Tak Henti Mewarnai Negeri

Selasa, 30 Juni 2020 - 06:27 WIB
loading...
Tak Henti Mewarnai Negeri
Foto/Koran SINDO
A A A
JAKARTA - Masa sulit tengah dihadapi bangsa ini. Pandemi corona (Covid-19) yang melanda hampir semua negara di dunia meremukkan sendi-sendi kehidupan di negeri ini. Dampaknya bukan berhenti di persoalan kesehatan masyarakat, tapi berspektrum luas ke seluruh sektor kehidupan.

Kompleksitas persoalan tentu tidak mudah dihadapi. Namun bangsa ini wajib percaya diri bisa melewati cobaan ini. Tentu, mustahil jika sepenuhnya solusi digantungkan pada pemerintah semata atau hanya sebagian masyarakat. Sebaliknya, semua komponen bangsa harus bersama-sama mengambil tanggung jawab sesuai dengan peran yang dimiliki.

Kesadaran bersama membutuhkan prasyarat kesamaan cara pandang. Sejauh ini prakondisi tersebut belum sepenuhnya terpenuhi karena friksi pasca-Pilpres 2019 belum juga bisa dieliminasi. Akibatnya, dalam situasi sulit ini justru yang muncul adalah sikap saling menyalahkan. Karena itulah semua komponen bangsa harus menggugah diri sendiri untuk kembali menyatukan persepsi dan langkah mengatasi pandemi serta bersama-sama berperan mewarnai negeri agar Indonesia bisa segera bangkit dan mengejar masa depan.

Dorongan agar semua pihak bersatu di antaranya disampaikan Ketua Harian Tanfidziyah PBNU Robikin Emhas dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti. Pandangan sama juga disampaikan budayawan Radhar Panca Dahana dan Mohamad Sobary. (Baca: Politikus PKS: Kenapa Presiden Baru Jengkel Sekarang?)

Robikin menyebut Indonesia memiliki modal sumber daya manusia (SDM) yang tidak kalah hebat dengan negara-negara lain. Dia meyakini bila negara hadir untuk mengerahkan potensi kekuatan secara lebih optimal dan adanya kesadaran untuk saling membantu dari semua pihak, maka masalah akan lebih mudah dilalui.

"Kita patut bersyukur budaya gotong-royong, saling bantu sesama, selama pandemi empat bulan terakhir terbukti masih menjadi jangkar sosial yang menguatkan ketahanan ekonomi masyarakat," ujarnya.

Robikin menandaskan Indonesia harus terus memperkuat kemampuan terbaiknya untuk bertahan dari badai krisis kesehatan dan keterpurukan ekonomi. Menurut dia, Indonesia harus optimistis mampu melalui semua ini. "Merawat optimisme ini penting. Optimisme adalah modal, harapan, dan refleksi kepercayaan diri kita," katanya.

Dia kemudian mengungkapkan rasa syukurnya bahwa di tengah melambatnya sebagian besar sektor industri dan pariwisata, Indonesia masih memiliki para petani, perajin kayu, nelayan, dan sektor riil lain yang terus setia bergerak.

"Sebagai umat beragama, keyakinan fainna ma’al ‘usri yusra penting untuk senantiasa terpatri dalam jiwa. Yakinlah Allah tidak akan berselisih dengan firman-Nya. Allah tidak akan membebani kita, bangsa Indonesia, melainkan sesuai dengan kesanggupan kita menghadapinya," paparnya.

Dia kemudian menuturkan bahwa NU selalu memegang teguh empat prinsip, termasuk dalam menjaga sikap optimistis dalam menghadapi tantangan-tantangan kebangsaan. Keempat prinsip tersebut moderat, seimbang, toleran, dan menjalankan nilai-nilai keadilan. Atau dalam bahasa ahlussunnah waljamaahnya sepadan dengan tawassuth, tawazun, tasamuh, dan i'tidal. (Baca juga: Merasa Petugas Partai, Jokowi Diprediksi Tak Kirim Surat Penundaan RUU HIP)

NU selalu mengambil sikap moderat dalam menyikapi berbagai persoalan, terarah, dan metodis dalam memaknai sumber-sumber teks agama, tegak lurus dalam membela kebenaran, serta menghargai tiap-tiap perbedaan. "Nahdlatul Ulama telah dan terus bekerja keras ambil bagian dalam mengedukasi masyarakat, membangun solidaritas global, dalam menghadapi pandemi Covid-19," tuturnya.

Bahkan, sejak awal Maret 2020, NU telah menggerakkan Satuan Tugas Peduli Covid-19, Asosiasi Rumah Sakit dan Persatuan Dokter NU dalam satu kesatuan aksi-aksi promotif, kuratif, dan preventif, dalam kerangka memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Abdul Mu'ti menyatakan, Indonesia memiliki modal sosial-budaya yang kuat. Kemajemukan budaya dan agama adalah kekayaan yang memungkinkan bangsa Indonesia tetap teguh dan tangguh mengatasi berbagai tantangan. Persatuan adalah kunci untuk maju dalam berbagai bidang. "Walaupun demikian, untuk membina persatuan diperlukan sikap terbuka, dewasa, dan bekerja sama dengan menghilangkan atau mengurangi egoisme golongan dan partai politik serta primordialisme sosial-budaya, agama, dan politik," ujarnya.

Dia pun meyakini Indonesia akan mampu mengatasi badai krisis yang multidimensi sekalipun. Selain karena memiliki modal moral-agama, sosial-budaya, ekonomi, dan politik yang kuat, negeri ini juga memiliki modal dan pengalaman sejarah yang membuktikan bagaimana berbagai ujian dari sejak awal kemerdekaan sampai masa reformasi dapat dilalui dan diselesaikan dengan baik.

"Tantangan yang sangat berat adalah ekonomi. Kesenjangan ekonomi yang cukup tinggi. Kesenjangan akan semakin bertambah setelah badai pandemi Covid-19. Jumlah penduduk miskin dan pengangguran semakin meningkat," katanya. (Baca juga: Ditahan di Malaysia 13 Tahun, 2 Putri Sunda Empire Ogah Akui WNI)

Sementara itu, Radhar Panca Dahana menilai pemerintah seharusnya bisa mengantisipasi dan bereaksi atas semua kejadian yang diakibatkan oleh pagebluk Covid-19. Namun, yang terlihat pemerintah malah gugup dalam menghadapi pandemi ini. Karena itu, semua kegugupan, koordinasi, dan penanggulangan yang kurang baik sudah terjadi selama tiga bulan ini harus segera dibenahi. Pemerintah perlu segera memikirkan road map jangka pendek dan panjang untuk menyelesaikan Covid-19.

“Jadi, yang jelas, pemerintah itu harus memiliki gagasan untuk menanggulangi ini, yang tidak ada preseden dan tidak tahu caranya. Belum pernah berpengalaman. Dibutuhkan kekuatan ide bagaimana mengatasi itu,” ucap pria kelahiran 1965 itu.

Dalam pandangan budayawan ini, Indonesia perlu belajar dari negara-negara lain yang sudah mulai keluar dari pandemi Covid-19, seperti Prancis, China, Inggris, dan sebagainya. Presiden dan jajaran kabinetnya harus memberdayakan seluruh masyarakat untuk mendapatkan solusi terbaik.

"Masyarakat saat ini tidak memiliki pilihan yang banyak. Tindakan-tindakan yang dilakukan juga cenderung pragmatis karena jalan keluar yang ada sangat sempit dan sedikit. Kita harus bisa menyelamatkan diri dengan cara yang tersedia dan bisa dilakukan, tidak melanggar hukum, dan lain-lain,” katanya.

Mohamad Sobary mengakui pagebluk corona mencipatkan situasi serbasulit. Untuk mengatasi persoalan tersebut, selain berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kerja keras dalam menerapkan protokol kesehatan secara ketat, dia menekankan pentingnya kerja sama, saling membantu, dan upaya saling memperkuat di antara seluruh lapisan masyarakat. (Lihat videonya: Bolu Gulung Motif Batik, Oleh-oleh Khas Kota Padang)

Sobary menerangkan, tidak boleh ada unsur yang saling melemahkan, termasuk dari pemerintah. Menurut dia, pemerintah harus dikritik agar bangsa Indonesia makin maju. “Tapi kritik itu harus keluar dari jiwa warga negara yang bertanggung jawab dan rasa yang dalam untuk turut memiliki negeri ini. Kita yang menentukan baik dan buruknya kehidupan negeri kita,” ujar pria asal Bantul, Jawa Tengah, itu. (Abdul Rochim/F.W Bahtiar)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1984 seconds (0.1#10.140)