Titik Nol Peradaban  

Selasa, 19 Juli 2022 - 08:57 WIB
loading...
Titik Nol Peradaban   
Yanto Bashri. FOTO/DOK KORAN SINDO
A A A
Yanto Bashri
Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Latee, Guluk-Guluk, Sumenep

Beberapa waktu lalu penulis memperoleh kesempatan untuk berdiskusi dengan guru pendidikan agama Islam (PAI) dengan tema “Moderasi Beragama bagi Guru PAI” diselenggarakan oleh Subdit PAI pada SD/SDLB Direktorat PAI Ditjen Pendis Kementerian Agama.

Tema ini menarik karena pesertanya salah satu elemen yang memiliki perang penting menanamkan pengetahuan dan menentukan masa depan bangsa, yaitu guru PAI. Isu ini juga mengemuka dalam satu dekade belakangan seiring menguatnya Islam politik yang dijalankan sebagian kelompok Islam.

Sejak reformasi bergulir perubahan besar terjadi pada akhir dekade 1990-an. Ketika menjadi presiden (21 Mei 1998 – Oktober 1999), BJ Habibie, banyak melakukan terobosan, di antaranya membuka kebebasan berpendapat, menghapus SIUPP, menyiapkan Pemilu 1999, dan mengesahkan UU Nomor 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli.

Pada kurun waktu 2000-an awal, sejumlah peristiwa ledakan bom terjadi di banyak lokasi yang memperburuk situasi nasional. Sebut saja bom di kediaman Duta Besar Filipina di Jakarta (1 Agustus 2000), ledakan dibasementBursa Efek Jakarta (14 September 2000), gereja-gereja di Jakarta (24 Desember 2000), Plaza Atrium (2001). Pada kurun waktu itu serangan bom dalam skala besar juga terjadi di menera kembar di New York, AS (11 September 2001).

Peristiwa ledakan bom di dalam negeri mencoreng muka Indonesia di mata negara-negara di dunia. Peristiwa ini juga yang menghancurkan struktur perekonomian dan politik. Pertumbuhan ekonomi nasional melambat, situasi politik tidak kondusif.

Dalam “Appraising the Moderation Indonesian Muslims with Special Reference”(2018), Hamid Fahmy Zarkasyi menyebutkan, organisasi keagaamaan Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, sebagai dua organisasi besar, penting dalam penegakan demokrasi dan apa yang disebut sebagai moderasi muslim Indonesia.

Tokoh-tokoh kedua organisasi ini merupakanspeakerpaling lantang mencegah gerakan ekstrem kelompok teroris, menjaga Pancasila, dan UUD ’45, merawat NKRI, dan membangun kebersamaan.

Paham moderat tidak hanya diserukan oleh NU dan Muhammadiyah. Sejumlah kampus Islam seperti UIN Jakarta, UIN Yogyakarta, UIN Bandung, UIN Surabaya, dan lainnya juga melakukan penguatan institusi Islam tingkat atas (MA/SMA) dan mahasiswa-mahasiswanya untuk mencegah infiltrasi gerakan dan ide terorisme.

Muazin lain yang sama sekali tidak boleh dilupakan adalah KH Mustofa Bisri, KH Solahuddin Wahid, Ahmad Syafii Ma’arif, Azyumardi Azra, dan Komaruddin Hidayat, yang di antaranya merespons dengan keras peristiwa bom mengatasnamakan agama.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1042 seconds (0.1#10.140)