UMKM Bangkit!
loading...
A
A
A
Erick Rompas
Pemerhati Ekonomi dan Founder PT Bina Investama Global
"A big business starts small."
KATA-KATA di atas dituturkan oleh Sir Richard Charles Nicholas Branson atau yang dikenal dengan sapaan Richard Bronson. Ia merupakan seorang pengusaha terkemuka asal Inggris sekaligus pendiri Virgin Group. Tercatat lebih dari 400 perusahaan yang bergerak di berbagai bidang berada di bawah naungannya, termasuk yang belakangan lagi nge-hits, Virgin Galactic, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penerbangan antariksa.
Apabila diresapi secara mendalam, kata-kata Branson memang benar-benar tepat. Sebuah bisnis besar berawal dari usaha yang kecil, tak terkecuali Virgin Group yang didirikan pada dekade 1970. Berkat kerja keras dan kegigihannya, Branson kini menjadi salah satu orang tajir di dunia. Menurut Forbes, kekayaan Branson per 2021 mencapai USD4,5 miliar atau setara dengan Rp64,8 triliun.
Long story short, terinspirasi dari kata-kata mutiara Branson, penulis tertarik untuk menuliskan situasi terkini dunia usaha di tengah pandemi Covid-19, khususnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Dalam tulisan ini, penulis akan membedah dampak pandemi yang diderita pelaku UMKM hingga kans untuk bangkit bahkan menembus pasar ekspor di era postpandemic Covid-19.
UMKM Terhantam
Pandemi Covid-19 telah menghantam seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Sampai dengan tulisan ini dibuat (25 Agustus 2021), kasus konfirmasi positif Covid-19 di Tanah Air telah menembus 4 juta (4.026.837). Dari jumlah itu, sebanyak hampir 130.000 (129.293) meninggal akibat terjangkit penyakit yang disebabkan virus korona itu.
Dari sisi perekonomian, pandemi Covid-19 telah mengakibatkan perekonomian Indonesia tumbuh negatif dalam empat kuartal berturut-turut sejak kuartal II-2020. Angin segar baru terasa di kuartal II-2021 di mana ekonomi mampu melesat 7,07%, sesuatu yang patut disyukuri, bukan?
Kendati demikian, ada tantangan memasuki kuartal III-2021 lantaran penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang diikuti PPKM Level 4-3-2-1 sejak 3 Juli 2021. Seiring penurunan kasus aktif Covid-19, perlahan tapi pasti sektor-sektor ekonomi pun mulai dibuka kembali. Ekonomi kuartal ini diyakini masih bisa tumbuh di kisaran 4%.
Secara kasat mata, dampak pandemi Covid-19 terhadap UMKM terlihat nyata di sekeliling kita. Sebagai contoh sederhana, satu per satu warung makan atau akrab dengan sebutan warteg tutup. Penutupan warteg itu tidak hanya bisa dilihat dari sisi usaha semata, melainkan juga dari sisi pekerja yang terlibat di dalamnya. Belum lagi pihak ketiga atau keempat yang mendukung keberlangsungan usaha.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pemerintah melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) berupaya membangkitkan kembali sektor UMKM. Apalagi, mengutip penelitian Badan Keahlian DPR, jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,19 juta dengan komposisi usaha mikro dan kecil (UMK) sangat dominan, yaitu 64,13 juta (99,92%) dari keseluruhan usaha.
Pemerhati Ekonomi dan Founder PT Bina Investama Global
"A big business starts small."
KATA-KATA di atas dituturkan oleh Sir Richard Charles Nicholas Branson atau yang dikenal dengan sapaan Richard Bronson. Ia merupakan seorang pengusaha terkemuka asal Inggris sekaligus pendiri Virgin Group. Tercatat lebih dari 400 perusahaan yang bergerak di berbagai bidang berada di bawah naungannya, termasuk yang belakangan lagi nge-hits, Virgin Galactic, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penerbangan antariksa.
Apabila diresapi secara mendalam, kata-kata Branson memang benar-benar tepat. Sebuah bisnis besar berawal dari usaha yang kecil, tak terkecuali Virgin Group yang didirikan pada dekade 1970. Berkat kerja keras dan kegigihannya, Branson kini menjadi salah satu orang tajir di dunia. Menurut Forbes, kekayaan Branson per 2021 mencapai USD4,5 miliar atau setara dengan Rp64,8 triliun.
Long story short, terinspirasi dari kata-kata mutiara Branson, penulis tertarik untuk menuliskan situasi terkini dunia usaha di tengah pandemi Covid-19, khususnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Dalam tulisan ini, penulis akan membedah dampak pandemi yang diderita pelaku UMKM hingga kans untuk bangkit bahkan menembus pasar ekspor di era postpandemic Covid-19.
UMKM Terhantam
Pandemi Covid-19 telah menghantam seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Sampai dengan tulisan ini dibuat (25 Agustus 2021), kasus konfirmasi positif Covid-19 di Tanah Air telah menembus 4 juta (4.026.837). Dari jumlah itu, sebanyak hampir 130.000 (129.293) meninggal akibat terjangkit penyakit yang disebabkan virus korona itu.
Dari sisi perekonomian, pandemi Covid-19 telah mengakibatkan perekonomian Indonesia tumbuh negatif dalam empat kuartal berturut-turut sejak kuartal II-2020. Angin segar baru terasa di kuartal II-2021 di mana ekonomi mampu melesat 7,07%, sesuatu yang patut disyukuri, bukan?
Kendati demikian, ada tantangan memasuki kuartal III-2021 lantaran penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang diikuti PPKM Level 4-3-2-1 sejak 3 Juli 2021. Seiring penurunan kasus aktif Covid-19, perlahan tapi pasti sektor-sektor ekonomi pun mulai dibuka kembali. Ekonomi kuartal ini diyakini masih bisa tumbuh di kisaran 4%.
Secara kasat mata, dampak pandemi Covid-19 terhadap UMKM terlihat nyata di sekeliling kita. Sebagai contoh sederhana, satu per satu warung makan atau akrab dengan sebutan warteg tutup. Penutupan warteg itu tidak hanya bisa dilihat dari sisi usaha semata, melainkan juga dari sisi pekerja yang terlibat di dalamnya. Belum lagi pihak ketiga atau keempat yang mendukung keberlangsungan usaha.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pemerintah melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) berupaya membangkitkan kembali sektor UMKM. Apalagi, mengutip penelitian Badan Keahlian DPR, jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,19 juta dengan komposisi usaha mikro dan kecil (UMK) sangat dominan, yaitu 64,13 juta (99,92%) dari keseluruhan usaha.