Survei, Capres dari Jawa Mendominasi dan Luar Jawa Berpotensi
loading...
A
A
A
Kata Kunto, data dari survei menggambarkan kombinasi capres dari Jawa dan cawapres dari luar Jawa akan lebih banyak didukung oleh pemilih dengan beragam alasan.
"Alasan responden dalam memilih kombinasi tersebut adalah pemerataan pembangunan, keseimbangan kekuasaan, dan memberi kesempatan bagi mereka yang di luar Jawa. Namun kombinasi pasangan dengan capres dari luar Jawa cenderung lebih sedikit didukung oleh pemilih dibandingkan dengan pasangan yang memiliki capres dari Jawa," jelasnya.
Berbicara mengenai media sosial (medsos), Kunto menyebutkan dari temuan survei sebanyak 80.7% responden menyatakan, kepala daerah harus memiliki akun medsos namun pada kenyataannya lebih dari 80% responden menyatakan, mereka tidak mengikuti akun medsos kepala daerah mana pun.
Terkait seberapa penting calon pemimpin memanfaatkan medsos, selebriti Ronal Surapradja mengatakan, masyarakat secara umum akan cenderung 'membeli' konten medsos para politikus yang tentunya menggambarkan semua sisi positif kehidupannya saja.
"Bagi para capres-cawapres bagaimana seharusnya menggunakan media sosial, Don't use social media to impress people, but to impact people, karena belum tentu mereka yang follow, like, dan comment akan memilih saat pemilihan nanti," ungkap Ronal.
Pernyataan Ronal seakan diamini hasil penelitian disertasi Analis Komunikasi Politik, Hendri Satrio (Hensat). Hensat menegaskan, popularitas di medsos tidak akan mempengaruhi angka elektabilitas.
"Media sosial itu bukanlah wadah yang tepat untuk menaikkan elektabilitas, melainkan hanya dapat meningkatkan popularitas," ucap Hensat.
Bagi pendakwah, Akmal Sjafril, medsos selain dapat membuat seseorang menjadi populer, namun juga memiliki dampak negatif yaitu 'onar'. Dirinya mengatakan dari perspektif Islam, pemimpin yang baik adalah yang dicintai oleh rakyatnya dan pemimpin juga mencintai rakyatnya.
"Dan bagaimana pemimpin bisa dicintai oleh rakyatnya? yaitu dengan cara dikenal. Di sini lah salah satu fungsi positif media sosial, yakni untuk mengenalkan," ungkap Akmal.
Survei Peluang dari Luar Jawa ini, diselenggarakan pada tanggal 17-24 Januari 2022 dengan metode survei face to face interview (computer assisted personal interviewing), kepada 1.201 responden yang berada di 34 provinsi. Dengan error sampling sebesar ± 2.83% pada pada interval kepercayaan 95.0%.
"Alasan responden dalam memilih kombinasi tersebut adalah pemerataan pembangunan, keseimbangan kekuasaan, dan memberi kesempatan bagi mereka yang di luar Jawa. Namun kombinasi pasangan dengan capres dari luar Jawa cenderung lebih sedikit didukung oleh pemilih dibandingkan dengan pasangan yang memiliki capres dari Jawa," jelasnya.
Berbicara mengenai media sosial (medsos), Kunto menyebutkan dari temuan survei sebanyak 80.7% responden menyatakan, kepala daerah harus memiliki akun medsos namun pada kenyataannya lebih dari 80% responden menyatakan, mereka tidak mengikuti akun medsos kepala daerah mana pun.
Terkait seberapa penting calon pemimpin memanfaatkan medsos, selebriti Ronal Surapradja mengatakan, masyarakat secara umum akan cenderung 'membeli' konten medsos para politikus yang tentunya menggambarkan semua sisi positif kehidupannya saja.
"Bagi para capres-cawapres bagaimana seharusnya menggunakan media sosial, Don't use social media to impress people, but to impact people, karena belum tentu mereka yang follow, like, dan comment akan memilih saat pemilihan nanti," ungkap Ronal.
Pernyataan Ronal seakan diamini hasil penelitian disertasi Analis Komunikasi Politik, Hendri Satrio (Hensat). Hensat menegaskan, popularitas di medsos tidak akan mempengaruhi angka elektabilitas.
"Media sosial itu bukanlah wadah yang tepat untuk menaikkan elektabilitas, melainkan hanya dapat meningkatkan popularitas," ucap Hensat.
Bagi pendakwah, Akmal Sjafril, medsos selain dapat membuat seseorang menjadi populer, namun juga memiliki dampak negatif yaitu 'onar'. Dirinya mengatakan dari perspektif Islam, pemimpin yang baik adalah yang dicintai oleh rakyatnya dan pemimpin juga mencintai rakyatnya.
"Dan bagaimana pemimpin bisa dicintai oleh rakyatnya? yaitu dengan cara dikenal. Di sini lah salah satu fungsi positif media sosial, yakni untuk mengenalkan," ungkap Akmal.
Survei Peluang dari Luar Jawa ini, diselenggarakan pada tanggal 17-24 Januari 2022 dengan metode survei face to face interview (computer assisted personal interviewing), kepada 1.201 responden yang berada di 34 provinsi. Dengan error sampling sebesar ± 2.83% pada pada interval kepercayaan 95.0%.
(maf)