Kepala BKKBN Hasto Wardoyo Tegaskan Stunting Hanya Bisa Diatasi dengan Kolaborasi
loading...
A
A
A
Dalam melakukan pendampingan, Pendamping Keluarga tentu juga dibekali berbagai strategi mengingat tingkat heterogenitas masyarakat Indonesia, baik budaya, agama, dan kelas sosial, yang sangat tinggi. “Kami bekerja sama dengan tokoh agama, tokoh masyarakat, psikolog, ahli parenting, dan lain-lain,” kata Hasto.
Beberapa kasus yang sering dihadapi adalah penolakan berbasis agama, dan kepercayaan banyak anak banyak rejeki. “Para Pendamping Keluarga tidak akan sendirian untuk menghadapi kasus-kasus seperti ini. Pada masyarakat kelas menengah yang kritis misalnya, kami tentu akan menurunkan psikolog atau pakar parenting supaya target merasa nyaman,” tuturnya.
Aplikasi Elsimil
Untuk mempermudah kerja Pendamping Keluarga, BKKBN juga telah meluncurkan aplikasi digital Elsimil (Elektronik siap nikah siap hamil). Melalui aplikasi ini Pendamping Keluarga mendata riwayat pernikahan, kehamilan, dan kelahiran penduduk. “Mereka mengentri setiap data baru yang masuk, by name by adress. Sehingga dapat dipantau sebaik mungkin untuk menjaga kehamilan hingga bayi berusia dua tahun,” ucapnya.
Hasto menekankan bahwa mencegah stunting itu penting, mencegah juga lebih baik daripada mengatasi. “Maka marilah semua keluarga jangan malu, cegah lahirnya anak stunting, cek selalu status gizi, pada seribu hari kehidupan pertama. Jangan hamil kalau tidak terencana,” katanya mengingatkan.
Stunting sangat mempengaruhi masa depan anak dan dalam skala lebih luas mempengaruhi masa depan bangsa. Stunting itu tidak hanya pertumbuhan badan kurang maksimal, jadi kerdil, pendek. Otaknya pun tidak berkembang, dan pada usia di atas 40 tahun mulai sakit-sakit. Dengan kondisi seperti itu stunting menghalangi seorang anak untuk meraih cita-citanya. Menjadi tidak produktif, sehingga akhirnya menjadi beban negara.
“Kritik saya jangan besar-besarkan preweding, tapi prekonsepsi, 1000 hari pertama sangat penting, masa ini adalah pembentukan kemampuan dasar, intelektualitasnya, pendengarannya, motoriknya dll. Maka saat 1.000 hari pertama terabaikan, maka anak kita akan lahir stunting dengan ciri tinggi badan kurang, intelektual kurang, dan di hari tua sakit-sakitan,” katanya
Bayi lahir stunting juga bisa mengakibatkan emosional mental disorder. Saat ini jumlah generasi yang mengalami emosional mental disorder angkanya 9,8 persen. “Lihat saja, kalau ada 100 remaja, maka akan ada sembilan yang agak error. Diajak belajar susah, susah diajak bicara, atau sebaliknya bicara melulu, karena punya waham, waham kebesaran,” ujarnya.
Kemudian, lanjutnya ada autisme. Kalau baru berusia dua tahun seorang anak sudah punya adik lagi, anaknya stress sebenarnya. Saat remaja pelariannya ada yang ke napza (narkotika, psikotropika, dan obat terlarang), ada juga yang jadi Orang dengan Gangguan Jiwa (OdGJ).
Persoalan bangsa banyak berakar dari manusianya yang kurang sehat. Maka untuk membangun bangsa harus dibangun manusianya sejak 1.000 hari pertama kehidupan. Artinya, pembangunan keluarga, pondasi dan isu pertama adalah tercapainya pembangunan manusia. Karena itu, kata Hasto, bonus demografi pada 2030 harus dikapitasi menjadi kesejahteraan.
Dalam banyak kesempatan Presiden Joko Widodo pun menekankan pentingnya mencegah bayi lahir stunting demi masa depan bangsa Indonesia yang berkualitas. Sejak sekarang perlu dipersiapkan generasi muda yang siap berdaya saing, unggul, yang akan menjadi suksesor untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045.
“Makanya kalau stunting ini kita turunkan, lumayan. Pak Presiden mengajak keluarga muda ini ayo cegah stunting, melahirkan generasi emas untuk Indonesia emas pada 2045,” katanya.
Seluruh elemen bangsa dengan demikian punya kepentingan mewujudkan Indonesia bebas stunting, maka dari itu semua harus berperan. BKKBN tidak bisa bekerja sendirian. “Lebih baik mencegah ketimbang mengatasi. Maka dari itu mari seluruh keluarga cegah stunting, remaja putri, ibu hamil, bayi bawah dua tahun (baduta) penting sekali. Stunting harus diatasi tidak bisa sendiri harus kolaborasi. Tidak cukup dokter mengurusi orang mau hamil, karena ketersediaan air bersih dan infrastruktur lainnya sangat besar pengaruhnya,” katanya.
Beberapa kasus yang sering dihadapi adalah penolakan berbasis agama, dan kepercayaan banyak anak banyak rejeki. “Para Pendamping Keluarga tidak akan sendirian untuk menghadapi kasus-kasus seperti ini. Pada masyarakat kelas menengah yang kritis misalnya, kami tentu akan menurunkan psikolog atau pakar parenting supaya target merasa nyaman,” tuturnya.
Aplikasi Elsimil
Untuk mempermudah kerja Pendamping Keluarga, BKKBN juga telah meluncurkan aplikasi digital Elsimil (Elektronik siap nikah siap hamil). Melalui aplikasi ini Pendamping Keluarga mendata riwayat pernikahan, kehamilan, dan kelahiran penduduk. “Mereka mengentri setiap data baru yang masuk, by name by adress. Sehingga dapat dipantau sebaik mungkin untuk menjaga kehamilan hingga bayi berusia dua tahun,” ucapnya.
Hasto menekankan bahwa mencegah stunting itu penting, mencegah juga lebih baik daripada mengatasi. “Maka marilah semua keluarga jangan malu, cegah lahirnya anak stunting, cek selalu status gizi, pada seribu hari kehidupan pertama. Jangan hamil kalau tidak terencana,” katanya mengingatkan.
Stunting sangat mempengaruhi masa depan anak dan dalam skala lebih luas mempengaruhi masa depan bangsa. Stunting itu tidak hanya pertumbuhan badan kurang maksimal, jadi kerdil, pendek. Otaknya pun tidak berkembang, dan pada usia di atas 40 tahun mulai sakit-sakit. Dengan kondisi seperti itu stunting menghalangi seorang anak untuk meraih cita-citanya. Menjadi tidak produktif, sehingga akhirnya menjadi beban negara.
“Kritik saya jangan besar-besarkan preweding, tapi prekonsepsi, 1000 hari pertama sangat penting, masa ini adalah pembentukan kemampuan dasar, intelektualitasnya, pendengarannya, motoriknya dll. Maka saat 1.000 hari pertama terabaikan, maka anak kita akan lahir stunting dengan ciri tinggi badan kurang, intelektual kurang, dan di hari tua sakit-sakitan,” katanya
Bayi lahir stunting juga bisa mengakibatkan emosional mental disorder. Saat ini jumlah generasi yang mengalami emosional mental disorder angkanya 9,8 persen. “Lihat saja, kalau ada 100 remaja, maka akan ada sembilan yang agak error. Diajak belajar susah, susah diajak bicara, atau sebaliknya bicara melulu, karena punya waham, waham kebesaran,” ujarnya.
Kemudian, lanjutnya ada autisme. Kalau baru berusia dua tahun seorang anak sudah punya adik lagi, anaknya stress sebenarnya. Saat remaja pelariannya ada yang ke napza (narkotika, psikotropika, dan obat terlarang), ada juga yang jadi Orang dengan Gangguan Jiwa (OdGJ).
Persoalan bangsa banyak berakar dari manusianya yang kurang sehat. Maka untuk membangun bangsa harus dibangun manusianya sejak 1.000 hari pertama kehidupan. Artinya, pembangunan keluarga, pondasi dan isu pertama adalah tercapainya pembangunan manusia. Karena itu, kata Hasto, bonus demografi pada 2030 harus dikapitasi menjadi kesejahteraan.
Dalam banyak kesempatan Presiden Joko Widodo pun menekankan pentingnya mencegah bayi lahir stunting demi masa depan bangsa Indonesia yang berkualitas. Sejak sekarang perlu dipersiapkan generasi muda yang siap berdaya saing, unggul, yang akan menjadi suksesor untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045.
“Makanya kalau stunting ini kita turunkan, lumayan. Pak Presiden mengajak keluarga muda ini ayo cegah stunting, melahirkan generasi emas untuk Indonesia emas pada 2045,” katanya.
Seluruh elemen bangsa dengan demikian punya kepentingan mewujudkan Indonesia bebas stunting, maka dari itu semua harus berperan. BKKBN tidak bisa bekerja sendirian. “Lebih baik mencegah ketimbang mengatasi. Maka dari itu mari seluruh keluarga cegah stunting, remaja putri, ibu hamil, bayi bawah dua tahun (baduta) penting sekali. Stunting harus diatasi tidak bisa sendiri harus kolaborasi. Tidak cukup dokter mengurusi orang mau hamil, karena ketersediaan air bersih dan infrastruktur lainnya sangat besar pengaruhnya,” katanya.