Profil Sunardi, Dokter yang Ditembak Mati Densus 88
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nama dokter Sunardi yang ditembak mati karena melawan saat hendak ditangkap Tim Detasemen Khusus ( Densus ) 88 Antiteror Mabes Polri masih diperbincangkan publik. Di lingkungan dia tinggal, RT 1/7 Bangunsari, Gayam, Sukoharjo, Sunardi dikenal sebagai seorang dokter.
Bambang yang juga Kabid Perdagangan di Pemkab Sukoharjo mengatakan dokter Sunardi sangat jarang berinteraksi dengan warga. Bahkan, di dalam group WhatsApp RT, dirinya tak memasukkan nama dokter Sunardi.
"Saya tak memasukkan namanya di dalam group (WhatsApp) lingkungan. Selama tinggal juga tidak ada sosialisasi dengan warga," terang Bambang.
Bambang tidak mengetahui secara pasti dokter Sunardi berasal dari mana. Pasalnya, sejak tinggal di lingkungan di mana dirinya menjabat sebagai Ketua RT, dokter Sunardi belum menyerahkan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Pengenal (KTP).
"Tidak ada serahkan KK dan KTP. Tinggal bersama istri anaknya ada 4. Dia membuka praktik di rumah. Kalau saya lihat pasiennya juga tidak begitu banyak. (Tempat tinggal) tidak tahu pasti sendiri atau menyewa, Saya juga tidak begitu tahu," jelasnya
Ungkap Bambang, dokter Sunardi tak pernah membayar iuran sebesar Rp25 ribu tiap bulannya. Meski jarang berinteraksi, namun Bambang mengakui bila dokter Sunardi rajin pergi salat berjamaah di masjid.
"Selama saya jadi Ketua RT, Dokter Sunardi tak pernah membayar iuran sebesar Rp25 ribu tiap bulannya. Tapi saya akui beliau sangat rajin ke masjid. Kebetulan saya juga takmir masjid. Palimg ketemu di masjid. Pas maghrib dan isya. Dia ke masjid menggunakan tongkat karena kakinya cedera akibat kecelakaan," terangnya.
Bambang yang juga Kabid Perdagangan di Pemkab Sukoharjo mengatakan dokter Sunardi sangat jarang berinteraksi dengan warga. Bahkan, di dalam group WhatsApp RT, dirinya tak memasukkan nama dokter Sunardi.
"Saya tak memasukkan namanya di dalam group (WhatsApp) lingkungan. Selama tinggal juga tidak ada sosialisasi dengan warga," terang Bambang.
Bambang tidak mengetahui secara pasti dokter Sunardi berasal dari mana. Pasalnya, sejak tinggal di lingkungan di mana dirinya menjabat sebagai Ketua RT, dokter Sunardi belum menyerahkan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Pengenal (KTP).
"Tidak ada serahkan KK dan KTP. Tinggal bersama istri anaknya ada 4. Dia membuka praktik di rumah. Kalau saya lihat pasiennya juga tidak begitu banyak. (Tempat tinggal) tidak tahu pasti sendiri atau menyewa, Saya juga tidak begitu tahu," jelasnya
Ungkap Bambang, dokter Sunardi tak pernah membayar iuran sebesar Rp25 ribu tiap bulannya. Meski jarang berinteraksi, namun Bambang mengakui bila dokter Sunardi rajin pergi salat berjamaah di masjid.
"Selama saya jadi Ketua RT, Dokter Sunardi tak pernah membayar iuran sebesar Rp25 ribu tiap bulannya. Tapi saya akui beliau sangat rajin ke masjid. Kebetulan saya juga takmir masjid. Palimg ketemu di masjid. Pas maghrib dan isya. Dia ke masjid menggunakan tongkat karena kakinya cedera akibat kecelakaan," terangnya.
(maf)