Muncul Varian Alfa dan Delta, Ahli Virologi: Mutasi Bukan Sesuatu yang Buruk
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ahli Virology Universitas Udayana Denpasar Bali, Professor I Gusti Ngurah Mahardika menyebut mutasi virus Covid-19 menjadi varian Delta dan Alfa merupakan hal yang biasa. Bahkan dia berdoa mutasi Covid-19 terus terjadi sehingga membuat virus tersebut menjadi tidak ganas lagi.
Dia menjelaskan, dalam sejarah 100 tahun silam terjadi pandemi yang serupa dengan yang diakibatkan oleh wabah virus. Pandemi itu berakhir secara alami karena virus yang sebelumnya ganas bermutasi menjadi tidak ganas.
"100 tahun lalu pandemi berakhir karena virus bermutasi menjadi tidak ganas. Bentuk herd immunity alami karena vaksin 100 tahun lalu belum diketemukan. Vaksin ditemukan 1950-1960-an jadi sekali lagi ini alami. Mutasi bukan sesuatu yang buruk," kata I Gusti Ngurah secara virtual, Selasa (22/6/2021).
Baca juga: Deteksi 160 Kasus Corona dari Varian Delta, Kemenkes: Terbanyak Jateng
Bahkan dia berdoa agar Covid-19 terus melakukan mutasi menjadi virus yang tidak ganas yang dapat mengakibatkan kematian. Dalam doanya dia meminta agar virus Covid-19 bermutasi menjadi virus biasa seperti virus flu pada umumnya.
"Saya sebagai ahli virology saya berdoa bahkan virus ini bermutasi menjadi virus tidak ganas, sehingga virus ini menjadi tidak berbahaya sama seperti flu biasa," katanya.
Dia menegaskan, Covid-19 secara genetik mengalami perubahan meski sangat sedikit hanya berkisar 0,1%. Meski begitu dia memastikan terjadi perubahan.
"Bagaimana hasil klinis ya belum ada data bahwa virus ini lebih mematikan atau tidak, ini belum pasti. Tapi nampaknya virus ini dapat lebih menular lebih mudah dari orang ke orang," katanya.
Baca juga: Vaksin Covid-19 yang Beredar Masih Efektif Hadapi Varian Alfa dan Delta
Dia menyebut Covid-19 varian Delta dan Alfa saat ini menyebar lebih cepat dari sebelumnya. Dalam catatan, I Gusti Ngurah menyebut dalam satu minggu terakhir varian Delta mencapai 60%-65%, sementara varian Alfa yang sebelumnya hanya 2%-5% menjadi 20% di seluruh dunia.
"Lonjakan akhir-akhir ini terjadi bukan hanya faktor virusnya tapi ada faktor manusianya jadi adanya penurunan. Kemudian juga adalah faktor lingkungan ini yang kita hadapi," katanya.
Lihat Juga: Deretan Brevet dan Tanda Jasa Komjen Dharma Pongrekun, Sosok yang Sebut Covid-19 Konspirasi
Dia menjelaskan, dalam sejarah 100 tahun silam terjadi pandemi yang serupa dengan yang diakibatkan oleh wabah virus. Pandemi itu berakhir secara alami karena virus yang sebelumnya ganas bermutasi menjadi tidak ganas.
"100 tahun lalu pandemi berakhir karena virus bermutasi menjadi tidak ganas. Bentuk herd immunity alami karena vaksin 100 tahun lalu belum diketemukan. Vaksin ditemukan 1950-1960-an jadi sekali lagi ini alami. Mutasi bukan sesuatu yang buruk," kata I Gusti Ngurah secara virtual, Selasa (22/6/2021).
Baca juga: Deteksi 160 Kasus Corona dari Varian Delta, Kemenkes: Terbanyak Jateng
Bahkan dia berdoa agar Covid-19 terus melakukan mutasi menjadi virus yang tidak ganas yang dapat mengakibatkan kematian. Dalam doanya dia meminta agar virus Covid-19 bermutasi menjadi virus biasa seperti virus flu pada umumnya.
"Saya sebagai ahli virology saya berdoa bahkan virus ini bermutasi menjadi virus tidak ganas, sehingga virus ini menjadi tidak berbahaya sama seperti flu biasa," katanya.
Dia menegaskan, Covid-19 secara genetik mengalami perubahan meski sangat sedikit hanya berkisar 0,1%. Meski begitu dia memastikan terjadi perubahan.
"Bagaimana hasil klinis ya belum ada data bahwa virus ini lebih mematikan atau tidak, ini belum pasti. Tapi nampaknya virus ini dapat lebih menular lebih mudah dari orang ke orang," katanya.
Baca juga: Vaksin Covid-19 yang Beredar Masih Efektif Hadapi Varian Alfa dan Delta
Dia menyebut Covid-19 varian Delta dan Alfa saat ini menyebar lebih cepat dari sebelumnya. Dalam catatan, I Gusti Ngurah menyebut dalam satu minggu terakhir varian Delta mencapai 60%-65%, sementara varian Alfa yang sebelumnya hanya 2%-5% menjadi 20% di seluruh dunia.
"Lonjakan akhir-akhir ini terjadi bukan hanya faktor virusnya tapi ada faktor manusianya jadi adanya penurunan. Kemudian juga adalah faktor lingkungan ini yang kita hadapi," katanya.
Lihat Juga: Deretan Brevet dan Tanda Jasa Komjen Dharma Pongrekun, Sosok yang Sebut Covid-19 Konspirasi
(abd)