Etika Pancasila

Kamis, 22 Juli 2021 - 13:20 WIB
loading...
A A A
Keutamaan laku dan sikap, serta nilai kebajikan yang mempengaruhi individu dan yang membawa masing-masing meraih kebahagiaan dan kebajikan bermasyarakat. Itulah etika yang hendaknya terkait dengan Pancasila, dan bagian utama darinya.

Dalam berbagai sastra kuno kita dalam berbagai bahasa daerah, terutama sumber utamanya adalah bahasa Sansekerta lama, misalnya genre babad atau serat, dan berbagai fragmen dari berbagai suku, terdapat berbagai rumusan etika. Tentu terlalu berlebihan, jika kita harus membaca secara harfiyah, adat yang berlaku di semua suku dan etnis di kepualauan Nusantara itu.

Namun, semangat akomodasi sudah lama dipikirkan oleh para ahli hukum lama kita, seperti Hazairin Harahap (1906-1975). Hukum adat, agama, dan negara saling berkelindan dan memperkaya. Etika ada di sana, tata laku yang mengatur agar anggota masyarakat menjadi warga yang baik untuk meraih kebahagiaan.

Etika lebih dari hukum, lebih dari sekadar formalitas dan tata aturan negara. Etika lebih luas mencakup kebahagiaan masyarakat dan individu. Etika mencakup sikap, perilaku, dan tindakan kita. Etika terkait dengan laku batin.

Etika Pancasila sudah lama juga menjadi bahan perbincangan cerdik dan cendikia kita, era Orde Baru hingga Reformasi. Namun implementasi dan pengembangan tampaknya perlu perenungan lebih mendalam lagi. Bagaimana kita membuat etika Pancasila itu menjadi sederhana dan mudah difahami.

Berbagai tulisan dari para pengamat dan peneliti menggagas pembumian sekaligus penterjemahan dalam nilai-nilai Pancasila dari segi keseharian. Usaha itu akan menjaga agar Pancasila tetap hidup dalam tindakan masyarakat kita.

Etika itu bermula dari pendidikan kita. Para siswa sekolah dasar, menengah, atas dan perguruan tinggi selama ini terlalu ditekan dengan proses pembentukan untuk menghafal materi, dan terus dicetak untuk mengejar profesi formal yang dipandang bergengsi.

Imajinasi mereka, mimpi mereka, dan pandangan hidup mereka, ditunjukkan pada benda-benda formalitas. Mereka akan mengejar hal-hal zahiriyah. Tetapi pengajaran etika, keutamaan batiniyah, tampaknya sering dilupakan.

Prestasi siswa di berbagai bidang sastra, sains, teknologi, komunikasi, dan lain-lain, tertuju pada persaingan bagaimana memenangkan perlombaan. Namun, sikap, laku, dan tindak tanduk tidak dibicarakan. Etika belum menjadi titik tekan. Apa yang membentuk dan laku utama, tampaknya masih dianggap sampingan, bukan utama.

Etika Pancasila bisa mengisi kekosongan ini. Etika pembentukan pribadi, seperti kejujuran, dan sikap adil dalam berfikir dan bertindak perlu digarap secara Pancasilais dan serius. Sumber etika bisa berupa realitas kehidupan, lewat perenungan dan penelitian, serta kesepakatan-kesepakatan dari berbagai wacana dan pergulatan (Sila ke dua berupa kemanusiaan, dan Sila ke empat yaitu permufakatan bersama).
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1307 seconds (0.1#10.140)