Konsistensi Koperasi Koerintji Barokah Merajut Asa Petani Kopi
loading...
A
A
A
“Dulu, sebelum ada bantuan (pihak ketiga), kopi-kopi hasil panen petani di tempat saya itu banyak yang busuk, karena tiga sampai empat hari tak diolah, hanya ditumpuk karena tidak ada beli. Sejak ada bantuan banyak pihak terkait, usaha yang dibangun semakin berkembang, baik dari segi permodalan, manajemen, proses pengolahan, hingga pasar penjualan produk yang dihasilkan,” tutur dia.
baca juga: Mengenal Kopi Gayo, Kopi Arabika asal Aceh yang Mendunia
Triyono menceritakan, Koperasi Koerintji Barokah Bersama yang dipimpinnya, berdiri pada Juni 2017, atas kerja sama antara petani kopi, pemerintah daerah dan LSM Rikolto. Koperasi ini dibentuk untuk memberdayakan petani setempat dan mengembangkan komoditas kopi melalui praktik budidaya yang ramah lingkungan.
Penyortiran biji kopi yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga yang tergabung
di Koperasi Koerintji Barokah. Foto: Instragram Koperasi Koerintji Barokah.
Memberdayakan organisasi petani untuk memasuki pasar internasional saat ini, Koperasi Koerintji Barokah beranggotakan 320 petani dengan 12 kelompok tani yang mengolah lahan kopi seluas 140 hektare, tersebar di Kecamatan Gunung Tujuh, Kayu Aro dan Kayu Aro Barat.
"Koperasi Koerintji Barokah konsisten dengan kualitas dan terus berinovasi. Itu yang membuat kopi kami unggul hingga sekarang dan kualitasnya dipercaya oleh pembeli,” ujarnya.
baca juga: Jaga Keberlanjutan Kopi Indonesia, 36 Petani Kopi Bersaing di Kompetisi Internasional
Kualitas dan konsistensi Koperasi Koerintji Barokah inilah yang membuat mereka bertahan di masa pandemi. Meskipun harga kopi mengalami penurunan, namun pemesanan masih terus ada sehingga petani tetap mendapatkan penghasilan.
“Harapan saya agar bisa semakin banyak petani yang bergabung sehingga volume meningkat dan kami bisa memenuhi permintaan pasar. Selain itu, petani juga bisa ikut sejahtera mendapatkan harga yang barokah," tuturnya.
baca juga: Mengenal Kopi Gayo, Kopi Arabika asal Aceh yang Mendunia
Triyono menceritakan, Koperasi Koerintji Barokah Bersama yang dipimpinnya, berdiri pada Juni 2017, atas kerja sama antara petani kopi, pemerintah daerah dan LSM Rikolto. Koperasi ini dibentuk untuk memberdayakan petani setempat dan mengembangkan komoditas kopi melalui praktik budidaya yang ramah lingkungan.
Penyortiran biji kopi yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga yang tergabung
di Koperasi Koerintji Barokah. Foto: Instragram Koperasi Koerintji Barokah.
Memberdayakan organisasi petani untuk memasuki pasar internasional saat ini, Koperasi Koerintji Barokah beranggotakan 320 petani dengan 12 kelompok tani yang mengolah lahan kopi seluas 140 hektare, tersebar di Kecamatan Gunung Tujuh, Kayu Aro dan Kayu Aro Barat.
"Koperasi Koerintji Barokah konsisten dengan kualitas dan terus berinovasi. Itu yang membuat kopi kami unggul hingga sekarang dan kualitasnya dipercaya oleh pembeli,” ujarnya.
baca juga: Jaga Keberlanjutan Kopi Indonesia, 36 Petani Kopi Bersaing di Kompetisi Internasional
Kualitas dan konsistensi Koperasi Koerintji Barokah inilah yang membuat mereka bertahan di masa pandemi. Meskipun harga kopi mengalami penurunan, namun pemesanan masih terus ada sehingga petani tetap mendapatkan penghasilan.
“Harapan saya agar bisa semakin banyak petani yang bergabung sehingga volume meningkat dan kami bisa memenuhi permintaan pasar. Selain itu, petani juga bisa ikut sejahtera mendapatkan harga yang barokah," tuturnya.