KPAI Ungkap 88% Guru Jadi Pelaku Kekerasan Seksual di Sekolah

Senin, 13 Desember 2021 - 19:49 WIB
loading...
KPAI Ungkap 88% Guru...
Komisioner KPAI Retno Listyarti menyebut 88% guru menjadi pelaku kekerasan di sekolah. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mengungkap data yang mencengangkan perihal kasus kekerasan di sekolah, termasuk kekerasan seksual. Berdasarkan hasil pengawasan KPAI pada 2018 dan 2019 sebelum pandemi Covid-19, terdapat 72% kekerasan fisik di sekolah, 9% kekerasan psikis dan kekerasan seksual 2%.

"Mana tahu anak tentang konsep seksual, apalagi ketika anak itu SD, nah 2% itu tetapi ditambah dengan 13% dari pantauan kami tidak dilaporkan KPAI tetapi ada di media, maka kami pun melakukan pengawasan," kata Retno dalam diskusi Empat Pilar MPR RI yang bertajuk "Mendorong Keberpihakan Negara dalam Perlindungan Anak" di Media Center DPR RI, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (13/12/2021).

Dari hasil pengawasan KPAI pada 2018, kata Retno, korban itu justru mayoritas anak laki-laki. Retno mengingatkan, baik anak laki-laki maupun anak perempuan semuanya rentan mengalami kekerasan seksual. Dia menyebut, kasus pertama pada 2018 terjadi di Kabupaten Tangerang. Di mana seorang guru olahraga melakukan sodomi terhadap 41 siswa dengan dengan modus memberikan kesaktian dan ilmu pelet kepada anak-anak itu.

Baca juga: LPSK Sebut Banyak Sekolah Menolak Korban Pemerkosaan Herry Heriawan

Kedua adalah kasus di Jombang di mana 25 siswi menjadi korban guru Bahasa Indonesia di sekolah itu dengan modus ruqyah. "Kemudian kasus di SD di Surabaya, korbannya mencapai 65 siswa. Ini dilakukan pelaku selama 3 tahun. Jadi bayangkan, di Jakarta juga pernah terjadi 2018 yaitu 16 siswa dan itu jumlahnya kalau kita hitung, maka antara laki-laki dengan perempuan, lebih banyak anak laki-laki pada 2018, angka itu dari 65+41+16 jadi lebih dari 120 adalah laki-laki. Sementara data yang dihimpun KPAI, kasus dengan korban perempuan itu terjadi di Jombang 25 orang dan Cimahi sebanyak 7 orang," beber Retno.



Lalu pada 2019, korban kekerasan seksual lebih banyak menimpa anak perempuan daripada anak laki-laki. Di mana 52 anak laki-laki, sedangkan anak perempuan angkanya di atas 100 orang. ” Yang lebih mengagetkan, bahwa pelaku kekerasan seksual itu 88% merupakan guru dan 22% merupakan kepala sekolah. Itu berdasarkan data KPAI 2018-2019. Adapun guru berasal dari sejumlah mata pelajaran seperti olahraga, guru agama, guru kesenian, komputer, IPS, Bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya,” ucapnya.

Dari 88% guru yang melakukan kekerasan seksual, 40% adalah guru olahraga dan 13,3% adalah guru agama, selebihnya adalah guru kesenian, guru komputer, guru IPS, guru bahasa Indonesia dan lain-lain. Adapun bentuk kekerasan seksualnya, kata Retno, mulai dari sodomi, perkosaan, pencabulan maupun pelecehan seksual atau juga melakukan oral.

Berdasarkan jenjang pendidikan, kata Retno, kasus paling tinggi terjadi pada Sekolah Dasar (SD) yaitu 64,7%, kedua jenjang SMP dan sederajat sebesar 23,53%, sedangkan di SMA atau sederajat itu kasusnya sekitar 11,77%. Menurut Retno, lokasi kekerasan seksual biasanya terjadi di lingkungan sekolah, perkemahan dan bus pariwisata.

Retno mengaku, belum melihat ada sistem pencegahan, pengaduan, penanganan dan bahkan penindakan sebagaimana Permendikbud 82/2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan. Termasuk peraturan di Kementerian Agama (Kemenag). "Harusnya ini menjadi momentum untuk memperbaiki sistem pengawasan, kontrol, pencegahan. Kalau ada sistem pengaduan yang kuat ada sistem pengawasan yang kuat, itu akan memberikan perlindungan terhadap anak-anak kita," kata Retno.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1187 seconds (0.1#10.140)