NATO dan EU: Sejauh Apa Bantuan Mereka terhadap Ukraina?

Sabtu, 19 Maret 2022 - 11:09 WIB
loading...
A A A
Dengan adanya krisis Ukraina yang saat ini terjadi UE semakin tersadar bahwa tantangan yang dihadapi di negara-negara tetangga semakin besar, dan sebagai organisasi regional yang ada di Eropa, UE sebenarnya melihat hal ini sebagai suatu kesempatan baru untuk meningkatkan pertahanan Eropa. Sejauh ini Uni Eropa melalui “European Peace Facility” telah membantu Ukraina sebesar 500 juta Euro untuk membiayai pengiriman peralatan militer ke Ukraina.

European Peace Facility merupakan instrumen di luar anggaran yang meningkatkan kemampuan UE untuk bertindak sebagai penyedia keamanan global, didirikan pada Maret 2021 untuk menjaga perdamaian, mencegah konflik, dan memperkuat keamanan internasional. Pembiayaan dan pengiriman senjata oleh UE ke negara dibawah invasi negara lain, dalam kasus ini Ukraina, merupakan aksi yang pertama kali yang dilakukan UE, di mana sebelumnya banyak pihak yang menganggap hal ini tabu, terlebih bantuan yang diberikan oleh UE hanya sekitar bantuan kemanusiaan.

Josep Borrel Fontellas, yang merupakan Perwakilan Tinggi Persatuan Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan UE, kemudian mengatakan UE telah setuju untuk memberikan senjata mematikan, bantuan mematikan kepada tentara Ukraina senilai 450 juta Euro paket dukungan dan 50 juta Euro lebih untuk pasokan tidak-mematikan, seperti bahan bakar dan peralatan pelindung. Memang terdapat upaya dari UE untuk membantu negara dalam krisis secara militer melalui pembiayaan dan pengiriman senjata, namun untuk mewujudkan Kebijakan Pertahanan Eropa, dengan perangkat yang telah dijelaskan sebelumnya tidaklah semudah yang dibayangkan terlebih perlu “political will” yang kuat dari negara-negara anggota.

NATO: Tidak Disetujuinya No Fly Zone, Alternatif Bantuan Apa yang Diberikan NATO terhadap Ukraina?
Banyak pihak berpendapat jika No Fly Zone diberlakukan maka, hal tersebut dapat membuka konfrontasi langsung antara Rusia dan Barat. Terlebih, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan jika pihak ketiga manapun yang mendeklarasikan No-Fly Zone, maka pihak tersebut dianggap ikut serta dalam perang kali ini.

NATO tahu betul bahwa No-Fly Zone merupakan pilihan teratas yang memiliki risiko tertinggi. Jika No-Fly Zone diterapkan maka dapat terbayangkan perang terbuka antara Rusia dan Barat tak dapat dihindari. Lantas apa yang dilakukan oleh NATO untuk membantu Ukraina?

Sebelumnya perlu diketahui dalam perang kali ini, bahwa aksi yang dilakukan NATO bersifat defensif, dalam hal ini bukan untuk mengekskalasi konflik melainkan menghindari konflik. Maka dari itu, mengirimkan tentara atau menerapkan No-Fly Zone tidak sesuai dengan prinsip NATO, terlebih Ukraina bukan anggota NATO. Dikutip dari laman resmi NATO, sejak Rusia menganeksasi Krimea.

Pada 2014 NATO telah membantu untuk melatih, mendanai dan mereformasi pasukan tentara Ukraina dan institusi pertahanannya. Di tahun 2016, upaya ini diperkuat lagi melalui Comprehensive Assistance Package, yang mencakup bantuan lebih luas termasuk didalamnya pertahanan siber, logistik dan menangkal perang hibrida.

Dalam kaitannya saat ini, yang dilakukan NATO sebagai organisasi aliansi militer, bukanlah membantu mengirimkan tentara atau senjata atas nama organisasi, melainkan menitik beratkan pada peran anggota NATO. NATO membantu untuk mengkoordinasikan apa yang diperlukan dan diminta oleh Ukraina, dan anggota NATO mengirimkan senjata, amunisi, bantuan medis, dan peralatan militer ke Ukraina. Sejauh ini AS, Perancis, Jerman, Belgia, Belanda, Portugal, Ceko, Romania, Kanada, Inggris, Spanyol dan Yunani yang merupakan anggota NATO telah mengirimkan bantuan militer sejak invasi dimulai 24 Februari 2022 lalu.

Pada akhirnya jika dilihat, tidaklah mudah bagi organisasi internasional untuk membantu secara langsung dalam kaitannya di bidang bantuan militer terhadap Ukraina. Tidak mudah untuk menyamakan persepsi mengenai arti ancaman dan kebijakan bersama apa yang harus dilakukan menghadapi invasi yang dilakukan oleh Rusia, terlebih terdapat prinsip-prinsip yang kadang kala bertentangan dan menahan organisasi-organisasi ini untuk tidak terlibat lebih jauh. Peran negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional-lah yang lagi-lagi dititikberatkan dalam hal ini.
(kri)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1002 seconds (0.1#10.140)