Cara yang Perlu Dipahami Orang Tua Cegah Stunting di Masa Pandemi

Senin, 29 Juni 2020 - 14:15 WIB
loading...
Cara yang Perlu Dipahami Orang Tua Cegah Stunting di Masa Pandemi
Penurunan stunting atau sering disebut kerdil jadi salah satu program prioritas nasional dalam rangka pembangunan kualitas SDM Indonesia. Foto/SINDOweekly
A A A
JAKARTA - Penurunan stunting menjadi salah satu program prioritas nasional dalam rangka pembangunan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Stunting atau sering disebut kerdil merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita).

Berdasarkan Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) 2018, prevalensi kekerdilan di Indonesia masih relatif tinggi sekitar 30,8 persen dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara. Padahal, kondisi tersebut dapat berdampak negatif pada pertumbuhan fisik dan kerentanan terhadap penyakit.

Selain itu, juga berisiko terhadap lambannya perkembangan otak yang berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak pada saat dewasa. (Baca juga: Jokowi: Jangan Terjadi Lagi Jenazah Positif Covid-19 Direbut Keluarga)

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terus berupaya dan berkolaborasi dengan kementerian/lembaga terkait serta mitra kerja untuk menekan masalah stunting. Apalagi, di saat kondisi pandemi Covid-19 yang ikut mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat.

"Mencegah terjadinya stunting dan mewujudkan keluarga yang sehat dan bahagia, BKKBN terus berupaya menyosialisasikan pentingnya pengasuhan anak dengan baik pada masa new normal di tengah pandemi Covid-19," kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan persnya yang diperoleh SINDOnews, Senin (29/6/2020).

Ia menilai, pengasuhan di masa normal baru (new normal) menjadi penting, terutama bagi keluarga dengan anak usia dini. Menurutnya, usia tersebut merupakan kesempatan emas bagi anak mengeksplorasi potensi dirinya. (Baca juga: Video Kemarahan Jokowi Dipertanyakan Demokrat)

Sejak pandemi ini, ruang gerak anak terbatas hanya bermain di rumah saja. Padahal, anak usia dini juga termasuk kelompok rentan terdampak pandemi Covid-19. Tidak hanya risiko fisik tertular virus, mereka juga rentan terdampak secara psikologis.

Salah satu untuk mencegahnya, lanjut Hasto, yaitu mempersiapkan dan merencanakan kehamilan dengan baik sehingga anak kelak mendapatkan gizi yang baik. Sebab, kehamilan yang tidak direncanakan nantinya akan menimbulkan berbagai penyakit.

"Selama masa kehamilan, seorang ibu harus rajin mengkonsumsi asam folat, zinc dan vitamin. Karena dengan kekurangan asam folat bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan. Selain itu, terdapat faktor yang mempengaruhi perkembangan otak dan pertumbuhan bayi yaitu, infeksi, stres, gizi, toksin, radiasi dan hormon," terang dia.

Hasto mengingatkan ibu yang sedang hamil harus utamakan kandungannya agar tidak sampai terkena infeksi di masa Covid-19. Selain itu, untuk pencegahan stunting yang terpenting ialah jarak kelahiran anak satu dengan lainnya harus 24 bulan-33 bulan dan wanita yang hamil sebaiknya sudah berusia 20-35 tahun. Kemudian, penggunaan alat kontrasepsi juga dapat mengurangi rendahnya nutrisi (undernutrition) bagi anak dan mengurangi autisme bagi anak.

Sementara itu, Konsultan Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Soedjatmiko mengatakan, peran keluarga sangat penting dalam membentuk anak yang unggul dan cegah dari potensi stunting. Menurut dia, ada tiga cara untuk menyokong pertumbuhan anak menjadi unggul dan cerdas.

"Pertama, berikan nutrisi baik yang terdiri dari protein sebagai lauk pauk dengan porsi yang banyak, karbohidrat sebagai makanan pokok dengan porsi secukupnya, serta buah dan sayur dengan porsi sedikit saja. Hal itu dapat membentuk struktur dan mengatur fungsi organ tubuh," kata Soedjatmiko.

Berikutnya yaitu stimulasi. Keluarga harus memberikan contoh yang baik kepada anak dengan bermain dan kasih sayang serta berikan pujian atau penghargaan. "Terakhir adalah proteksi. Hal ini dapat dilakukan dengan melundungi anak dari infeksi, cedera, kekerasan, eksploitasi, penelantaran dan jaga kebersihan serta kesehatan," ujarnya.

Selain cara itu, Soedjatmiko juga menilai kebahagiaan keluarga atau psikologis keluarga dalam pada masa pandemi Covid-19 menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Menurutnya, ketika orang tua dan anak selalu berada di rumah 24 jam, hal itu bisa menambah beban dan memicu stres atau tingkat emosi yang tidak stabil.

Ia pun menyarankan agar kebahagiaan sangat diperlukan untuk tetap menjaga imunitas tubuh. Misalnya, memberikan kasih sayang dengan mendengarkan setiap obrolan anak atau memberi contoh berbicara yang baik dan sopan ke anak.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1196 seconds (0.1#10.140)