Sinergi Menjaga Sang Raja Rimba Sumatera
loading...
A
A
A
Fifin Arfiana Jogasara
Kepala Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan salah satu satwayang dilindungi dan satwa yang sangat terancam punah/kritis. “Sang Raja Rimba Top Predator Sumatera” ini populasinya semakin menurun dan terancam punah.
Mengingat nasibnya yang di ujung tanduk dan ancaman kepunahan, maka upaya terhadap penyelamatan satwa ini menjadi sangat mendesak dilakukan. Upaya dalam mengatasi ancaman kepunahan Harimau Sumatera oleh Pemerintah dilakukan bersama dengan mitra melalui penegakan hukum. Selain itu dilakukan pula survei pemantauan harimau beserta satwa mangsa, patroli pengamanan bentang alam kawasan dan kampanye pelibatan masyarakat.
Hal lain yang sangat penting adalah pembinaan habitat harimau dan satwa pakan yang memungkinkan hewan ini tidak kesulitan mencari makanan, bermain, dan yang lebih penting lagi untuk berkembang biak. Apabila hal ini tidak diperhatikan maka generasi mendatang hanya bisa mendengar namanya saja.
Untuk mengetahui dan memantau populasi harimau sumatera ini bukan perkara mudah. Meskipun puluhan kamera (camera trap) dipasang, namun kehadiran hewan ini memang sulit. Langkah yang paling mudah saat ini adalah dengan menjaga rantai makanan di tempat 'raja rimba' ini tinggal.
Salah satu kawasan yang menjadi tempat tinggal harimau Sumatera ini adalah Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT). Baru-baru ini, keberadaan satwa yang terancam punah tersebut terekam di salah satu camera trap yang dipasang pada 2020 lalu. Kamera berhasil merekam satu ekor harimau, yang diduga sebagai induk. Saat terekam kamera, harimau tersebut sedang beristirahat sambil bermain-main dengan dua ekor anak harimau yang aktif dan terlihat sehat.
Gambar ini sungguh membuat kami senang, bahagia dan bangga. Hal tersebut menunjukkan bahwa habitat masih terjaga dengan baik, serta ketersediaan pakan cukup sehingga satwa dapat berkembang biak dengan baik.
Keberadaan TNBT dan sejumlah kawasan konservasi lainnya, sangatlah penting. Tidak hanya menjadi kawasan tempat tinggal satwa, taman nasional juga memiliki berbagai fungsi vital dalam mendukung kehidupan manusiayang terdapat di dalam dan sekitarnya.
Di antara fungsi-fungsi tersebut adalah:perlindungan sistem penyangga kehidupan (sumber dan tata air dan udara yang bersih), pengawetan materi genetic dari beragam jenis tumbuhan dan satwa liar, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnyaberupa hasil hutan bukan kayu seperti rotan, jernang, gaharu, tanaman obat-obatan, madu hutan, wisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan lainnya.
Balai TNBT terus melakukan upaya-upaya perlindungan dan pengamanan, pembinaan kepada masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar hutan, pembinaan habitat satwa, berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) terkait dalam rangka mempertahankan keutuhan kawasan dan optimalisasi fungsi kawasan.
Academic/Perguruan Tinggi, Business/Korporasi (Dunia Usaha), Goverment (Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah), Community(Masyarakat Global, Nasional, Lokal dan Indigenous) tergabung dalam NGO/LSM ataupun secara perseorangan adalah mitra kami dalam rangka mewujudkan “Masyarakat Sejahtera Hutan Lestari”.
Rencana Strategis Pengelolaan TNBT
Balai TNBT dalam tugasnya melakukan pengawasan dan pengendalian berdasarkan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) pada rencana strategis (renstra) Balai TNBT. Fokus target dan sasaran pada Renstra Balai TNBT mencakup menciptakan kemantapan kawasan TNBT, pengelolaan kawasan dan kolaborasi pengelolaan dengan stakeholder terkait, peningkatan kapasitas personil, meningkatkan upaya perlindungan dan konservasi harimau sumatera dan pembinaan masyarakat tradisional.
Optimalisasi program pemberdayaan masyarakat, pengembangan pemanfaatan Hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan potensi wisata alam serta jasa lingkungan lainnya.
Sementara itu, indikator kinerja kegiatan sesuai dengan rencana strategis Balai TNBT Tahun 2020 – 2024 meliputi: luas kawasan hutan yang diinventarisasi dan diverifikasi dengan nilai keanekaragaman tinggi secara partisipatif; jumlah unit kawasan konservasi yang dilakukan pemantapan (prakondisi) status dan fungsi.
Indikator lainnya: Jumlah simpul data keanekaragaman hayati yang dikembangkan; jumlah desa di kawasan konservasi yang mendapatkan akses pemanfaatan kawasan konservasi dan peningkatan usaha ekonomi produktif; luas area terbuka di kawasan konservasi yang ditangani; jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan efektivitas pengelolaannya.
Peran Masyarakat
Agar seluruh indikator dan target pencapaian itu bisa terpenuhi, pemerintah membutuhkan peran serta dan dukungan aktif masyarakat, termasuk pelaku usaha swasta, untuk turut aktif dalam menjaga kondisi alam, khususnya yang berada di sekitar Kawasan Taman Nasional. Peran aktif yang diharapkan salah satunya adalahmelalui kerja samapenguatan fungsi, pembangunan strategis dan kemitraan konservasi.
Saat ini Balai TNBT telah melakukan kerja sama dengan beberapa pihak, terdiri atas: kerja sama Kemitraan Konservasi dengan 10 Kelompok Tani Hutan (KTH) masyarakat asli (Indigenous)dan lokal; kerja sama penguatan fungsi melibatkan Pemerintah Daerah, Yayasan/ LSM Lokal maupun Internasional, dan dengan badan usaha (milik negara dan swasta).
Kerja sama dengan badan usaha swasta diantara dengan PT Lestari Asri Jaya (LAJ) yang telah terbangun sejak 2018, meliputi penguatan fungsi dalam rangka mendukung pengelolaan taman nasional dengan ruang lingkup perlindungan Kawasan, pengawetan flora dan fauna, pemulihan ekosistem, danpemberdayaan masyakarat.
Tangkapan rekaman keluarga harimau pada Maret lalu merupakan hasil dari kegiatan pemantauan satwaliar dalam rangka pengawetan flora dan fauna yang dilakukan bekerjasama dengan Perusahaan tersebut.
Kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai pihak tersebut sangat positif dalam upaya perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari dari TNBT.Para Mitra TNBT mendukung penuh terhadap keutuhan kawasan melalui implementasi program/kegiatan yang telah disetujui dan ditetapkan bersama sesuai dengan ruang lingkup kerja sama.
Selain satwa, terdapat juga flora unik dan langka seperti jenis Rafflesia (Rafflesia hasseltii) dan Salo / Daun Sang Gajah (Johannesteijsmannia altifrons).Tumbuhan Salo merupakan jenis palem yang memerlukan karakteristik tempat hidup tertentu dan hidup berkelompok di Lereng bukit. Tanah porous, kaya hara dari tumpukan seresah diperlukan Salo untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Populasi Salo teridentifikasi di beberapa lokasi di dalam kawasan TNBT namun keberadaannya cukup terancam akibat pemanfaatan berlebihan oleh masyarakat dan kebakaran hutan.
Masyarakat sekitar biasa memanfaatkan tanaman Salo sebagai atap atau dinding pondok.Untuk mengurangi keterancaman tanaman Salo akibat pengambilan tanaman yang tidak lestari, Balai TNBT melakukan upaya penyebaran informasi melalui penyuluhan/sosialisasi dilakukan oleh petugas didukung dengan kegiatan monitoring atau pemantauan secara berkala.
Tantangan yang dihadapi oleh Balai TNBT antara lai; masih ada kegiatan pengambilan kayu dan perambahan kawasan oleh masyarakat untuk kebutuhan lahan budidaya dan pembangunan sarana dan prasarana tinggal. Seringkali masyarakat perambah beralasan bahwa batas kawasan TN yang tidak jelas mengakibatkan mereka tidak tahu bahwa mereka berada di dalam kawasan konservasi.
Ancaman lain adalah dari pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di sekitar kawasan sehingga memunculkan pemukiman-pemukiman baru dan jaringan jalan baru termasuk di dalam kawasan. Juga adanya persepsi di masyarakat bahwa kawasan TNBT lebih luas dari kawasan budidaya dan dipersepsikan sebagai lahan produktif bukan sebagai wilayah penyangga kehidupan.
Di sisi lainnya masyarakat di sekitar kawasan TNBT sebagian besar masih tergolong miskin sementara potensi sumber daya alam TNBT belum terasa manfaatnya secara langsung oleh masyarakat setempat.
Menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Balai TNBT membutuhkan dukungan dan partisipasi aktif masyarakat dan badan usaha di sekitar kawasan konservasi. Salah satunya melalui kerja sama penguatan fungsi, program CSR (Corporate Social Responsibility) serta program Community Development.
Diharapkan dengan berbagai kolaborasi yang terbangun, kawasan TNBT tidak hanya mampu menjamin ketersediaan habitat yang aman dan nyaman bagi sang raja rimba Harimau Sumatera untuk hidup dan bekembang biak, namun potensi-potensi SDA kawasan TNBT dapat dikelola dengan optimal dan lestari untuk kesejahteraan masyarakat, karena konservasi tidak bisa berjalan sendiri.
Kepala Balai Taman Nasional Bukit Tigapuluh
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) merupakan salah satu satwayang dilindungi dan satwa yang sangat terancam punah/kritis. “Sang Raja Rimba Top Predator Sumatera” ini populasinya semakin menurun dan terancam punah.
Mengingat nasibnya yang di ujung tanduk dan ancaman kepunahan, maka upaya terhadap penyelamatan satwa ini menjadi sangat mendesak dilakukan. Upaya dalam mengatasi ancaman kepunahan Harimau Sumatera oleh Pemerintah dilakukan bersama dengan mitra melalui penegakan hukum. Selain itu dilakukan pula survei pemantauan harimau beserta satwa mangsa, patroli pengamanan bentang alam kawasan dan kampanye pelibatan masyarakat.
Hal lain yang sangat penting adalah pembinaan habitat harimau dan satwa pakan yang memungkinkan hewan ini tidak kesulitan mencari makanan, bermain, dan yang lebih penting lagi untuk berkembang biak. Apabila hal ini tidak diperhatikan maka generasi mendatang hanya bisa mendengar namanya saja.
Untuk mengetahui dan memantau populasi harimau sumatera ini bukan perkara mudah. Meskipun puluhan kamera (camera trap) dipasang, namun kehadiran hewan ini memang sulit. Langkah yang paling mudah saat ini adalah dengan menjaga rantai makanan di tempat 'raja rimba' ini tinggal.
Salah satu kawasan yang menjadi tempat tinggal harimau Sumatera ini adalah Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT). Baru-baru ini, keberadaan satwa yang terancam punah tersebut terekam di salah satu camera trap yang dipasang pada 2020 lalu. Kamera berhasil merekam satu ekor harimau, yang diduga sebagai induk. Saat terekam kamera, harimau tersebut sedang beristirahat sambil bermain-main dengan dua ekor anak harimau yang aktif dan terlihat sehat.
Gambar ini sungguh membuat kami senang, bahagia dan bangga. Hal tersebut menunjukkan bahwa habitat masih terjaga dengan baik, serta ketersediaan pakan cukup sehingga satwa dapat berkembang biak dengan baik.
Keberadaan TNBT dan sejumlah kawasan konservasi lainnya, sangatlah penting. Tidak hanya menjadi kawasan tempat tinggal satwa, taman nasional juga memiliki berbagai fungsi vital dalam mendukung kehidupan manusiayang terdapat di dalam dan sekitarnya.
Di antara fungsi-fungsi tersebut adalah:perlindungan sistem penyangga kehidupan (sumber dan tata air dan udara yang bersih), pengawetan materi genetic dari beragam jenis tumbuhan dan satwa liar, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnyaberupa hasil hutan bukan kayu seperti rotan, jernang, gaharu, tanaman obat-obatan, madu hutan, wisata alam dan pemanfaatan jasa lingkungan lainnya.
Balai TNBT terus melakukan upaya-upaya perlindungan dan pengamanan, pembinaan kepada masyarakat yang berada di dalam dan di sekitar hutan, pembinaan habitat satwa, berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) terkait dalam rangka mempertahankan keutuhan kawasan dan optimalisasi fungsi kawasan.
Academic/Perguruan Tinggi, Business/Korporasi (Dunia Usaha), Goverment (Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah), Community(Masyarakat Global, Nasional, Lokal dan Indigenous) tergabung dalam NGO/LSM ataupun secara perseorangan adalah mitra kami dalam rangka mewujudkan “Masyarakat Sejahtera Hutan Lestari”.
Rencana Strategis Pengelolaan TNBT
Balai TNBT dalam tugasnya melakukan pengawasan dan pengendalian berdasarkan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) pada rencana strategis (renstra) Balai TNBT. Fokus target dan sasaran pada Renstra Balai TNBT mencakup menciptakan kemantapan kawasan TNBT, pengelolaan kawasan dan kolaborasi pengelolaan dengan stakeholder terkait, peningkatan kapasitas personil, meningkatkan upaya perlindungan dan konservasi harimau sumatera dan pembinaan masyarakat tradisional.
Optimalisasi program pemberdayaan masyarakat, pengembangan pemanfaatan Hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan potensi wisata alam serta jasa lingkungan lainnya.
Sementara itu, indikator kinerja kegiatan sesuai dengan rencana strategis Balai TNBT Tahun 2020 – 2024 meliputi: luas kawasan hutan yang diinventarisasi dan diverifikasi dengan nilai keanekaragaman tinggi secara partisipatif; jumlah unit kawasan konservasi yang dilakukan pemantapan (prakondisi) status dan fungsi.
Indikator lainnya: Jumlah simpul data keanekaragaman hayati yang dikembangkan; jumlah desa di kawasan konservasi yang mendapatkan akses pemanfaatan kawasan konservasi dan peningkatan usaha ekonomi produktif; luas area terbuka di kawasan konservasi yang ditangani; jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan efektivitas pengelolaannya.
Peran Masyarakat
Agar seluruh indikator dan target pencapaian itu bisa terpenuhi, pemerintah membutuhkan peran serta dan dukungan aktif masyarakat, termasuk pelaku usaha swasta, untuk turut aktif dalam menjaga kondisi alam, khususnya yang berada di sekitar Kawasan Taman Nasional. Peran aktif yang diharapkan salah satunya adalahmelalui kerja samapenguatan fungsi, pembangunan strategis dan kemitraan konservasi.
Saat ini Balai TNBT telah melakukan kerja sama dengan beberapa pihak, terdiri atas: kerja sama Kemitraan Konservasi dengan 10 Kelompok Tani Hutan (KTH) masyarakat asli (Indigenous)dan lokal; kerja sama penguatan fungsi melibatkan Pemerintah Daerah, Yayasan/ LSM Lokal maupun Internasional, dan dengan badan usaha (milik negara dan swasta).
Kerja sama dengan badan usaha swasta diantara dengan PT Lestari Asri Jaya (LAJ) yang telah terbangun sejak 2018, meliputi penguatan fungsi dalam rangka mendukung pengelolaan taman nasional dengan ruang lingkup perlindungan Kawasan, pengawetan flora dan fauna, pemulihan ekosistem, danpemberdayaan masyakarat.
Tangkapan rekaman keluarga harimau pada Maret lalu merupakan hasil dari kegiatan pemantauan satwaliar dalam rangka pengawetan flora dan fauna yang dilakukan bekerjasama dengan Perusahaan tersebut.
Kolaborasi dan kerja sama dengan berbagai pihak tersebut sangat positif dalam upaya perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari dari TNBT.Para Mitra TNBT mendukung penuh terhadap keutuhan kawasan melalui implementasi program/kegiatan yang telah disetujui dan ditetapkan bersama sesuai dengan ruang lingkup kerja sama.
Selain satwa, terdapat juga flora unik dan langka seperti jenis Rafflesia (Rafflesia hasseltii) dan Salo / Daun Sang Gajah (Johannesteijsmannia altifrons).Tumbuhan Salo merupakan jenis palem yang memerlukan karakteristik tempat hidup tertentu dan hidup berkelompok di Lereng bukit. Tanah porous, kaya hara dari tumpukan seresah diperlukan Salo untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Populasi Salo teridentifikasi di beberapa lokasi di dalam kawasan TNBT namun keberadaannya cukup terancam akibat pemanfaatan berlebihan oleh masyarakat dan kebakaran hutan.
Masyarakat sekitar biasa memanfaatkan tanaman Salo sebagai atap atau dinding pondok.Untuk mengurangi keterancaman tanaman Salo akibat pengambilan tanaman yang tidak lestari, Balai TNBT melakukan upaya penyebaran informasi melalui penyuluhan/sosialisasi dilakukan oleh petugas didukung dengan kegiatan monitoring atau pemantauan secara berkala.
Tantangan yang dihadapi oleh Balai TNBT antara lai; masih ada kegiatan pengambilan kayu dan perambahan kawasan oleh masyarakat untuk kebutuhan lahan budidaya dan pembangunan sarana dan prasarana tinggal. Seringkali masyarakat perambah beralasan bahwa batas kawasan TN yang tidak jelas mengakibatkan mereka tidak tahu bahwa mereka berada di dalam kawasan konservasi.
Ancaman lain adalah dari pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di sekitar kawasan sehingga memunculkan pemukiman-pemukiman baru dan jaringan jalan baru termasuk di dalam kawasan. Juga adanya persepsi di masyarakat bahwa kawasan TNBT lebih luas dari kawasan budidaya dan dipersepsikan sebagai lahan produktif bukan sebagai wilayah penyangga kehidupan.
Di sisi lainnya masyarakat di sekitar kawasan TNBT sebagian besar masih tergolong miskin sementara potensi sumber daya alam TNBT belum terasa manfaatnya secara langsung oleh masyarakat setempat.
Menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Balai TNBT membutuhkan dukungan dan partisipasi aktif masyarakat dan badan usaha di sekitar kawasan konservasi. Salah satunya melalui kerja sama penguatan fungsi, program CSR (Corporate Social Responsibility) serta program Community Development.
Diharapkan dengan berbagai kolaborasi yang terbangun, kawasan TNBT tidak hanya mampu menjamin ketersediaan habitat yang aman dan nyaman bagi sang raja rimba Harimau Sumatera untuk hidup dan bekembang biak, namun potensi-potensi SDA kawasan TNBT dapat dikelola dengan optimal dan lestari untuk kesejahteraan masyarakat, karena konservasi tidak bisa berjalan sendiri.
(ynt)