Diplomasi ASEAN Pascapandemi
loading...
A
A
A
Representasi Kepentingan
Meminjam pemikiran Paul Sharp,Who Need Diplomats: The problem of Diplomatic Representationdi International Journal (1997: 609-634), diplomasi selalu erat kaitannyadengan representasikepentingan. Berkaca pada kepentingan besar ASEAN di muka, sejumlah langkah diplomasi nyata diperlukan.
Pertama, terhadap masalah-masalah krusial di bidang stabilitas keamanan, pencarian solusi damai melalui saluran diplomasi multilateral yang gigih diperlukan. Apalagi jika hal itu terkait dengan negara besar dan pemilik nuklir. Semua itu dimaksudkan agar stabilitas kawasan bisa terus baik ke depan.
Kedua, pengalaman penanganan pandemi Covid-19 selayaknya memberi pelajaran berharga dalam berkolaborasi menghadapi ancaman serupa ke depan. Salah satu petikan hikmahnya: pandemi tidak semata menerpa sektor kesehatan. Penanganannya pun harus dilakukan secara kolaboratif-kordinatif bersama.
Ketiga, diplomasi membumikan ASEAN agar dekat dengan kebutuhan nyata masyarakat juga diperlukan. Integrasi ekonomi dengan pembebasan aliran barang, jasa, investasi, modal, bahkan orang di antara negara-negara anggota ASEAN masih butuh peningkatan. Perkembangan ekonomi yang wajar, penurunan angka kemiskinan, dan meminimalisasi kesenjangan sosial-ekonomi juga menjadi pekerjaan rumah.
Keempat, diplomasipemulihan ekonomi melaluiASEAN Comprehensive Recovery Framework(ACRF) harus bisa berjalan baik. Lima strategi telah dirancang dalam ACRF bisa disebut cukup komprehensif, yaitu meningkatkan sistem kesehatan, memperkuat ketahanan manusia, memaksimalkan potensi pasar intra-ASEAN, mempercepat digitalisasi yang inklusif, serta maju menuju masa depan yang tangguh dan berkelanjutan. Mencermati cakupannya, implementasinya membutuhkan kerja keras.
Kelima, penguatan diplomasi terhadap banyak mitra kerja seperti AS, Rusia, Australia, hingga China, Jepang, dan Korea Selatan mutlak diperlukan. Kebutuhan rantai pasok komoditas dan suntikan investasi asing membuat kolaborasi eksternal melalui ASEAN Plus menjadi penting.
Komitmen mitra dalammenguatkan kerja sama ekonomi dan pembangunan diperlukan, termasuk untuk mempercepat pencapaian target Visi ASEAN 2025 yang belum seragam di antara anggota. Apalagi pencapaian tujuan Masyarakat Ekonomi ASEAN ini belum sepenuhnya berjalan karena pandemi Covid-19.
Stabilitas keamanan dan pertumbuhan ekonomi yang mapan terus menjadi dambaan. Tak hanya itu, diplomasi multilateral ASEAN juga harus senantiasa mampu menjawab tantangan.
Meminjam pemikiran Paul Sharp,Who Need Diplomats: The problem of Diplomatic Representationdi International Journal (1997: 609-634), diplomasi selalu erat kaitannyadengan representasikepentingan. Berkaca pada kepentingan besar ASEAN di muka, sejumlah langkah diplomasi nyata diperlukan.
Pertama, terhadap masalah-masalah krusial di bidang stabilitas keamanan, pencarian solusi damai melalui saluran diplomasi multilateral yang gigih diperlukan. Apalagi jika hal itu terkait dengan negara besar dan pemilik nuklir. Semua itu dimaksudkan agar stabilitas kawasan bisa terus baik ke depan.
Kedua, pengalaman penanganan pandemi Covid-19 selayaknya memberi pelajaran berharga dalam berkolaborasi menghadapi ancaman serupa ke depan. Salah satu petikan hikmahnya: pandemi tidak semata menerpa sektor kesehatan. Penanganannya pun harus dilakukan secara kolaboratif-kordinatif bersama.
Ketiga, diplomasi membumikan ASEAN agar dekat dengan kebutuhan nyata masyarakat juga diperlukan. Integrasi ekonomi dengan pembebasan aliran barang, jasa, investasi, modal, bahkan orang di antara negara-negara anggota ASEAN masih butuh peningkatan. Perkembangan ekonomi yang wajar, penurunan angka kemiskinan, dan meminimalisasi kesenjangan sosial-ekonomi juga menjadi pekerjaan rumah.
Keempat, diplomasipemulihan ekonomi melaluiASEAN Comprehensive Recovery Framework(ACRF) harus bisa berjalan baik. Lima strategi telah dirancang dalam ACRF bisa disebut cukup komprehensif, yaitu meningkatkan sistem kesehatan, memperkuat ketahanan manusia, memaksimalkan potensi pasar intra-ASEAN, mempercepat digitalisasi yang inklusif, serta maju menuju masa depan yang tangguh dan berkelanjutan. Mencermati cakupannya, implementasinya membutuhkan kerja keras.
Kelima, penguatan diplomasi terhadap banyak mitra kerja seperti AS, Rusia, Australia, hingga China, Jepang, dan Korea Selatan mutlak diperlukan. Kebutuhan rantai pasok komoditas dan suntikan investasi asing membuat kolaborasi eksternal melalui ASEAN Plus menjadi penting.
Komitmen mitra dalammenguatkan kerja sama ekonomi dan pembangunan diperlukan, termasuk untuk mempercepat pencapaian target Visi ASEAN 2025 yang belum seragam di antara anggota. Apalagi pencapaian tujuan Masyarakat Ekonomi ASEAN ini belum sepenuhnya berjalan karena pandemi Covid-19.
Stabilitas keamanan dan pertumbuhan ekonomi yang mapan terus menjadi dambaan. Tak hanya itu, diplomasi multilateral ASEAN juga harus senantiasa mampu menjawab tantangan.
(ynt)