Varian Mu Dinilai Tak Lebih Ganas dari Delta, di Dunia Hanya 0,1% Kasus

Rabu, 08 September 2021 - 16:45 WIB
loading...
Varian Mu Dinilai Tak...
Namun, Ketua Satuan Tugas Covid-19 PB IDI, Zubairi Djoerban menegaskan, varian Mu tak lebih ganas dari varian Delta. Bahkan, di dunia hanya 0,1% ditemukan. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Virus Corona (Covid-19) terus mengalami mutasi salah satunya yakni varian Mu yang pertama kali ditemukan di Amerika Latin, Kolombia. Namun, Ketua Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban menegaskan, varian Mu tidak lebih ganas dari varian Delta. Bahkan, di dunia hanya 0,1% ditemukan kasus dari varian ini.



"Untuk diketahui, varian ini ditemukan mula-mula di sana di Amerika Latin, di Kolombia kemudian juga di Ekuador pada bulan Januari 2021, jadi sudah cukup lama sudah sekitar 8-9 bulan," ungkapnya dikutip dari media sosial pribadinya, Rabu (8/9/2021).

Zubairi pun meminta masyarakat tidak perlu khawatir dan panik, namun tetap waspada terhadap varian Mu ini. Meskipun di Kolombia ditemukan 39% kasus dari varian Mu, namun di dunia hanya 0,1% kasus dari varian ini.

"Untuk Kolombia memang jadi masalah berat karena sekarang 39% virus di Kolombia adalah virus varian Mu. Namun untuk dunia masih kurang dari 0,1%. Jadi kita memang perlu waspada, namun sama sekali tidak perlu panik, tidak perlu khawatir banget, 0,1% jadi masih rendah sekali ya," paparnya.

Meskipun kata Zubairi, dalam waktu 1 minggu terakhir memang ada ribuan orang yang terinfeksi di Kolombia dan juga ada beberapa ratus yang meninggal. "Namun sekali lagi itu merupakan varian yang amat jarang ditemukan di dunia yang lain, jadi 0,1%," ujarnya.

Selain itu Zubairi mengatakan, kasus Mu di Amerika juga hanya beberapa ribu saja. Dia pun menegaskan, varian Mu tidak lebih ganas dari varian Delta.

"Di Amerika juga hanya beberapa ribu saja. Dan itu artinya, amat sangat minim dibandingkan dengan varian Delta. Kelihatannya tidak lebih, paling tidak data sekarang ini tidak lebih ganas, tidak lebih bisa menembus antibodi yang terbentuk di tubuh kita, baik karena vaksin maupun setelah terinfeksi," jelasnya.

"Nah jadi bagaimana, apakah kita tenang saja? Ya, tidak. Tentu harus dilakukan monitoring evaluasi harian. Kali ini evaluasi harian terutama dari data berbagai negara. Jadi sekarang ini yang sedikit sekali masih di Amerika, di Meksiko, maupun di Spanyol, sedang di tempat lain masih amat sangat sedikit," ungkap Zubairi.

Zubairi menegaskan, saat ini monitor evaluasi itu paling penting. Kedua jangan abai. Sekarang ini melihat bahwa sudah mulai ada istilahnya orang ingin sekali piknik.

"Karena sudah lama di dalam rumah, ingin banget banyak orang piknik, dan itu harus segera diawasi, dibatasi," tegasnya.
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1619 seconds (0.1#10.140)