Perjalanan saat Covid-19

Kamis, 24 Februari 2022 - 08:09 WIB
loading...
Perjalanan saat Covid-19
Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Cholil Nafis menerima undangan ke Riyadh Arab Saudi. Foto/Ist
A A A
KH Cholil Nafis
Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat

SEMPATragu saat saya menerima undangan ke Riyadh Arab Saudi. Tapi rasa hati tak mampu dibendung karena dijanjikan sekalian umrah dan ziarah maqam Rasulullah SAW. di Mekkah dan Madinah. Sempat tertunda dua hari karena tempat PCR saya yang tidak bekerja sama dengan Arab Saudi. Maklum sedang sibuk mengikuti harlah NU ke 99 di Madura Jatim.

Akhirnya saya bisa berangkat ke Riyadh Arab Saudi lewat Madinah. Pesawat itu full para jemaah umrah. Sebab seusai landing di Madinah hampir semua penumpang turun dan yang melanjutkan penerbangan ke Jeddah di pesawat itu hanya tiga orang. Walhamdulillah ternyata saya transit di Jeddah dan terus penerbangan domestic ke Riyadh tak ditanyakan hasil PCR saya.

Padahal selama persiapan keberangkatan saya setiap hari PCR selama 4 hari saya selalu siap dengan PCR saat mencari tiket. Sebab setiap hari cari tiket ke Jeddah selalu kehabisan, sementara masa berlaku PCR hanya 48 jam. Itulah ketentuan yang harus dilalui.

Acara di Riyadh lumayan padat karena mengikuti program perayaan pembentukan negara Kerajaan Arab Saudi tiga abad lalu, yaitu 1727 M. Kami pun banyak mendapat pengetahuan tentang masa pembentukan Kerajaan Saudi dan kemajuan ya dari masa ke masa.





Pameran pun dilaksanakan selama tiga hari. Para undangan dari berbagai negara diberi kesempatan untuk melakukan kunjungan ke beberapa tempat bersejarah sesekali diberi waktu untuk melakukan dialog dengan benerapa pemangku kebijakan.

Di sela-sela acara peraya hari pembentuk (ihtifal yaumat ta’sis) Kerajaan Arab Saudi maka saya sempatkan untuk bersilaturrahim dengan Duta Besar Indonenesia untuk Arab Saudi, Dr. Abd Aziz Ahmad. Ia bercerita tentang strategi diplomasibha, bahwa di antara kesenian Indonesia yang dijadikan sarana komunikasi adalah gamelan. Dan itu sangat efektif untuk mengenalkan Kebudayaan Indonesia.

Seringkali saat pertemuan negara-negara Asean ditampilkan gamelan untuk mengenalkan Indonesia. Dan, sungguh baik sambutan negara-negara sahabat dengan kekhasan seni gamelan. Bahkan beberapa negara sahabat ada yang ingin mengirimkan kadernya untuk belajar kesenian dan bahasa langsung ke Indonesia.

Kebudayaan dan kesenian itu tidak bertentangan dengan agama. Bahkan itu bisa jadi sarana komunikasi dan penyebaran ide yang efektif. Islam itu bersandi adat dan adat itu berkorelaai dengan syara’. Al-Adah Muhakkamah, begitu kaidan fikih menyebutkan korelasi adat dengan hukum Islam.

Mohon doa mudah-mudahan sehat dan lancar untuk perjalanan selanjutnya akan melaksanakan ibadah umrah dan ziarah ke maqam Rasulullah SAW, Mekkah dan Madinah.
(rca)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1244 seconds (0.1#10.140)