Belajar dari Sebelumnya, Persiapan Pemerintah Antisipasi Gelombang Ketiga Covid-19 Lebih Kuat

Jum'at, 15 Oktober 2021 - 13:32 WIB
loading...
Belajar dari Sebelumnya, Persiapan Pemerintah Antisipasi Gelombang Ketiga Covid-19 Lebih Kuat
Pemerintah mengantisipasi gelombang ketiga Covid-19. Foto/Ilustrasi/Dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pemerintah mengantisipasi gelombang ketiga Covid-19 . Pemerintah juga belajar dari gelombang kedua Covid-19 yang terjadi pada Juli lalu. Sehingga, persiapan pemerintah mengantisipasi gelombang ketiga Covid-19 jauh lebih kuat dibandingkan pada Juli lalu.

"Kita tetap antisipasi kok gelombang ketiga. Kalau dibandingkan Juli kita antisipasinya jauh lebih banyak," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi , Jumat (15/10/2021).

Salah satunya, jumlah persediaan oksigen ditambah. “Bahkan kita tambah generator. Banyak hal yang kemudian dipastikan kebutuhan oksigen kalau dia bisa meningkat misalnya berkali-kali lipat," kata Siti Nadia.



Kemudian, stok obat-obatan saat ini juga aman. "Kita tentunya berharap tidak terjadi peningkatan kasus seperti di bulan Juli. Jadi kita berusaha tetap menekan kasus tersebut, walaupun kalau ada peningkatan, pasti akan kita upayakan dan mengendalikan," imbuhnya.

Lalu, fasilitas kesehatan seperti ruang perawatan atau isolasi terpusat juga tersedia. Siti Nadia mengatakan, tidak ada penambahan oksigen saat gelombang kedua Juli lalu.

"Kalau obat kan pasti kita sekarang stoknya cukup. Tapi kemudian obat juga sudah ganti kan, favipiravir, bukan lagi oseltamivir. Telemedicine juga sudah ada mekanismenya, telemedicine yang dengan IDI dengan asosiasi telemedicine, jadi sudah ada sistemnya," katanya.

Selanjutnya, dia mengungkapkan angka pelacakan kontak (tracing) dan pemeriksaan (testing) juga lumayan tinggi. "Artinya tidak terjadi penurunan dibandingkan di awal terjadinya peningkatan kasus Juli lalu," tuturnya.



Siti Nadia juga mengingatkan bahwa pemerintah mampu menurunkan 56 persen kasus Covid-19 pada Juli 2021 dalam waktu dua minggu dengan kebijakan PPKM Darurat. "Artinya, dukungan dari semua pihak itu juga menjadi penting yang kemudian kita bisa betul-betul menurunkan angka tersebut. Yang penting mewaspadai," ujarnya.

Mengenai sebagian besar negara tetangga yang mengalami peningkatan kasus Covid-19, kata dia, umumnya dikarenakan varian Delta. Siti Nadia mengatakan varian Delta terus bermutasi. “Nah ini yang memang harus diwaspadai, artinya tetap varian Delta yang harus jadi kewaspadaan kita," kata Siti Nadia.

Dia menjelaskan jumlah varian Delta di Indonesia juga cukup banyak. 50 persen varian Covid-19 yang dilaporkan di Indonesia adalah varian Delta. "Makanya menjadi penting bagaimana memastikan baik varian Delta maupun varian yang mungkin masuk ya dari luar itu harus tetap kita perkuat pintu masuk kita," pungkasnya.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan Indonesia belum lama ini melewati gelombang kedua. "Semua infrastruktur pelayanan kesehatan dan medik diperkuat untuk menghadapi lonjakan kasus tersebut. Maka tentunya fasilitas tersebut juga akan standby untuk menghadapi potensi lonjakan kasus ke depan," ujar Wiku.
(rca)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2705 seconds (0.1#10.140)