Dokter Muda yang Tak Lelah Mengedukasi Masyarakat dan Tangkal Hoaks Covid-19
loading...
A
A
A
Untuk pasien yang hilang penciuman, pemilik akun Twitter @mbahndi ini memberikan saran untuk menggunakan jahe merah atau minyak kayu putih untuk melatih penciuman agar kembali normal. Makanan tinggi protein seperti telur dan ikan lebih baik, dibanding dengan makanan tinggi kalori. Tak lupa, ia mengingatkan untuk berjemur di bawah sinar matahari.
Jangan Gampang Termakan Hoaks
Saat berbincang dengan MPI, Dokter Tirta juga bersuara tentang pernyataan Lois Owien yang berlatar belakang dokter, yang menyebut pasien Covid-19 yang meninggal dunia bukan dikarenakan serangan virus SARS-CoV2, melainkan interaksi antar-obat. Lois menilai pemberian obat oleh dokter ke pasien Covid-19 dapat memperparah kondisi kesehatan mereka hingga akhirnya meninggal dunia.
"Pernyataan Lois akhirnya buat orang-orang takut sama rumah sakit (RS), itu sebenarnya nggak bisa dibenarkan statementnya itu. Hoaks lainya berupa vitamin C yang diminum 1 gram tiap 3 jam, susu menyembuhkan Covid, air kelapa menyembuhkan Covid, uap panas menyembuhkan Covid, vaksin memiliki microchip, vaksin itu menyebabkan mutasi, wah itu ngawur semua itu," ujar Tirta Mandira Hudhi yang akrab disapa dr Tirta saat dihubungi MPI, Senin (19/7/2021).
Menurut Tirta, cara menangkal hoaks Covid-19 sebenarnya adalah pekerjaan rumah dari tiga pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus lebih tegas untuk membasmi hoaks dan memberikan efek jera.
"Hoaks seperti ini terakhir Lois Owien. Kelak akan muncul Lois-Lois yang lain. Jadi alangkah lebih baik pemerintah juga harus tegas membasmi hoaks. Di Indonesia ini Covid-19 nggak selesai karena ada penyebaran hoaks. Hoaks ini kayak gulma, potong satu tumbuh seribu, karena ketidaktegasan dari regulator," urai influencer kesehatan ini.
Tirta juga meminta agar masyarakat hanya mempercayai informasi yang diterbitkan dari Kementerian atau institusi resmi di Indonesia. "Jangan termakan provokasi karena banyak orang yang ingin memanfaatkan situasi apalagi lewat broadcast-an grup yang akhirnya tidak bisa didipastikan. Walaupun itu sebenarnya mencatut nama saya, itu tetap tidak boleh, harus dipastikan dulu lihat dari medsos yang terkait," ujarnya.
Dia juga mengajak agar para tenaga kesehatan (nakes) untuk terus menyosialisasikan informasi berdasarkan fakta melalui informasi yang dikemas seatraktif dan semenarik mungkin untuk dibaca masyarakat. "Nakes dapat terus menggunakan komunikasi yang atraktif dan menarik sehingga bisa dipercaya oleh masyarakat dengan baik," jelasnya.
Sementara itu, dokter sekaligus influencer kesehatan, dr. Muhamad Fajri AddaI mengatakan, serangan hoaks mengenai Covid-19 dapat dicegah bila masyarakat melakukan cek sumber, berpikir kritis, dan bertanya kepada ahlinya. "Nomor satu baca dulu sumbernya, misalnya dari sumber yang kredibel, itu dulu. Sumber ini menjadi penentu. Kalau sumbernya udah nggak jelas, cuma forward WhatsApp, susah nanti," ucapnya.
Jangan Gampang Termakan Hoaks
Saat berbincang dengan MPI, Dokter Tirta juga bersuara tentang pernyataan Lois Owien yang berlatar belakang dokter, yang menyebut pasien Covid-19 yang meninggal dunia bukan dikarenakan serangan virus SARS-CoV2, melainkan interaksi antar-obat. Lois menilai pemberian obat oleh dokter ke pasien Covid-19 dapat memperparah kondisi kesehatan mereka hingga akhirnya meninggal dunia.
"Pernyataan Lois akhirnya buat orang-orang takut sama rumah sakit (RS), itu sebenarnya nggak bisa dibenarkan statementnya itu. Hoaks lainya berupa vitamin C yang diminum 1 gram tiap 3 jam, susu menyembuhkan Covid, air kelapa menyembuhkan Covid, uap panas menyembuhkan Covid, vaksin memiliki microchip, vaksin itu menyebabkan mutasi, wah itu ngawur semua itu," ujar Tirta Mandira Hudhi yang akrab disapa dr Tirta saat dihubungi MPI, Senin (19/7/2021).
Menurut Tirta, cara menangkal hoaks Covid-19 sebenarnya adalah pekerjaan rumah dari tiga pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan tenaga kesehatan (nakes) di Indonesia. Pemerintah sebagai pembuat kebijakan harus lebih tegas untuk membasmi hoaks dan memberikan efek jera.
"Hoaks seperti ini terakhir Lois Owien. Kelak akan muncul Lois-Lois yang lain. Jadi alangkah lebih baik pemerintah juga harus tegas membasmi hoaks. Di Indonesia ini Covid-19 nggak selesai karena ada penyebaran hoaks. Hoaks ini kayak gulma, potong satu tumbuh seribu, karena ketidaktegasan dari regulator," urai influencer kesehatan ini.
Tirta juga meminta agar masyarakat hanya mempercayai informasi yang diterbitkan dari Kementerian atau institusi resmi di Indonesia. "Jangan termakan provokasi karena banyak orang yang ingin memanfaatkan situasi apalagi lewat broadcast-an grup yang akhirnya tidak bisa didipastikan. Walaupun itu sebenarnya mencatut nama saya, itu tetap tidak boleh, harus dipastikan dulu lihat dari medsos yang terkait," ujarnya.
Dia juga mengajak agar para tenaga kesehatan (nakes) untuk terus menyosialisasikan informasi berdasarkan fakta melalui informasi yang dikemas seatraktif dan semenarik mungkin untuk dibaca masyarakat. "Nakes dapat terus menggunakan komunikasi yang atraktif dan menarik sehingga bisa dipercaya oleh masyarakat dengan baik," jelasnya.
Sementara itu, dokter sekaligus influencer kesehatan, dr. Muhamad Fajri AddaI mengatakan, serangan hoaks mengenai Covid-19 dapat dicegah bila masyarakat melakukan cek sumber, berpikir kritis, dan bertanya kepada ahlinya. "Nomor satu baca dulu sumbernya, misalnya dari sumber yang kredibel, itu dulu. Sumber ini menjadi penentu. Kalau sumbernya udah nggak jelas, cuma forward WhatsApp, susah nanti," ucapnya.