Moral Bangsa Meningkat

Jum'at, 22 April 2022 - 12:55 WIB
loading...
A A A
Setelah kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Jepang dan Belanda kita mencari bentuk sistem bernegara. Berbagai macam tafsir demokrasi ditawarkan dan juga sudah dicoba. Demokrasi terpimpin, demokrasi parlementer, demokrasi presidensial, demokrasi terbatas partainya, dan demokrasi multi-partai.

Mana lebih baik praktik dan efeknya? Jelas demokrasi yang lebih mudah dijalankan dan dievaluasi oleh publik. Demokrasi pasca-reformasi bisa dikatakan dengan jelas, lebih baik daripada demokrasi-demokrasi yang telah kita coba.

Ketika bangsa ini berganti-ganti pemimpin dan mencoba berbagai sistem, ternyata sistem yang mudah dilihat publik secara bersama dan adil dengan perkembangan teknologi dan informasi adalah sistem yang saat ini kita jalankan. Mari syukuri.

Indonesia di awal-awal kemerdekaan adalah masa berjuang dengan instabilitas. Instabilitas politik, sosial, dan ekonomi. Tidak semua elemen bangsa sepakat dengan bentuk brepublik itu sendiri. Masih ada pihak-pihak yang memimpikan sistem lebih agamis.

Sistem demokrasi tidak serta merta dipahami dan diterima. Semua butuh perjuangan. Sebagian karena rasa kedaerahan menggunakan sentimen itu untuk memisahkan diri dari republik. Masa awal kemerdekaan adalah masa percobaan sistem negara.

Masa selanjutnya adalah stabilitas ekonomi dan politik dengan berbagai harga yang dibayar. Lima puluh tahun yang lalu hingga tiga puluh tahun yang lalu tidak ada suara protes yang bebas bergerak di ruang publik.

Setiap suara yang berbeda dengan pemerintah segera terbungkam. Setiap ketidakpuasan menemuhi kebuntuan. Tidak ada ekspresi oposisi. Oposisi adalah haram. Semua harus taat pada pemerintah. Sisi positifnya adalah ekonomi stabil, rasa aman kita dapat, namun demokrasi masih menemuhi banyak sisi timpang.

Setelah Reformasi bergulir, semua berjalan berbeda. Semua berpartisiapsi. Ada gerakan partisipasi massa di publik yang terang. Sistem multi-partai memberikan ruang negosiasi yang lebih terbuka.

Semua rakyat dari desa hingga ibu kota memantau jalannya Pemilu dan pemerintahan. Berita dan kabar disiarkan melalui media secara cepat dan bebas. Isu dan wacana dibicarakan secara terbuka bahkan di warung kopi, jalanan, pasar, kelas, seminar, dan semua media.

Media elektronik dan media sosial (medsos) membuka kran-kran aliran informasi. Kita sekarang ini jauh lebih baik dalam hal evaluasi, check and balance, dan sistem ini memungkinkan kita berbeda satu sama lainnya dalam pilihan politik.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1869 seconds (0.1#10.140)