Muslim Amerika dan Isu Palestina

Minggu, 14 Februari 2021 - 09:17 WIB
loading...
Muslim Amerika dan Isu Palestina
Imam Shamsi Ali. Foto/Istimewa
A A A
Shamsi Ali
Presiden Nusantara Foundation

Satu hal yang boleh jadi kurang dipahami oleh Saudara-Saudara Muslim kita di luar Amerika adalah bahwa bagi komunitas Muslim di Amerika masalah Palestina adalah masalah yang sensitif, dan sekaligus kompleks. Masalahnya bukan saja masalah global. Tapi sekaligus bisa menjadi isu domestik di Amerika.

Menyikapi isu Palestina bagi warga Muslim Amerika bagaikan makan buah simalakama. Maju kena, mundur juga kena. Dan karenanya pilihannya bisa maju dan siap dengan konsekuensinya. Tapi juga bisa mundur dan juga siap dengan konsekuensinya.

Hal pertama yang harus dipahami adalah bahwa masyarakat Yahudi pada tingkatan tertentu telah berhasil menjadikan isu Israel sebagai Isu Yahudi. Bahkan oleh sebagian, zionisme itu sendiri adalah agama Yahudi itu juga.

Baca juga: Tetap Berkomitmen Beri Dukungan, Palestina: Terima Kasih Indonesia


Konsekuensinya ketika komunitas Muslim menyampaikan resistensi kepada Israel atau kebijakan pemerintah Israel, maka resistensi itu akan dipahami sebagai kebencian kepada masyarakat Yahudi. Demikian pula ketika masyarakat Muslim mengeritik Zionisme maka hal itu bisa dipahami sebagai kritikan kepada masyarakat Yahudi.

Di Amerika, serangan kepada Yahudi, yang dikenal dengan anti semitisme, sudah disahkan oleh UU sebagai kejahatan (crime). Sehingga dengan sendirinya kritikan kepada Israel bisa dipahami sebagai anti semitisme yang dipahami sebagai tindakan kejahatan.

Sebaliknya bagi Komunitas Muslim Amerika, isu Palestina, khususnya Jerusalem dan Masjidil Aqsa, adalah masalah agama. Jerusalem adalah kota suci ketiga Umat Islam. Dan Masjid Al-Aqsa adalah “masraa” (tempat persinggahan Isra dan Mi’raj) Rasulullah SAW. Dan karenanya membiarkannya terjajah menjadi seolah membiarkan agama direndahkan oleh orang lain.

Dengan kenyataan seperti itu, komunitas Muslim Amerika mengambil sikap yang berhati-hati, imbang dan penuh perhitungan. Di satu sisi tetap membangun kekritisan dan resistensi kepada penjajahan dan kebijakan pemerintahan Israel yang seringkali penuh ketidakadilan dan represif. Namun di sisi lain sadar bahwa sikap itu boleh jadi membawa konskuensi yang kurang nyaman.

Hal lain yang menjadi pertimbangan bagi masyarakat Muslim adalah kenyataan bahwa secara domestik di Amerika masyarakat Yahudi banyak yang bersahabat, bahkan memberikan dukungan dan pembelaan bagi warga Muslim Amerika melawan Islamophobia yang meninggi.

Baca juga: RI Gelontorkan Rp. 32 Miliar untuk Bantu Palestina Hadapi Pandemi Covid-19


Kenyataan itu semakin jelas di zaman pemerintahan Donald Trump. Bahkan, terjadi sebuah paradoks nyata. Di satu sisi Donald Trump memberikan pembelaan kepada Yahudi Israel dengan mengakui Jerusalem sebagai Ibu kota, bahkan memindahkan Kedutaan Amerika ke Jerusalem. Tapi di sisi lain, dengan karakter Nazis (white supremacy) Yahudi banyak mendapat serangan di Amerika.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1396 seconds (0.1#10.140)