi melalui penguatan kapasitas, pemberdayaan di tingkat keluarga dan komunitas, bahkan mendapatkan hak milik atas lahan perkebunan.

Selain konten video, produk lainnya dari gerakan digital ini adalah infografis yang memuat data-data penting terkait petani perempuan dan industri kelapa sawit di masing-masing negara anggota dan pengamat CPOPC. "Sebagai contoh di Indonesia, jumlah petani perempuan diestimasi 50% dari 2,6 juta petani kelapa sawit saat ini," katanya.

Di Malaysia, tepatnya di Sarawak, ada aturan hukum yang khusus mengatur kepemilikan atas tanah adat dari kelompok pemukim asli (indigenous people) atau Native Customary Right (NCR). Peraturan ini menempatkan secara setara laki-laki dan perempuan untuk kepemilikan tanah.

Selanjutnya di Kolombia, sekitar 6.000 produsen kelapa sawit terlibat di sektor ini dengan 80% di antara masuk kategori dikelola oleh petani. Di Ghana, perempuan banyak terlibat di pengelolaan hasil kelapa sawit, di mana 60% dihasilkan dari perkebunan petani dan 76% kebutuhan CPO dalam negeri dipasok oleh mereka.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1709 seconds (0.1#10.140)