Biarkan Rakyat Mengurus Moralnya Sendiri

Rabu, 21 April 2021 - 12:46 WIB
loading...
A A A
Kebijakan tersebut seperti mempertontonkan kebanalan dalam memaknai iman dan religiusitas. Diskriminatif dan “merendahkan” kualitas iman serta akal sehat warganya sendiri. Keimanan warga muslim Kota Serang seolah sangat tipis sehingga terganggu dengan kehadiran makanan dan minuman yang dijual di warung makan. Hingga mendorong pemkot untuk melindunginya.

Di tengah situasi sulit karena dampak pandemi Covid-19, rakyat kecil yang mencari nafkah dengan membuka warung makan, justru dipaksa tutup. Padahal sudah bagus, mereka tidak menyusahkan pemerintah. Di sisi lain, rasa ketidakadilan jadi terusik melihat “mini market” dan sejenisnya masih bisa berjualan, termasuk menjual makanan dan minuman di siang hari.

Pada saat yang sama, sebenarnya masih banyak hal yang dapat dikaitkan dengan aspek keimanan dan religiusitas yang sepatutnya diurus oleh Pemkot Serang, tanpa harus memasuki ranah pribadi warganya. Misalnya, memastikan tata kelola pemerintahan yang bersih, merumuskan dan menjalankan program peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Semua itu bagian dari pengejawantahan keimanan dan religiusitas yang lebih bermakna dan bermanfaat buat masyarakat. Ironisnya, pada saat Pemkot Serang sedang galak menata moralitas warganya, pada saat yang sama jajaran pejabatnya sedang menghadapi kasus hukum dan moralitas. Beberapa pejabat pemkot dan anak Walikota Serang Safrudin sedang diperiksa Kejaksaan Agung terkait dengan dugaan gratifikasi. Itulah ironi dan kontradiksi dalam masyarakat kita.

Layaknya kultur dan norma social masyarakat Inggris pada era Victoria. Moralitas diagung-agungkan, namun pada saat yang sama, kemunafikan juga terjadi di mana-mana. Terutama di kalangan atas dan para penguasa.

Maraknya isu intervensi negara dalam kehidupan beragama dan ranah privat warganya, justru melahirkan hal kontraprodukif. Menciptakan konflik, menguatkan intoleransi, dan mengganggu fondasi kebangsaan. Fenomena di Pemkot Serang, ibarat gunung es. Di luar Serang, banyak pemerintah daerah menerapkan kebijakan serupa.

Dikutip dari BBC News, Michael Buehler, dosen perbandingan politik di SOAS University of London dalam buku Politics of Shari’a Law, hasil penelitian selama 1999-2014, menemukan 443 perda syariah di Indonesia. Data lainnya diungkap Syafuan Rozi dan Nina Andriana, dalam “Politik Kebangsaan dan Potret Perda Syariah di Indonesia: Studi Kasus Bulukumba dan Cianjur”, menyebutkan perda bernuansa agama (Islam dan Kristen) ditemukan di 24 provinsi (72,72%) selama periode 1999-2009.

Lantas, apakah penerapan perda bernuansa agama itu membuahkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat? Nampaknya tidak juga. Justru kontroversi yang lebih mengemuka. Merujuk pada Mohammad Sobary, iman itu inklusif, sedang agama harus dan selayaknya ekslusif.

Banyak sekali manusia beragama, tapi tidak beriman. Sedangkan tidak sedikit yang tidak beragama, atheis dalam praksisnya, tetapi beriman. Memang, idealnya, dua-duanya, beragama sekaligus beriman. Tapi hal ini membutuhkan pergulatan terus-menerus seumur hidup.

Dalam konteks itu, sebagai negara yang didirikan atas dasar Pancasila, bukan mendasarkan pada agama. Negara perlu hadir dalam praktik keberagamaan warga negaranya untuk memberikan pelayanan terbaik bagi rakyat dalam menjalankan agama dan keyakinannya, sekaligus memastikan tidak adanya diskriminasi apalagi intervensi dan persekusi iman. Selamat menjalankan ibadah puasa!
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Revitalisasi Paradigma...
Revitalisasi Paradigma Trilogi Kerukunan untuk Kebutuhan Umat Saat ini
Pendidikan Indonesia,...
Pendidikan Indonesia, ke Mana?
Paradoks Pendidikan:...
Paradoks Pendidikan: Melahirkan Cendekia, Menumbuhkan Koruptor
Pope Francis dan Dialog...
Pope Francis dan Dialog Antaragama untuk Perdamaian
Mitigasi Daerah dalam...
Mitigasi Daerah dalam Efisiensi APBN
Memotret Kebijakan Palestina...
Memotret Kebijakan Palestina dan Urgensi Harmoni Sosial dalam Perspektif Global
Mengembalikan Kemuliaan...
Mengembalikan Kemuliaan Nuzulul Qur'an dengan Kesalehan Ritual dan Sosial
Profil Yoshinori Ohsumi,...
Profil Yoshinori Ohsumi, Peneliti Jepang yang Mendapat Nobel setelah Meneliti Manfaat Puasa
Ucapkan Selamat Puasa...
Ucapkan Selamat Puasa Ramadan, Trump Jamin Kebebasan Beragama
Rekomendasi
Charles Honoris Dilantik...
Charles Honoris Dilantik Jadi Ketum Pordasi DKI Jakarta, Target Juara Umum Berkuda di PON 2028
David Singleton Ditunjuk...
David Singleton Ditunjuk Jadi Pelatih Timnas Basket Indonesia, Apa Targetnya?
Pelajar Indonesia Harumkan...
Pelajar Indonesia Harumkan Nama Bangsa di Asia Youth International Model United Nations 17th
Berita Terkini
Prabowo Ajak Negara...
Prabowo Ajak Negara OKI Bela Palestina secara Nyata: Jangan Sekadar Diskusi
Syahrul Yasin Limpo...
Syahrul Yasin Limpo Dijebloskan KPK ke Lapas Sukamiskin
Sahroni Nilai Aksi Premanisme...
Sahroni Nilai Aksi Premanisme dalam Dunia Usaha Harus Diberantas
Jokowi Merespons Meme...
Jokowi Merespons Meme Mahasiswi ITB tentangnya: Sudah Kebangetan
Paradigma Hak Asasi...
Paradigma Hak Asasi Manusia di Indonesia Berasaskan Pancasila
Jadi Presiden Uni Parlemen...
Jadi Presiden Uni Parlemen Negara OKI, Puan Janji Perjuangkan Kemerdekaan Palestina
Infografis
Prabowo: Yang Tidak...
Prabowo: Yang Tidak Mau Bekerja untuk Rakyat, Saya akan Singkirkan
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved