Ketum PBNU Sebut Ulama Timur Tengah Gagap Hadapi Pemikiran Baru

Senin, 30 Agustus 2021 - 15:09 WIB
loading...
Ketum PBNU Sebut Ulama Timur Tengah Gagap Hadapi Pemikiran Baru
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj menyebut para ulama Timur Tengah gagap dalam menghadapi pemikiran-pemikiran baru khususnya yang berasal dari luar Islam. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menyebut para ulama Timur Tengah gagap dalam menghadapi pemikiran-pemikiran baru khususnya yang berasal dari luar Islam. Merekapun terus berusaha untuk mengembalikan sistem khilafah namun tidak berhasil.

"Yang paling menonjol adalah bagaimana sikap para ulama Timur Tengah ketika menghadapi pemikiran-pemikiran baru. Terus terang saja mereka gagap dengan adanya pemikiran yang datang dari Eropa dari luar Islam sehingga kebanyakan dari mereka langsung menolak keras," jelas said saat membuka secara virtual Simposium Internasional 2021 dengan tema Kosmopolitanisme Islam Nusantara, Senin,(30/08/2021).

Ia menambahkan setelah bubarnya khilafah Utsmaniyah pada 1924 yang dihapus oleh Mustafa Kemal Ataturk beberapa ulama berusaha keras untuk membangun kembali sistem khilafah 1925. Namun tetap tidak menghasilkan ide untuk mengembalikan sistem khilafah ditambah dengan penjajahan sebagian besar wilayah timur tengah oleh bangsa barat.

"Ketika itu para ulama Islam kehilangan pemimpin atau induknya khilafah maka ada beban sangat berat yaitu menghadapi penjajahan. Kebanyakan ulama Islam ingin menghadapinya dengan sistem Islam khilafah yang mereka yakini tidak ada sistem yang lain,"jelasnya.

Kiai Said menambahkan pada 1928, akhirnya muncul organisasi Islam bernama Ikhwanul Muslimin (IM) didirikan oleh Hassan Al-Banna guna menumpas penjajahan dan pemikiran barat. Tidak lama setelah Hassan Al-Banna terbunuh penggantinya Sayyid Qutb tidak se-ide dengan pemikiran Hassan Al-banna. Baca Juga: Ma'ruf Amin: Khilafah Tak Boleh Ada di Indonesia

"Penggantinya adalah Sayyid Qutb, seorang jurnalis dari Kairo University bukan dari Al Azhar dan bukan ulama Al-Azhar. Dalam tulisannya bahwa semua ideologi yang dari luar Islam apapun ideologinya termasuk ke dalam kelompok jahiliyah baik komunisme, kapitalisme maupun nasionalisme,"urainya.

Sehingga IM dalam perjuangannya yang dibangun oleh Hassan Al-Banna untuk kebangkitan umat Islam ternyata mengarah kepada radikalisme setelah dipimpin oleh penggantinya Sayyid Qutb.

Setelah IM dibubarkan tahun 1965 pemikiran IM tidak hilang dan diteruskan oleh kelompok yang lebih radikal lagi bernama jamaah Takfir wal-Hijra yang mengkafirkan semua orang yang tidak sepaham dengan mereka dimana pendirinya bernama Syukri Ahmad Mustofa pada 1970-an.

"Di padang pasir Sinai, jamaah Islam salat Jumat dibom sebanyak 680 jamaah salat jumat mati semua. Yang membunuh Presiden Anwar Sadat 6 Oktober 1981, inilah gambaran sekilas bagaimana konflik yang belum selesai antara aktivis Islam dengan aktivis nasionalis,"jelasnya.
(cip)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2382 seconds (0.1#10.140)