Menyesuaikan Perilaku dengan Standar Kehidupan Baru
loading...
A
A
A
"Kondisi saat ini belum normal karena ada ancaman terinfeksi. Normalnya nanti ketika vaksin atau obat sudah ditemukan. Maka, kita harus beradaptasi dengan kondisi saat ini. Jangan sampai terinfeksi saat kembali beraktivitas," ujar Edi.
Kedisiplinan masyarakat adalah kunci keberhasilan saat pemerintah mengambil jalan tengah menangani Covid-19 bersamaan dengan upaya mempercepat pemulihan ekonomi. Jangan sampai terjadi buka tutup wilayah atau memperketat kembali hanya karena ada kelompok masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito meminta kepada masyarakat untuk tidak mempersoalkan sektor usaha yang dibuka lebih dahulu. Dia mengharapkan, masyarakat fokus mengubah perilaku. "Bagaiman kita dapat mendisiplinkan diri, juga secara kolektif saling mengingatkan. Itu yang paling penting," ujarnya. Dia masih yakin jika semakin banyak yang mengubah perilaku menuju kehidupan baru saat pandemi ini, hasilnya akan mengurangi penularan dan angka positif Covid-19 dapat ditekan.
Sementara itu, Pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menjelaskan, perubahan perilaku merupkan output yang diharapkan dari usaha pemerintah selama ini. Memang perlu ada kajian apakah selama pandemi ini perilaku hidup masyarakat berubah menjadi lebih bersih. Juga apakah masyarakat sudah memahami segala hal terkait virus corona. (Lihat videonya: Bocah Enam Tahun Jadi Korban Penculikan dan Pencabulan di Bekasi)
"Saya merasa dari awal Covid-19 datang di Indonesia tidak ada komunikasi publik yang strategis. Yang harus dilakukan adalah mengedukasi masyarakat terus menerus dengan bahasa yang mudah. Sebab perubahan perilaku hidup masyarakat ada caranya," ungkapnya,.
Caranya, kata dia, yakni harus ada pesan yang terstandar serta konsisten. Pesan juga tepat sasaran melalui media komunikasi. Media komunikasi pun harus disesuaikan sesuai segmentasi. Dia mengibaratkan layaknya iklan, bagaimana mempromosikan produk dalam hal ini perubahan sosial dalam masyarakat secara tepat.
Lantas seperti apa kehidupan baru pada Pandemi? Pandu yang juga Staf Senior Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Departemen Biostatistik dan Populasi ini menjawab, perilaku apapun yang memiliki upaya untuk mencegah penularan Covid-19. "Tetap berpikir untuk menghindari virus bukan hidup bersama Covid-19. Hindari narasi yang tidak penting, yang sesungguhnya tidak ada hubungannya dengan kesehatan. Masyarakat harus dibuat pintar untuk paham pencegahan ini," tegasnya. (Ananda Nararya)
Kedisiplinan masyarakat adalah kunci keberhasilan saat pemerintah mengambil jalan tengah menangani Covid-19 bersamaan dengan upaya mempercepat pemulihan ekonomi. Jangan sampai terjadi buka tutup wilayah atau memperketat kembali hanya karena ada kelompok masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito meminta kepada masyarakat untuk tidak mempersoalkan sektor usaha yang dibuka lebih dahulu. Dia mengharapkan, masyarakat fokus mengubah perilaku. "Bagaiman kita dapat mendisiplinkan diri, juga secara kolektif saling mengingatkan. Itu yang paling penting," ujarnya. Dia masih yakin jika semakin banyak yang mengubah perilaku menuju kehidupan baru saat pandemi ini, hasilnya akan mengurangi penularan dan angka positif Covid-19 dapat ditekan.
Sementara itu, Pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menjelaskan, perubahan perilaku merupkan output yang diharapkan dari usaha pemerintah selama ini. Memang perlu ada kajian apakah selama pandemi ini perilaku hidup masyarakat berubah menjadi lebih bersih. Juga apakah masyarakat sudah memahami segala hal terkait virus corona. (Lihat videonya: Bocah Enam Tahun Jadi Korban Penculikan dan Pencabulan di Bekasi)
"Saya merasa dari awal Covid-19 datang di Indonesia tidak ada komunikasi publik yang strategis. Yang harus dilakukan adalah mengedukasi masyarakat terus menerus dengan bahasa yang mudah. Sebab perubahan perilaku hidup masyarakat ada caranya," ungkapnya,.
Caranya, kata dia, yakni harus ada pesan yang terstandar serta konsisten. Pesan juga tepat sasaran melalui media komunikasi. Media komunikasi pun harus disesuaikan sesuai segmentasi. Dia mengibaratkan layaknya iklan, bagaimana mempromosikan produk dalam hal ini perubahan sosial dalam masyarakat secara tepat.
Lantas seperti apa kehidupan baru pada Pandemi? Pandu yang juga Staf Senior Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Departemen Biostatistik dan Populasi ini menjawab, perilaku apapun yang memiliki upaya untuk mencegah penularan Covid-19. "Tetap berpikir untuk menghindari virus bukan hidup bersama Covid-19. Hindari narasi yang tidak penting, yang sesungguhnya tidak ada hubungannya dengan kesehatan. Masyarakat harus dibuat pintar untuk paham pencegahan ini," tegasnya. (Ananda Nararya)
(ysw)