Wujudkan Indonesia Emas 2045, MPR Imbau Masyarakat Bergerak Bersama Atasi Stunting

Rabu, 07 September 2022 - 19:55 WIB
loading...
A A A
Pelaksana Tugas Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak- Kemenkes RI, Ni Made Diah Permata Laksmi mengakui kondisi gizi balita di Indonesia memang masih menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Hal itu, disebabkan sejumlah faktor asupan gizi, kualitas dan keanekaragaman pangan yang belum memadai hampir di seluruh Indonesia.

Selain itu, di tingkat masyarakat juga terjadi ancaman obesitas karena pola makan tidak diimbangi aktivitas fisik yang memadai lewat perubahan gaya hidup. Konsumsi yang tidak memenuhi gizi seimbang juga menciptakan risiko mudah terkena penyakit sehingga sangat diperlukan ketersediaan pangan yang cukup.

Kondisi pascapandemi yang berdampak pada perekonomian keluarga, jelasnya, sangat mempengaruhi upaya pemenuhan gizi berimbang. Saat ini, jelas dia, Kemenkes sedang mengupayakan transformasi kesehatan lewat transformasi layanan kesehatan primer, edukasi dan skrining kesehatan.

”Intervensi gizi seimbang, harus dilakukan sejak ibu hamil untuk menghindari ancaman anemia yang bisa berdampak pada pertumbuhan bayi,” katanya.

Deputi Bid Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN, Muhammad Rizal Damanik berpendapat kecukupan gizi merupakan salah satu isu kesehatan yang dihadapi Indonesia. Karena, empat penyakit tidak menular di Indonesia itu sangat terkait dengan pemenuhan gizi seimbang, sehingga hal itu merupakan masalah yang serius.

Hal-hal dasar yang menyebabkan terjadinya kekurangan gizi, jelas dia, masih sering terjadi di masyarakat. Seperti antara lain budaya sarapan yang kurang memadai dan kurang beragamnya makanan yang dikonsumsi. Bahkan, pada 2029 diperkirakan satu dari dua orang di Indonesia akan menghadapi obesitas.

”Dalam upaya percepatan pencapaian target penurunan angka stunting, Muhammad Rizal mengungkapkan, pihaknya menerjunkan Tim Pendamping Keluarga di desa-desa,” ucapnya.

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Annis Catur Adi berpendapat masih banyaknya pemahaman yang salah terkait pemenuhan gizi di lingkungan keluarga Indonesia menjadi salah satu faktor pendorong masalah kesehatan masyarakat. ”Untuk mengatasi kondisi itu kita secara bersama harus kerja keras, kerja cerdas dan tawakal,” katanya.

Stunting, merupakan masalah serius dan genting karena tidak hanya pengaruhi kondisi fisik. Namun, juga memengaruhi perkembangan otak dan organ lainnya yang rawan memicu penyakit terhadap anak dan balita. Sehingga, intervensi asupan gizi pada usia bayi masih di dalam kandungan hingga dua tahun merupakan langkah penting.

”Kekurangan gizi bukan hanya soal makanan tetapi juga soal pola hidup. Masyarakat seringkali mengabaikan keragaman sumber pangan, padahal di Indonesia banyak sumber pangan bergizi,” katanya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3422 seconds (0.1#10.140)