Sejarah Hari Lahir Pancasila Bermula dari Pidato Bung Karno dan Kekalahan Jepang

Selasa, 01 Juni 2021 - 09:13 WIB
loading...
Sejarah Hari Lahir Pancasila Bermula dari Pidato Bung Karno dan Kekalahan Jepang
Pemerintah Indonesia telah menetapkan setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Penetapan itu kemudian diperingati oleh seluruh rakyat Indonesia. Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia telah menetapkan setiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Penetapan itu kemudian diperingati oleh seluruh rakyat Indonesia.

Hari lahir Pancasila ini kemudian diperkuat dengan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 sekaligus menjadi hari libur nasional. Penetapan 1 Juni sebagai hari lahir Pancasila bisa dikatakan melalui proses kesejarahan yang cukup panjang. Rakyat Indonesia sepakat bahwa Pancasila satu-satunya ideologi yang menjadi konsensus bersama di mana di dalamnya terkandung nilai-nilai keberagaman dan persatuan antar komponen anak bangsa dalam meletakan pondasi dalam berbangsa dan bernegara. Seperti apa ihwal 'kesejarahan' hari lahir Pancasila. Dikutip dari laman bpip.go.id dinyatakan, tiap tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila atau hari lahir dasar negara Indonesia.

Lahirnya Pancasila merupakan judul pidato presiden pertama Negara Kesaturan Republik Indonesia, Soekarno atau 'Bung Karno' di sidang Dokuritsu Junbi Cosakai, yang dilakukan pada tanggal 1 Juni 1945. Dokuritsu Junbi Cosakai sendiri adalah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Pancasila memiliki sejarah sangat panjang. Berawal dari gagasan, yang akhirnya dirumuskan secara rinci dalam beberapa kali sidang panjang. Selain itu, sejarah lahirnya Pancasila bermula dari kekalahan Jepang di Perang Pasifik. Perang Pasifik ini berlangsung dari 1941 sampai 1945. Bisa dikatakan, Perang Pasifik adalah pertempuran laut terbesar sepanjang sejarah manusia.

Dengan doktrin lugas "Dijajah atau Menjajah", Jepang meluncurkan perang ini dengan tujuan memperluas daerah jajahannya. Tanda-tanda kekalahan Jepang sudah dimulai sejak 1944, di mana waktu itu Amerika Serikat terus mendesak angkatan laut Jepang di kawasan Samudera Pasifik. Kondisi yang rawan dan kritis tersebut membuat Jenderal Kiniaki Kaiso memberikan janji kemerdekaan pada rakyat Indonesia, di September 1944.

Sejak September 1944 tersebut, Jepang memperbolehkan rakyat Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih di samping bendera Jepang. Di sisi lain, saat itu Jepang juga memperbolehkan rakyat Indonesia menyanyikan Indonesia Raya setelah lagu kebangsaan Jepang.

Jepang mau melakukan semua ini sebagai bagian dari taktik perang, agar Indonesia mau mendukung pasukan militer Jepang dalam menahan serangan sekutu. Tak hanya sampai di situ, Letjen Kumaciki Harada juga langsung bersigegas membentuk BPUPKI.

Diketahui, BPUPKI beranggotakan 60 tokoh nasional dan 7 perwakilan Jepang serta diketuai oleh Dr. Radjiwan Widyodiningrat dan Raden Panji Soeroso sebagai wakilnya. BPUPKI dibentuk dengan tujuan menyelidiki dan merumuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan konstitusi, ekonomi dan politik Bangsa Indonesia Pada siang pertama 29 Mei 1945 di Gedung Chuo Sangi In, sekarang bernama Gedung Pancasila, anggota BPUPKI untuk pertama kalinya membahas mengenai tema dasar negara.

BPUPKI sendiri kala itu dibentuk dengan tujuan menyelidiki dan merumuskan segala sesuatu yang berkaitan dengan konstitusi, ekonomi dan politik Bangsa Indonesia. Pada 29 Mei 1945 di Gedung Chuo Sangi In, sekarang bernama Gedung Pancasila, anggota BPUPKI untuk pertama kalinya membahas mengenai tema dasar negara.

Sidang berjalan selama 5 hari. Tepat di tanggal 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan gagasan-gagasannya tentang dasar negara Indonesia. Panca diartikan lima, dan sila adalah prinsip atau azas. Saat itu Bung Karno yang berpidato 'berapi-api' menjelaskan satu per satu makna sila dari Pancasila. Pertama adalah kebangsaan, sila kedua adalah nilai-nilai internasionalisme atau kemanusiaan, sila ketiga tentang demokrasi, sila keempat keadilan sosial dan sila kelima tentang Ketuhanan yang Maha Esa.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1659 seconds (0.1#10.140)