Taliban di Antara Aspirasi dan Kekhawatiran Dunia

Kamis, 19 Agustus 2021 - 05:56 WIB
loading...
A A A
Tidak mudah memang bagi Taliban ke depan. Selain telah terlanjur terbangun narasi yang buruk, termasuk perlakuan yang tidak baik kepada wanita, dan lain-lain, juga dibangun narasi jika Taliban itu “violent group” (kelompok yang senang melakukan kekerasan). Narasi atau persepsi yang dibangun ini Sesungguhnya terbantah dengan realita kemenangannya tanpa pertumpahan darah.

Di saat-saat seperti inilah saya menantang kejujuran dunia internasional, termasuk Amerika, dalam menjunjung demokrasi di mana saja. Senang atau tidak, merasa mendapat manfaat atau tidak, Taliban adalah pemenang pertarungan di Afghanistan. Pertarungan yang sejatinya diapresiasi karena tidak terjadi secara destruktif yang berlebihan.

Kenapa dunia tidak memberikan ruang kepada Taliban dan bangsa Afghanistan untuk membuktikan jika mereka mampu mengelolah negara mereka sendiri? Bahwa mereka punya paham dan jalan tersendiri dalam pengelolahan itu, kenapa negara-negara lain harus peduli dan ribut karenanya?

Masalah penafsiran dan pemahaman agama itu masalah domestik yang akan mengalami dinamika dan transformasi tersendiri. Jika selama ini ada pemahaman atau penafsiran agama yang kita tidka setujui, termasuk dalam hal pendidikan wanita, hal itu mungkin karena sekedar ekspresi resistensi dengan tendensi sosial yang dilihat sebagai titipan orang luar (baca Barat).

Boleh juga karena memang latar pendidikan mereka yang perlu diarahkan ke arah yang lebih baik. Di Amerika sendiri ada kelompok-kelompok agama yang tendensinya “talibanisme”. Yang parah kemudian jika pemahaman agama ini didukung oleh kepentingan politik. Apalagi jika pemahaman atau sentimen agama itu terpakai sebagai alat resistensi kepada kekuatan luar (Amerika dan Barat).

Karenanya Amerika dan dunia internasional harus jujur dengan nilai demokrasi yang dijunjungnya. Berikan hak kepada Taliban dan bangsa Afghanistan untuk bekerja dengan baik dan maksimal. Siapa tahu di bawah pemerintahan Taliban Afghanistan akan lebih baik dibanding pemerintahan boneka yang selama ini terbentuk.

Pada akhirnya saya berharap bahkan yakin bahwa negara Islam terbesar dunia Indonesia, diharapkan memainkan perananan untuk menjembatani berbagai kesalah pahaman yang ada. Di satu siai saya yakin Indonesia tidak punya banyak kepentingan di Afghanistan. Di sisi lain Taliban melihat Indonesia sebagai negara netral secara politik. Sekaligus sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar dunia.

Karenanya perananan Indonesia akan banyak membantu menetralisir keadaan dan cara pandang dari berbagai kutub yang bertolak belakang. Dari yang melihat Taliban sebagai ancaman. Tapi sekaligus menetralisir cara pandang Taliban kepada mereka yang berbeda paham.

Saya yakin jika keterlibatan Indonesia m akan mampu mempengaruhi cara pandang atau Wawasan Taliban tentang dunia. Baik pada aspek politik dan agama. Dengan demikian Taliban bisa kembali merajut paham dan karakter politik dan agamanya rajutan moderasi. Mungkin rajutan ala Indonesia yang tetap negara Muslim yang besar. Tapi juga mampu merangkul pihak-pihak yang lain dan hidup dalam satu rumah dengan rukun dan damai.

Semoga Indonesia bisa mengambil ini sebagai momentum yang baik dan memainkan salah satu peranan signifikannya di dunia global. Dunia akan mengapresiasi jika Indonesia mampu tampil menjadi jembatan yang kokoh dan indah di antara aspirasi Taliban dan kekhawatiran dunia. Insya Allah!
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1474 seconds (0.1#10.140)