Menyesuaikan Perilaku dengan Standar Kehidupan Baru

Sabtu, 20 Juni 2020 - 07:10 WIB
loading...
Menyesuaikan Perilaku...
Mal perketat protokol kesehatan. Foto/SINDOnews/Yan Yusuf
A A A
Masyarakat Indonesia kini sedang beradaptasi dengan kehidupan baru . Yakni dengan selalu mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19). Roda perekonomian mulai bergerak kembali melalui sembilan sektor ekonomi yang siap dibuka. Yakni pertambangan, perminyakan, industri konstruksi, perkebunan, peternakan, pertanian, perikanan, logistik dan transportasi barang juga bersiap beradaptasi pada kondisi dan standar baru. Sebelumya, sektor perdagangan ditel sudah lebih dulu dibuka pada 15 Juni 2020 lalu.

Pemulihan ekonomi dari sembilan sektor tersebut diharapkan harus berjalan efektif beriringan dengan pemenuhan persyaratan kesehatan. Ekonom A. Prasetyantoko berpendapat, menggerakkan kembali ekonomi di berbagai sektor bukan hanya dengan protokol kesehatan saja namun juga dengan standar yang baru.

Misalnya masalah pengemasan di sektor pertanian. Pengemasan buah hasil pertanian harus lebih lebih bersih. Sebab, masyarakat memiliki standar baru, mereka akan lebih memilih yang terjamin kebersihannya. "Kita memasuki fase baru dengan standar yang berbeda. Sehingga memang tidak sekadar membutuhkan hal teknis tapi juga kesadaran yang menyeluruh. Termasuk yang berkaitan dengan personal hygiene atau kebiasaan hidup sehat dari para stakeholder," ungkapnya. (Baca: Belum Dipastikan Buka 20 Juni, Pengelola Monas: Tunggu Instruksi Pimpinan)

Rektor Unika Atma Jaya ini menambahkan, kebiasaan hidup sehat merupakan hal yang tidak bisa dipaksakan. Namun, harus menjadi standar baru yang diinternalisasi oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ekonomi. "Itu tugas semua pihak tidak hanya pemerintah namun masyarakat, mulai pendidikan dasar menginternalisasi prinsip standar baru kesehatan," tegasnya.

Prasetyantoko mengingatkan para pelaku usaha untuk bersiap mengeluarkan investasi lebih besar namun dengan imbal hasil rendah. Namun demikian, dia mengingatkan, pelaku usaha tidak perlu berkecil hati. Sebab, hal serupa dialami oleh pengusaha di seluruh dunia. Para pebisnis tengah berada dalam garis start yang sama.

Jika pelaku usaha di Indonesia dapat mengidentifikasikan seperti apa industri pasca pandemi, maka perekonomian Indonesia berpeluang lebih maju. "Adopsi teknologi untuk UMKM kita lebih maju daripada negara lain. Contohnya, kita dapat memaksimalkan peran pelayanan jasa pesan makanan melalui ojek online," sebutnya. (Baca juga: Bupati Jambi Ini Punya Cara Unik Ingatkan Warganya Pakai Masker)

Teknologi menjadi aspek penting jika pelaku usaha mampu mengadopsinya di segala sektor. Negara lain belum tentu melihat itu sebagai peluang atau memang tidak memiliki di peluang tersebut. "Teknologi akan menjadi tulang punggung. Pelaku usaha yang sudah mengadopsi penggunaan teknologi berarti menjadi penduduk asli perekonomian era baru pasca pandemi. Sementara yang lain baru mencoba bermigrasi," ucapnya.

Staf Ahli Bidang Konektivitas Pengembangan Jasa dan Sumber Daya Alam Kemenko Perekonomian Edi Prio Pambudi mengatakan, kedisiplinan pada kesehatan lebih penting, dan harus tetap diutamakan. Melaksanakan protokol pencegahan Covid-19 harus menjadi kebiasaan pelaku usaha.

"Dari sosial ekonomi, kami menilai sektor-sektor ini tidak mempunyai potensi risiko menyebabkan penularan. Mereka juga memiliki kontribusi besar pada perekonomian juga menyerap tenaga kerja," ungkapnya.

Membuka sektor kegiatan ekonomi dimulai dengan membuka wilayah yang memiliki risiko rendah agar tidak terjadi penularan baru. Edi menegaskan, pembinaan dilakukan oleh pemerintah daerah dibantu TNI dan Polri, untuk memastikan kedisiplinan masyarakat di sektor ekonomi yang akan dibuka tersebut. Meskipun daerah terpencil maupun di lepas pantai, namun semua bertanggung jawab untuk menerapkan sistem protokol pencegahan Covid-19. (Baca juga: Liburan Staycation Tetap Aman Saat New Normal)

"Kondisi saat ini belum normal karena ada ancaman terinfeksi. Normalnya nanti ketika vaksin atau obat sudah ditemukan. Maka, kita harus beradaptasi dengan kondisi saat ini. Jangan sampai terinfeksi saat kembali beraktivitas," ujar Edi.

Kedisiplinan masyarakat adalah kunci keberhasilan saat pemerintah mengambil jalan tengah menangani Covid-19 bersamaan dengan upaya mempercepat pemulihan ekonomi. Jangan sampai terjadi buka tutup wilayah atau memperketat kembali hanya karena ada kelompok masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito meminta kepada masyarakat untuk tidak mempersoalkan sektor usaha yang dibuka lebih dahulu. Dia mengharapkan, masyarakat fokus mengubah perilaku. "Bagaiman kita dapat mendisiplinkan diri, juga secara kolektif saling mengingatkan. Itu yang paling penting," ujarnya. Dia masih yakin jika semakin banyak yang mengubah perilaku menuju kehidupan baru saat pandemi ini, hasilnya akan mengurangi penularan dan angka positif Covid-19 dapat ditekan.

Sementara itu, Pakar Epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono menjelaskan, perubahan perilaku merupkan output yang diharapkan dari usaha pemerintah selama ini. Memang perlu ada kajian apakah selama pandemi ini perilaku hidup masyarakat berubah menjadi lebih bersih. Juga apakah masyarakat sudah memahami segala hal terkait virus corona. (Lihat videonya: Bocah Enam Tahun Jadi Korban Penculikan dan Pencabulan di Bekasi)

"Saya merasa dari awal Covid-19 datang di Indonesia tidak ada komunikasi publik yang strategis. Yang harus dilakukan adalah mengedukasi masyarakat terus menerus dengan bahasa yang mudah. Sebab perubahan perilaku hidup masyarakat ada caranya," ungkapnya,.

Caranya, kata dia, yakni harus ada pesan yang terstandar serta konsisten. Pesan juga tepat sasaran melalui media komunikasi. Media komunikasi pun harus disesuaikan sesuai segmentasi. Dia mengibaratkan layaknya iklan, bagaimana mempromosikan produk dalam hal ini perubahan sosial dalam masyarakat secara tepat.

Lantas seperti apa kehidupan baru pada Pandemi? Pandu yang juga Staf Senior Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Departemen Biostatistik dan Populasi ini menjawab, perilaku apapun yang memiliki upaya untuk mencegah penularan Covid-19. "Tetap berpikir untuk menghindari virus bukan hidup bersama Covid-19. Hindari narasi yang tidak penting, yang sesungguhnya tidak ada hubungannya dengan kesehatan. Masyarakat harus dibuat pintar untuk paham pencegahan ini," tegasnya. (Ananda Nararya)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1188 seconds (0.1#10.140)