Penanganan Pandemi Corona, Mendagri: Kita Belajar Satu Sama Lain

Rabu, 20 Mei 2020 - 10:19 WIB
loading...
Penanganan Pandemi Corona, Mendagri: Kita Belajar Satu Sama Lain
Kemendagri meminta semia pihak bersatu dalam penanggulangan pandemi Covid-19. Pemerintah daerah harus belajar dari keberhasilan daerah atau negara lain. Foto/SINDOnews
A A A
BOGOR - Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) meminta semia pihak bersatu dalam penanggulangan pandemi Covid-19 atau virus Corona. Pemerintah daerah (pemda) harus belajar dari keberhasilan daerah atau negara lain dalam mencegah penyebaran Sars Cov-II.

(Baca juga: Indonesia Terserah, Bentuk Kekecewaan Tenaga Medis ke Pemerintah)

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan semua kelebihan dan kekurangan dalam penanganan pandemi Covid-19 yang dilakukan pihak lagi dipelajari. Di era modern, pandemi Covid-19 merupakan yang terluas cakupan wilayah, serta jumlah orang yang terinfeksi dan meninggal dunianya terbanyak.

"Ini barang baru. Sesuatu yang bagi bagi dunia, maka tidak ada negara yang betul-betul siap menghadapi ini," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, di Bogor, Rabu (20/5/2020).

Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Italia, Spanyol, Jerman, dan Inggris, pun tak luput dari pandemi Covid-19. Korban yang terjangkit virus Sars Cov-II dan meninggal dunia di negara-negara tersebut jauh lebih banyak daripada Indonsia.

"Kita belajar dari semua negara. Belajar satu sama lain dari keberhasilan dan kegagalan karena semua mencari format (terbaik). Kedua, ini wabah terluas dalam sejarah Indonesia modern semenjak 1945, semua provinsi harus saling belajar satu sama lain," tutur mantan Kapolri itu.

Pria asal Palembang itu mengatakan tidak perlu saling menyalahkan satu sama lain. Pemda bisa melihat perkembangan daerah lain, ada yang grafik jumlah kasusnya naik terus dan turun. Itu semua dipelajari agar menemukan formulasi yang tepat meredam penyebaran Sars Cov-II.

Krisis kesehatan karena pandemi Covid-19 ini bisa mengarah pada krisis multidimensi. Nantinya, bisa menjadi krisis kemanusiaan karena banyak orang yang meninggal. Tentu yang paling sudah terasa adalah menurunnya sektor perekonomian nasional.

"Kita tahu karena pembatasan-pembatasan yang terjadi, hotel, pariwisata, dan pabrik banyak yang tutup. Semua kegiatan melamban. Ini memberukan pukulan bagi semua negara. Ekonomi semua jatuh," ucap Tito.

Bahkan, ada yang perekonomiannya sudah minus. Indonesia saat ini masih lebih baik karena pertumbuhan ekonominya 2,97 persen. Tito mengakui sektor keuangan mengalami pukulan paling berat. Pendapatan pemerintah pusat turun drastis. Pendapatan yang kecil dan belanja tetap besar, maka defisit anggaran tak bisa dihindari.

Sektor industri, seperti perkebunan sawit, pariwisata, dan batubara, yang bisa menyumbang pendapatan besar sekarang jatuh. Menurut Tito, semua anggaran dipangkas.

"Kemendagri dari Rp3 triliun dipotong Rp1 triliun. Saya sampaikan kepada teman-teman jangan mengeluh. Ini semua keadaan baru. Semua Terpukul," pungkasnya.
(maf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1374 seconds (0.1#10.140)