Kegiatan Online Bermanfaat dari Kominfo dan Siberkreasi bersama Ernest Prakasa dan Jefri Nichol
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pesatnya perkembangan teknologi dan adanya pandemi Covid-19 mengharuskan beralihnya aktivitas masyarakat dari ranah fisik ke ranah digital, sehingga menuntun bangsa Indonesia pada sebuah era baru, yaitu era transformasi digital.
Transformasi digital membawa perubahan yang cukup signifikan dalam berbagai aktivitas manusia, termasuk dalam hal menulis. Oleh karena itu, Ernest Prakasa yang merupakan seorang penulis dan pembuat film, hadir untuk berbagi ilmu kepada kurang lebih 5.000 peserta online tentang “Menulis Kreatif” melalui kegiatan Gali Ilmu yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama dengan Siberkreasi pada Jumat, (30/7/2021).
Ko Ernest−begitu panggilan akrabnya− membagikan mengenai cara menjadi kreatif dan kiat-kiat menulis cerita yang dapat menggugah hati banyak orang. Tema tulisan dapat diangkat dari hal-hal yang menjadi keresahan penulis, sedangkan kreativitas dapat dimulai dari mengenal diri sendiri dan keterbukaan untuk mengkonsumsi beragam karya orang lain.
Pengenalan akan diri sendiri dapat memberikan keunikan pada karya yang diciptakan, sedangkan konsumsi karya milik orang lain dapat menjadi referensi/ inspirasi untuk menghasilkan tulisan yang inovatif dan tidak membosankan. Penulis dan pembuat film satu ini juga menjelaskan mengenai kedalaman karakter dan plot sebagai dua komponen penting dalam menulis sebuah cerita.
Kedalaman sebuah karakter berbicara mengenai dinamika psikologis yang terjadi pada level internal karakter. Bukan hanya sikap dan perilaku yang tampak dari luar, tetapi juga mengapa karakter dapat menunjukkan sikap dan perilaku tersebut. Kedalaman karakter inilah yang mampu memantik emosi dan simpati dari pembaca, serta membuat karakter dalam tulisan kita menjadi berbeda dengan karakter-karakter dalam tulisan lain. Plot atau alur cerita juga merupakan komponen yang tak kalah penting dan harus direncanakan secara matang karena plot dapat memainkan emosi pembaca saat membaca tulisan kita.
Di era kemajuan teknologi, semua orang dapat menulis apa saja dan mempublikasikannya dengan mudah di berbagai media sosial. Kemudahan ini menjadikan banyak orang tanpa pikir panjang memberikan komentar negatif, mengungkap opini yang dapat memicu perselisihan, membuat konten kontroversial, menyebarkan hoaks, dan hal-hal tak etis lain. Oleh karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Siberkreasi mengadakan diskusi santai mengenai etika digital melalui sesi Nge-Zoom Bareng Jefri Nichol pada Sabtu, 31 Juli 2021.
Jefri merupakan pengguna aktif internet dan media sosial, ia juga mengakui pentingnya memiliki etika digital saat berinteraksi di ruang digital. Aktor ini menghabiskan rata-rata 5 jam 55 menit setiap harinya untuk mengakses internet seperti Instagram, Twitter, Tik Tok, dan web browser. Bagi Jefri, etika bermedia sosial dimulai dengan menjadi diri sendiri namun tetap memperhatikan etika yang berlaku.
"Ketika kita menjadi diri sendiri, maka kita tidak membohongi orang lain dan membuat orang memiliki ekspektasi yang salah atas diri kita. Dengan beretika digital juga berarti kita menghargai orang lain yang ditemui di ruang digital, seperti menyapa menggunakan bahasa yang sopan dan sesuai,"katanya.
Ia juga memberikan tips menjaga etika dan jejak digital, yaitu dengan mengunggah konten-konten yang positif, berpendapat dan memberi kritik dengan bahasa dan kata-kata yang sopan dan sesuai, serta tidak menyebarkan konten-konten negatif yang dapat merugikan orang lain seperti hoaks dan pornografi.
Bagai pisau bermata dua, kemajuan teknologi dapat memberi kemudahan tetapi juga dapat menjadi penghalang. Respon dan komentar negatif netizen akibat kurangnya etika digital dapat menjadi halangan terbesar bagi seorang penulis atau konten kreator untuk berkarya. Maka Ernest berpesan bahwa kita tidak dapat menyenangkan semua orang dan sebaik serta sehebat apapun kita, komentar negatif akan selalu ada.
“So just do it anyway! Berani mulai berkarya dan mulai berlatih menghadapi masukan dan komentar negatif dari orang lain,” ujarnya.
Jefri Nichol juga berpesan serupa, bahwa tugas anak muda ialah konsisten berkarya dan melakukan apa yang menjadi passion nya, tidak mudah menyerah, serta tidak perlu memperdulikan komentar-komentar negatif dari orang-orang yang tidak memiliki etika digital.
Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan mengenai kiat menulis kreatif, memberikan kesadaran tentang pentingnya etika digital, serta mendorong masyarakat untuk berani berkarya memproduksi konten positif di ruang digital. Masih ada banyak kegiatan menarik tentang literasi digital dari Kemenkominfo dan Siberkreasi agar masyarakat menjadi #MakinCakapDigital. Untuk mendapatkan informasi dan mengikuti kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya, ikuti akun sosial media @siberkreasi atau mengakses info.siberkreasi.id. cm
Transformasi digital membawa perubahan yang cukup signifikan dalam berbagai aktivitas manusia, termasuk dalam hal menulis. Oleh karena itu, Ernest Prakasa yang merupakan seorang penulis dan pembuat film, hadir untuk berbagi ilmu kepada kurang lebih 5.000 peserta online tentang “Menulis Kreatif” melalui kegiatan Gali Ilmu yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama dengan Siberkreasi pada Jumat, (30/7/2021).
Ko Ernest−begitu panggilan akrabnya− membagikan mengenai cara menjadi kreatif dan kiat-kiat menulis cerita yang dapat menggugah hati banyak orang. Tema tulisan dapat diangkat dari hal-hal yang menjadi keresahan penulis, sedangkan kreativitas dapat dimulai dari mengenal diri sendiri dan keterbukaan untuk mengkonsumsi beragam karya orang lain.
Pengenalan akan diri sendiri dapat memberikan keunikan pada karya yang diciptakan, sedangkan konsumsi karya milik orang lain dapat menjadi referensi/ inspirasi untuk menghasilkan tulisan yang inovatif dan tidak membosankan. Penulis dan pembuat film satu ini juga menjelaskan mengenai kedalaman karakter dan plot sebagai dua komponen penting dalam menulis sebuah cerita.
Kedalaman sebuah karakter berbicara mengenai dinamika psikologis yang terjadi pada level internal karakter. Bukan hanya sikap dan perilaku yang tampak dari luar, tetapi juga mengapa karakter dapat menunjukkan sikap dan perilaku tersebut. Kedalaman karakter inilah yang mampu memantik emosi dan simpati dari pembaca, serta membuat karakter dalam tulisan kita menjadi berbeda dengan karakter-karakter dalam tulisan lain. Plot atau alur cerita juga merupakan komponen yang tak kalah penting dan harus direncanakan secara matang karena plot dapat memainkan emosi pembaca saat membaca tulisan kita.
Di era kemajuan teknologi, semua orang dapat menulis apa saja dan mempublikasikannya dengan mudah di berbagai media sosial. Kemudahan ini menjadikan banyak orang tanpa pikir panjang memberikan komentar negatif, mengungkap opini yang dapat memicu perselisihan, membuat konten kontroversial, menyebarkan hoaks, dan hal-hal tak etis lain. Oleh karena itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Siberkreasi mengadakan diskusi santai mengenai etika digital melalui sesi Nge-Zoom Bareng Jefri Nichol pada Sabtu, 31 Juli 2021.
Jefri merupakan pengguna aktif internet dan media sosial, ia juga mengakui pentingnya memiliki etika digital saat berinteraksi di ruang digital. Aktor ini menghabiskan rata-rata 5 jam 55 menit setiap harinya untuk mengakses internet seperti Instagram, Twitter, Tik Tok, dan web browser. Bagi Jefri, etika bermedia sosial dimulai dengan menjadi diri sendiri namun tetap memperhatikan etika yang berlaku.
"Ketika kita menjadi diri sendiri, maka kita tidak membohongi orang lain dan membuat orang memiliki ekspektasi yang salah atas diri kita. Dengan beretika digital juga berarti kita menghargai orang lain yang ditemui di ruang digital, seperti menyapa menggunakan bahasa yang sopan dan sesuai,"katanya.
Ia juga memberikan tips menjaga etika dan jejak digital, yaitu dengan mengunggah konten-konten yang positif, berpendapat dan memberi kritik dengan bahasa dan kata-kata yang sopan dan sesuai, serta tidak menyebarkan konten-konten negatif yang dapat merugikan orang lain seperti hoaks dan pornografi.
Bagai pisau bermata dua, kemajuan teknologi dapat memberi kemudahan tetapi juga dapat menjadi penghalang. Respon dan komentar negatif netizen akibat kurangnya etika digital dapat menjadi halangan terbesar bagi seorang penulis atau konten kreator untuk berkarya. Maka Ernest berpesan bahwa kita tidak dapat menyenangkan semua orang dan sebaik serta sehebat apapun kita, komentar negatif akan selalu ada.
“So just do it anyway! Berani mulai berkarya dan mulai berlatih menghadapi masukan dan komentar negatif dari orang lain,” ujarnya.
Jefri Nichol juga berpesan serupa, bahwa tugas anak muda ialah konsisten berkarya dan melakukan apa yang menjadi passion nya, tidak mudah menyerah, serta tidak perlu memperdulikan komentar-komentar negatif dari orang-orang yang tidak memiliki etika digital.
Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan mengenai kiat menulis kreatif, memberikan kesadaran tentang pentingnya etika digital, serta mendorong masyarakat untuk berani berkarya memproduksi konten positif di ruang digital. Masih ada banyak kegiatan menarik tentang literasi digital dari Kemenkominfo dan Siberkreasi agar masyarakat menjadi #MakinCakapDigital. Untuk mendapatkan informasi dan mengikuti kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya, ikuti akun sosial media @siberkreasi atau mengakses info.siberkreasi.id. cm
(srf)