Elektabilitas Ganjar Meningkat, PDIP: Saat Ini Bukan Situasi Normal
loading...
A
A
A
Namun, pihaknya juga mempertanyakan apakah kader PDIP lainnya yang juga sebagai pejabat publik seperti Mensos Juliari Peter Batubara, termasuk Ketua DPR Puan Maharani juga masuk dalam survei.
"Saya tidak tahu karena kalau dari berdasarkan media, ini juga semua yang sangat populer. Tapi saya anggap ini kepala-kepala daerah itu yang menjadi sasaran survei. Kalau dari antara kepala daerah, gubernur yang menonjol ya Mas Ganjar. Harus jujur mengakui itu," paparnya.
Menurut Eriko, PDIP memiliki banyak kader potensial. Misalnya di tingkatan wali kota atau bupati, ada nama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, termasuk Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
"Ini perkiraan saya memang dibatasi calon-calon yang potensial di 2024 oleh lembaga survei. Boleh saja lembaga survei juga subjektif karena coba terbuka siapa yang membiayai? Pasti kan tidak datang dengan sendirinya. Pasti ada yang membiayai survei. Bukan kita berasumsi buruk," katanya.
Menurut Eriko, lembaga survei memang seharusnya transparan dalam hal pembiayaan survei. "Ini juga penting supaya semua terbuka. Bisa saja lembaga survei itu sendiri yang membiayai. Tapi dalam situasi pandemi Covid-19 ada tiba-tiba survei untuk 2024, ya rasanya memang agak naif. Dalam situasi yang sulit ini kita melihat terlalu jauh ke 2024," tuturnya.
Apakah dengan adanya tren kenaikan elektabilitas Ganjar Pranowo akan dikapitalisasi menjadi peluang di 2024? Eriko menegaskan bahwa Pemilu 2024 masih empat tahun lagi.
"Momentum itu masih lama. Dalam momentum itu bisa tetap, bisa berubah, sangat dinamis selama empat tahun ini," katanya.
Eriko mengatakan, ada adagium bahwa posisi saat menjabat akan berbeda dengan ketika tidak menjabat. Dia mencontohkan Anies Baswedan yang masa tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta akan berakhir pada 2022.
"Apakah sama (peluang Anies-red) sampai 2024? Begitu pula Pak RK (Ridwan Kamil), Bu Khofifah, begitu pula Mas Ganjar. Itu kalau ditanyakan ke lembaga survei juga tidak bisa menjamin itu," tuturnya.
Dia menilai saat ini belum waktu yang pas dan terlalu jauh untuk memikirkan peluang pada Pemilu 2024. Apalagi, situasi sekarang negara juga sedang berjuang melawan pandemi Covid-19.
"Saya tidak tahu karena kalau dari berdasarkan media, ini juga semua yang sangat populer. Tapi saya anggap ini kepala-kepala daerah itu yang menjadi sasaran survei. Kalau dari antara kepala daerah, gubernur yang menonjol ya Mas Ganjar. Harus jujur mengakui itu," paparnya.
Menurut Eriko, PDIP memiliki banyak kader potensial. Misalnya di tingkatan wali kota atau bupati, ada nama Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, termasuk Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
"Ini perkiraan saya memang dibatasi calon-calon yang potensial di 2024 oleh lembaga survei. Boleh saja lembaga survei juga subjektif karena coba terbuka siapa yang membiayai? Pasti kan tidak datang dengan sendirinya. Pasti ada yang membiayai survei. Bukan kita berasumsi buruk," katanya.
Menurut Eriko, lembaga survei memang seharusnya transparan dalam hal pembiayaan survei. "Ini juga penting supaya semua terbuka. Bisa saja lembaga survei itu sendiri yang membiayai. Tapi dalam situasi pandemi Covid-19 ada tiba-tiba survei untuk 2024, ya rasanya memang agak naif. Dalam situasi yang sulit ini kita melihat terlalu jauh ke 2024," tuturnya.
Apakah dengan adanya tren kenaikan elektabilitas Ganjar Pranowo akan dikapitalisasi menjadi peluang di 2024? Eriko menegaskan bahwa Pemilu 2024 masih empat tahun lagi.
"Momentum itu masih lama. Dalam momentum itu bisa tetap, bisa berubah, sangat dinamis selama empat tahun ini," katanya.
Eriko mengatakan, ada adagium bahwa posisi saat menjabat akan berbeda dengan ketika tidak menjabat. Dia mencontohkan Anies Baswedan yang masa tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta akan berakhir pada 2022.
"Apakah sama (peluang Anies-red) sampai 2024? Begitu pula Pak RK (Ridwan Kamil), Bu Khofifah, begitu pula Mas Ganjar. Itu kalau ditanyakan ke lembaga survei juga tidak bisa menjamin itu," tuturnya.
Dia menilai saat ini belum waktu yang pas dan terlalu jauh untuk memikirkan peluang pada Pemilu 2024. Apalagi, situasi sekarang negara juga sedang berjuang melawan pandemi Covid-19.