Muslim Amerika dan Isu Palestina

Minggu, 14 Februari 2021 - 09:17 WIB
loading...
A A A
Kenyataan dalam negeri Amerika itulah yang menjadikan komunitas Muslim dan Yahudi kemudian membangun relasi yang cukup baik. Kedua Komunitas mengalami tekanan yang luar biasa. Islamophobia dan Anti Semitisme sama-sama meninggi di zaman pemerintahan Donald Trump.

Bahkan, ada sebuah motto yang terbangun di antara kedua komunitas itu. Yaitu “fighting for one another”. Artinya masyarakat Muslim tidak tanggung-tanggung membela Yahudi saat diserang oleh anti Semitic. Dan masyarakat Yahudi juga tidak ragu-ragu membela warga Muslim saat diserang oleh para Islamophobik.

Itulah yang terjadi di tahun 2017 lalu. Saat itu Donald Trump mengeluarkan aturan yang sangat tidak populer, Muslim Ban. Pada saat itu saya memimpin demonstrasi besar-besaran bersama teman saya, Rabbi Marc Shcneier dan Russel Simmons (Hollywood figure) di Time Square dengan tema "Today I am a Muslim too".

Saya sendiri memang banyak terlibat dalam dialog Muslim-Yahudi ini sejak tragedi 9/11 di tahun 2001 lalu. Bahkan menulis buku “Sons of Abraham” bersama seorang Rabbi Schneier, serta keliling Amerika bahkan ke beberapa negara untuk mengkampanyekan pentingnya Dialog Yahudi-Muslim.

Satu contoh kolaborasi kami yang nyata adalah pemberhentian pelarangan penyembelian “halal dan kosher” oleh Konsil Eropa (European Council) di tahun 2013 lalu. Saat itu teman saya, Rabbi Schneier dan saya, ke Austria berbicara di Parlemen Austria tentang Halal dan Kosher. Kami diterima oleh tokoh-tokoh agama, dan juga para politisi di negara itu.

Kini buku yang kami berdua tulis itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Anak-Anak Ibrahim: isu-isu yang menyatukan dan memisahkan Yahudi dan Muslim”. Saat ini juga sedang diproses penerjemahannya ke dalam bahasa Arab, Hebrew, dan Rusia.

Intinya, permasalahan Palestina-Israel bagi kami warga Muslim Amerika akan terus disikapi secara kritis. Tapi semua itu tidak akan mengurangi upaya kami untuk terus membangun komunikasi dan dialog dengan masyarakat Yahudi. Tentu dengan pertimbangan bahwa baik kekritisan atau sebaliknya dialog bertujuan untuk mendukung kepentingan (interest) umat dan kemanusiaan secara umum.

Lalu, bagaimana menyikapi masalah Palestina yang nampaknya semakin suram belakangan ini? Apakah sikap imbang Komunitas Muslim itu justeru sejalan dengan keputusan sebagian negara-negara mayoritas Islam membangun hubungan dengan Israel?

Atau jangan-jangan memang masanya mencoba berpikir lebih jernih, jauh dari sikap emosi, dan melihat jika perjuangan untuk mendukung Palestina memerlukan alternatif lain?

Tunggu di tulisan selanjutnya! (Bersambung)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1466 seconds (0.1#10.140)