PVMBG: Material Erupsi Gunung Anak Krakatau Tidak Menjangkau Sebesi dan Banten
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memastikan material erupsi Gunung Api Anak Krakatau (GAK) tidak akan menjangkau wilayah Sebesi dan Banten. Terakhir dilaporkan erupsi Gunung Anak Krakatau terjadi pada hari Jumat (22/4) pukul 17.48 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ±800 m di atas puncak.
“Material dari erupsi Gunung Anak Krakatau yang membahayakan jiwa umumnya tidak akan menjangkau warga Sebesi dan Banten, kalau pun sampai, hanya abu vulkaniknya karena bergantung pada arah dan kecepatan angin, dan ini dapat dimitigasi dengan menggunakan masker,” ujar PVMBG dikutip dari media sosial resminya, Minggu (24/4/2022).
Sementara itu, PVMBG mengingatkan masyarakat tidak boleh mendekati kompleks Gunung Anak Krakatau sesuai yang sudah direkomendasikan. Sementara itu, bunyi gemuruh erupsi GAK adalah karakter aslinya gunung api ini, terutama dalam fase erupsi Strombolian, kadang suaranya besar kadang kecil.
PVMBG menegaskan bahwa Gunung Anak Krakatau sudah melewati fase kolaps yang mengakibatkan tsunami pada 2018 lalu. Sejarah menunjukkan bahwa pasca kolaps, maka akan mengalami pertumbuhan tubuhnya kembali, lewat erupsi-erupsi di masa depan.
“Ketinggian 300 m adalah ketinggian kritis bagi Gunung Anak Krakatau untuk kembali kolaps, dan tinggi Gunung Anak Krakatau hingga saat ini masih di sekitar 150 m,” tulis PVMBG.
Selain itu, PVMBG menegaskan saat ini potensi tsunami sangat kecil karena tubuhnya sudah kolaps, kecuali seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau di bawah laut ikut kolaps, namun ini belum pernah terjadi kecuali di tahun 1883 yang diakibatkan oleh erupsi besar. Tapi indikasi untuk erupsi besar belum teramati dari data hingga saat ini, namun indikasi suplai magma masih terus terjadi.
Erupsi Gunung Anak Krakatau, bisa letusan dengan lontaran piroklastik atau bisa juga strombolian, mungkin bergantian, dan bisa terjadi setiap tahun (meski tidak menerus), sehingga masyarakat dan aparat terkait tetap waspada, tidak masuk atau mendekati ke kompleks Gunung Anak Krakatau. Masyarakat pun diminta tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa.
“Material dari erupsi Gunung Anak Krakatau yang membahayakan jiwa umumnya tidak akan menjangkau warga Sebesi dan Banten, kalau pun sampai, hanya abu vulkaniknya karena bergantung pada arah dan kecepatan angin, dan ini dapat dimitigasi dengan menggunakan masker,” ujar PVMBG dikutip dari media sosial resminya, Minggu (24/4/2022).
Sementara itu, PVMBG mengingatkan masyarakat tidak boleh mendekati kompleks Gunung Anak Krakatau sesuai yang sudah direkomendasikan. Sementara itu, bunyi gemuruh erupsi GAK adalah karakter aslinya gunung api ini, terutama dalam fase erupsi Strombolian, kadang suaranya besar kadang kecil.
PVMBG menegaskan bahwa Gunung Anak Krakatau sudah melewati fase kolaps yang mengakibatkan tsunami pada 2018 lalu. Sejarah menunjukkan bahwa pasca kolaps, maka akan mengalami pertumbuhan tubuhnya kembali, lewat erupsi-erupsi di masa depan.
“Ketinggian 300 m adalah ketinggian kritis bagi Gunung Anak Krakatau untuk kembali kolaps, dan tinggi Gunung Anak Krakatau hingga saat ini masih di sekitar 150 m,” tulis PVMBG.
Selain itu, PVMBG menegaskan saat ini potensi tsunami sangat kecil karena tubuhnya sudah kolaps, kecuali seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau di bawah laut ikut kolaps, namun ini belum pernah terjadi kecuali di tahun 1883 yang diakibatkan oleh erupsi besar. Tapi indikasi untuk erupsi besar belum teramati dari data hingga saat ini, namun indikasi suplai magma masih terus terjadi.
Erupsi Gunung Anak Krakatau, bisa letusan dengan lontaran piroklastik atau bisa juga strombolian, mungkin bergantian, dan bisa terjadi setiap tahun (meski tidak menerus), sehingga masyarakat dan aparat terkait tetap waspada, tidak masuk atau mendekati ke kompleks Gunung Anak Krakatau. Masyarakat pun diminta tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa.
(kri)