Wacana KIB Duetkan Kader-Nonkader, Golkar: Harus Bermanfaat Secara Elektoral

Rabu, 20 Juli 2022 - 15:31 WIB
loading...
Wacana KIB Duetkan Kader-Nonkader, Golkar: Harus Bermanfaat Secara Elektoral
Partai Golkar menilai bahwa cawapres Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) harus sejalan dan bermanfaat secara elektoral bagi capres dan partai pengusung. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Partai Golkar menilai calon wakil presiden (cawapres) Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) harus sejalan dan bermanfaat secara elektoral bagi capres dan partai pengusung. Hal ini dikatakan oleh Ketua DPP Golkar, Lamhot Sinaga.

Menurut Lamhot, wacana duet kader dan nonkader dalam Pilpres 2024 jika terealisasi diharapkan dapat diterima masyarakat luas.

"Sama nonpartai atau kader partai, cawapresnya harus bisa punya manfaat terhadap pasangan calon. misalnya manfaat eletoral dan elektabilitas. Namun secara spesifik belum ada kriteria yang dirumuskan secara bersama oleh KIB, biarlah nanti waktu bergulir," kata Lamhot Sinaga, Rabu (20/7/2022).



Dia menegaskan, terpenting saat ini adalah semangat KIB untuk mengusung kader internal untuk capres dan cawapres. "Harapannya kita dari Golkar, capresnya Pak Airlangga. Nah cawapresnya dibuatkan kriteria yang bisa mengemban paltform dan visi misi KIB," ujar Lamhot.

Lamhot mengatakan, ketiga partai pendiri KIB saat ini turun ke masyarakat mensosialisasikan koalisi beserta visi misinya. Dia menegaskan kembali, pemilihan capres dan cawapres masih melihat dinamika politik di masa depan.

"Ini masih sangat dinamis, melihat perkembangan seperti apa? Maka tidak ada masalah (cawapres di luar KIB) tapi, siapakah figur itu sampai saat ini kita belum bahas," ungkapnya.

Sebelumnya, Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suharso Monoarfa mengatakan, syarat utama bagi seseorang yang diusung sebagai kepala daerah hingga presiden adalah kader partai. Hal tersebut merupakan tradisi yang tak boleh dirusak.

"Bung Karno sampai dengan Pak Jokowi, itu semua kader partai yang jadi Presiden, betul tidak? Jadi kita berharap ke depan jangan dirusak tradisi itu," ucap dia.

"Harusnya adalah kader partai, jadi siapa yang mau jadi Presiden harus masuk ke partai. Karena setengah mati kita mengurusi partai, terus ada orang lain masuk saja begitu," tambahnya.

Meski begitu menurut dia, ada pengecualian bagi jabatan wakil yang bisa diisi oleh orang nonpartai, untuk menunjukkan demokrasi.

"Kalau wakil presiden ya mungkin gitu ya, masih mungkin nonpartai, untuk menunjukkan bahwa partai politik itu demokratis dan bisa membuka peluang juga, jadi bukan dia berarti mendiskriminasi, enggak," jelasnya.

"Tapi juga orang partai politik jangan didiskriminasi selama profesional, jadi seimbang gitu ya. Jadi orang politik juga banyak yang profesional," pungkasnya.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1123 seconds (0.1#10.140)