Lagi, Presiden Ingatkan Krisis Pangan dan Energi
loading...
A
A
A
Untuk itu Presiden mengingatkan kepada seluruh undangan yang hadir agar jangan sampai kondisi ini disebut sebagai hal yang normal. Sehingga perlu upaya khusus agar perekonomian tetap bisa bergeran dan inflasi terkendali.
Jokowi mengakui bahwa masalah besar saat ini ada di dua sektor ekonomi. Pertama terkait kenaikan harga energi, dan yang kedua kenaikan harga pangan. Khusus untuk komoditas pangan, penyebabnya karena sejumlah negara mulai mengetatkan ekspor mereka sehingga tersendatnya pasokan ke negara-negara yang biasanya mendatangkan bahan pangan dari luar negeri.
Saat ini, kata Jokowi, dari semula hanya tiga negara yang menyetop ekspor pangan, kini sudah ada 22 negara menghentikan ekspor pangan. Sehingga kemandarian menjadi sangat penting di dalam penyediaan pangan.
Jokowi pun wanti wanti agar para pemangku kepentingan berhati-hati karena ada kenaikan-kenaikan yang perlu diwaspadai seperti komoditas gandum, jagung, dan kedelai yang harganya mulai naik kurang lebih 30% dari harga normal.
Diketahui, gandum adalah komoditas utama yang diproduksi para petani di Rusia dan Ukraina sehingga kondisi perang telah menyebabkan ganguan pasokan. Bahkan bukan tidak mungkin nantinya Indonesia akan terdampak karena banyajk makanan yang dijual di tanah air menggunakan bahan baku gandum, seperti mie dan roti.
Kegundahan Jokowi terkait masalah pangan dan energi ini cukup beralasan. Pasalnya, kedua sektor ini adalah penopang utama konsumsi masyarakat Indonesia.
Sektor konsumsi juga merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi masyarakat yang menyumbang lebih dari 65% nilai produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Untuk itu, diperlukan upaya untuk terus dapat menjaga daya beli masyarakat agar dan meredam kenaikan harga yang ekstrem.
Jokowi mengakui bahwa masalah besar saat ini ada di dua sektor ekonomi. Pertama terkait kenaikan harga energi, dan yang kedua kenaikan harga pangan. Khusus untuk komoditas pangan, penyebabnya karena sejumlah negara mulai mengetatkan ekspor mereka sehingga tersendatnya pasokan ke negara-negara yang biasanya mendatangkan bahan pangan dari luar negeri.
Saat ini, kata Jokowi, dari semula hanya tiga negara yang menyetop ekspor pangan, kini sudah ada 22 negara menghentikan ekspor pangan. Sehingga kemandarian menjadi sangat penting di dalam penyediaan pangan.
Jokowi pun wanti wanti agar para pemangku kepentingan berhati-hati karena ada kenaikan-kenaikan yang perlu diwaspadai seperti komoditas gandum, jagung, dan kedelai yang harganya mulai naik kurang lebih 30% dari harga normal.
Diketahui, gandum adalah komoditas utama yang diproduksi para petani di Rusia dan Ukraina sehingga kondisi perang telah menyebabkan ganguan pasokan. Bahkan bukan tidak mungkin nantinya Indonesia akan terdampak karena banyajk makanan yang dijual di tanah air menggunakan bahan baku gandum, seperti mie dan roti.
Kegundahan Jokowi terkait masalah pangan dan energi ini cukup beralasan. Pasalnya, kedua sektor ini adalah penopang utama konsumsi masyarakat Indonesia.
Sektor konsumsi juga merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi masyarakat yang menyumbang lebih dari 65% nilai produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Untuk itu, diperlukan upaya untuk terus dapat menjaga daya beli masyarakat agar dan meredam kenaikan harga yang ekstrem.
(ynt)