Menyesuaikan Perilaku dengan Standar Kehidupan Baru
loading...
A
A
A
Masyarakat Indonesia kini sedang beradaptasi dengan kehidupan baru . Yakni dengan selalu mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19). Roda perekonomian mulai bergerak kembali melalui sembilan sektor ekonomi yang siap dibuka. Yakni pertambangan, perminyakan, industri konstruksi, perkebunan, peternakan, pertanian, perikanan, logistik dan transportasi barang juga bersiap beradaptasi pada kondisi dan standar baru. Sebelumya, sektor perdagangan ditel sudah lebih dulu dibuka pada 15 Juni 2020 lalu.
Pemulihan ekonomi dari sembilan sektor tersebut diharapkan harus berjalan efektif beriringan dengan pemenuhan persyaratan kesehatan. Ekonom A. Prasetyantoko berpendapat, menggerakkan kembali ekonomi di berbagai sektor bukan hanya dengan protokol kesehatan saja namun juga dengan standar yang baru.
Misalnya masalah pengemasan di sektor pertanian. Pengemasan buah hasil pertanian harus lebih lebih bersih. Sebab, masyarakat memiliki standar baru, mereka akan lebih memilih yang terjamin kebersihannya. "Kita memasuki fase baru dengan standar yang berbeda. Sehingga memang tidak sekadar membutuhkan hal teknis tapi juga kesadaran yang menyeluruh. Termasuk yang berkaitan dengan personal hygiene atau kebiasaan hidup sehat dari para stakeholder," ungkapnya. (Baca: Belum Dipastikan Buka 20 Juni, Pengelola Monas: Tunggu Instruksi Pimpinan)
Rektor Unika Atma Jaya ini menambahkan, kebiasaan hidup sehat merupakan hal yang tidak bisa dipaksakan. Namun, harus menjadi standar baru yang diinternalisasi oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ekonomi. "Itu tugas semua pihak tidak hanya pemerintah namun masyarakat, mulai pendidikan dasar menginternalisasi prinsip standar baru kesehatan," tegasnya.
Prasetyantoko mengingatkan para pelaku usaha untuk bersiap mengeluarkan investasi lebih besar namun dengan imbal hasil rendah. Namun demikian, dia mengingatkan, pelaku usaha tidak perlu berkecil hati. Sebab, hal serupa dialami oleh pengusaha di seluruh dunia. Para pebisnis tengah berada dalam garis start yang sama.
Jika pelaku usaha di Indonesia dapat mengidentifikasikan seperti apa industri pasca pandemi, maka perekonomian Indonesia berpeluang lebih maju. "Adopsi teknologi untuk UMKM kita lebih maju daripada negara lain. Contohnya, kita dapat memaksimalkan peran pelayanan jasa pesan makanan melalui ojek online," sebutnya. (Baca juga: Bupati Jambi Ini Punya Cara Unik Ingatkan Warganya Pakai Masker)
Teknologi menjadi aspek penting jika pelaku usaha mampu mengadopsinya di segala sektor. Negara lain belum tentu melihat itu sebagai peluang atau memang tidak memiliki di peluang tersebut. "Teknologi akan menjadi tulang punggung. Pelaku usaha yang sudah mengadopsi penggunaan teknologi berarti menjadi penduduk asli perekonomian era baru pasca pandemi. Sementara yang lain baru mencoba bermigrasi," ucapnya.
Staf Ahli Bidang Konektivitas Pengembangan Jasa dan Sumber Daya Alam Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi mengatakan, kedisiplinan pada kesehatan lebih penting, dan harus tetap diutamakan. Melaksanakan protokol pencegahan Covid-19 harus menjadi kebiasaan pelaku usaha.
"Dari sosial ekonomi, kami menilai sektor-sektor ini tidak mempunyai potensi risiko menyebabkan penularan. Mereka juga memiliki kontribusi besar pada perekonomian juga menyerap tenaga kerja," ungkapnya.
Membuka sektor kegiatan ekonomi dimulai dengan membuka wilayah yang memiliki risiko rendah agar tidak terjadi penularan baru. Edi menegaskan, pembinaan dilakukan oleh pemerintah daerah dibantu TNI dan Polri, untuk memastikan kedisiplinan masyarakat di sektor ekonomi yang akan dibuka tersebut. Meskipun daerah terpencil maupun di lepas pantai, namun semua bertanggung jawab untuk menerapkan sistem protokol pencegahan Covid-19. (Baca juga: Liburan Staycation Tetap Aman Saat New Normal)
Pemulihan ekonomi dari sembilan sektor tersebut diharapkan harus berjalan efektif beriringan dengan pemenuhan persyaratan kesehatan. Ekonom A. Prasetyantoko berpendapat, menggerakkan kembali ekonomi di berbagai sektor bukan hanya dengan protokol kesehatan saja namun juga dengan standar yang baru.
Misalnya masalah pengemasan di sektor pertanian. Pengemasan buah hasil pertanian harus lebih lebih bersih. Sebab, masyarakat memiliki standar baru, mereka akan lebih memilih yang terjamin kebersihannya. "Kita memasuki fase baru dengan standar yang berbeda. Sehingga memang tidak sekadar membutuhkan hal teknis tapi juga kesadaran yang menyeluruh. Termasuk yang berkaitan dengan personal hygiene atau kebiasaan hidup sehat dari para stakeholder," ungkapnya. (Baca: Belum Dipastikan Buka 20 Juni, Pengelola Monas: Tunggu Instruksi Pimpinan)
Rektor Unika Atma Jaya ini menambahkan, kebiasaan hidup sehat merupakan hal yang tidak bisa dipaksakan. Namun, harus menjadi standar baru yang diinternalisasi oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ekonomi. "Itu tugas semua pihak tidak hanya pemerintah namun masyarakat, mulai pendidikan dasar menginternalisasi prinsip standar baru kesehatan," tegasnya.
Prasetyantoko mengingatkan para pelaku usaha untuk bersiap mengeluarkan investasi lebih besar namun dengan imbal hasil rendah. Namun demikian, dia mengingatkan, pelaku usaha tidak perlu berkecil hati. Sebab, hal serupa dialami oleh pengusaha di seluruh dunia. Para pebisnis tengah berada dalam garis start yang sama.
Jika pelaku usaha di Indonesia dapat mengidentifikasikan seperti apa industri pasca pandemi, maka perekonomian Indonesia berpeluang lebih maju. "Adopsi teknologi untuk UMKM kita lebih maju daripada negara lain. Contohnya, kita dapat memaksimalkan peran pelayanan jasa pesan makanan melalui ojek online," sebutnya. (Baca juga: Bupati Jambi Ini Punya Cara Unik Ingatkan Warganya Pakai Masker)
Teknologi menjadi aspek penting jika pelaku usaha mampu mengadopsinya di segala sektor. Negara lain belum tentu melihat itu sebagai peluang atau memang tidak memiliki di peluang tersebut. "Teknologi akan menjadi tulang punggung. Pelaku usaha yang sudah mengadopsi penggunaan teknologi berarti menjadi penduduk asli perekonomian era baru pasca pandemi. Sementara yang lain baru mencoba bermigrasi," ucapnya.
Staf Ahli Bidang Konektivitas Pengembangan Jasa dan Sumber Daya Alam Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi mengatakan, kedisiplinan pada kesehatan lebih penting, dan harus tetap diutamakan. Melaksanakan protokol pencegahan Covid-19 harus menjadi kebiasaan pelaku usaha.
"Dari sosial ekonomi, kami menilai sektor-sektor ini tidak mempunyai potensi risiko menyebabkan penularan. Mereka juga memiliki kontribusi besar pada perekonomian juga menyerap tenaga kerja," ungkapnya.
Membuka sektor kegiatan ekonomi dimulai dengan membuka wilayah yang memiliki risiko rendah agar tidak terjadi penularan baru. Edi menegaskan, pembinaan dilakukan oleh pemerintah daerah dibantu TNI dan Polri, untuk memastikan kedisiplinan masyarakat di sektor ekonomi yang akan dibuka tersebut. Meskipun daerah terpencil maupun di lepas pantai, namun semua bertanggung jawab untuk menerapkan sistem protokol pencegahan Covid-19. (Baca juga: Liburan Staycation Tetap Aman Saat New Normal)