Vaksinasi sebagai Harapan dan Solusi

Jum'at, 22 Januari 2021 - 05:15 WIB
loading...
Vaksinasi sebagai Harapan...
Supriyadi (Foto: Istimewa)
A A A
Supriyadi
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

PADA awal Januari 2021, laju perkembangan Covid-19 di Indonesia mengalami lonjakan hingga mencapai 10.000 lebih kasus baru per hari. Dampak dari kenaikan tersebut memicu pemerintah pusat mengambil langkah cepat dengan melakukan pembatasan sosial di beberapa wilayah, termasuk wilayah Jawa dan Bali yang kasus hariannya cukup tinggi. Sementara populasi yang paling parah terkena dampak adalah orang tua, terutama mereka dengan penyakit penyerta dan sistem kekebalan yang lemah.

Vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap virus korona telah dimulai pada awal 2021. Tiga hal yang perlu dipersiapkan dalam vaksinasi ini yakni persediaan vaksin (penyimpanan dingin, distribusi, jarum suntik), tenaga kesehatan (pemberi vaksin, staf untuk mendokumentasikan) dan orang yang akan divaksinasi. Jika ada ketidaksesuaian, kegagalan tidak bisa dihindari.

Pada pertengahan 2020, langkah pertama untuk meredam meluasnya wabah diambil tindakan jangka pendek: kebersihan, karantina, dan isolasi. Langkah kedua yang ditempuh untuk mengurangi efek Covid-19 adalah pengembangan vaksin. Pendekatan ini bertujuan untuk memperkuat sistem imun agar komponen adaptifnya dapat menetralkan virus korona yang masuk tanpa memerlukan dukungan eksternal.

Cakupan dan Keberhasilan Vaksin
Program vaksinasi Covid-19 di Indonesia yang dimulai pada Januari 2021 ini menjadi oase baru dalam meredam pandemi yang hampir setahun belum menunjukkan penurunan nyata. Semua persiapan menjelang vaksinasi sudah dilakukan oleh pemerintah. Tiga juta dosis vaksin Sinovac sudah tiba di Indonesia. Sebanyak 1,2 juta dosis sudah didistribusikan ke 34 provinsi. Sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun sudah terbit.

Izin penggunaan darurat vaksin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) juga keluar sebelum vaksinasi dimulai pada 13 Januari 2021. Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting yang dilansir pada 22 Desember 2020 mencatat mayoritas warga (67%) tahu tentang rencana vaksinasi. Namun, baru 37% yang menyatakan bersedia divaksin. Sekitar 40% masih pikir-pikir, sedangkan ada 17% yang tegas menolak. Padahal, herd immunity (kekebalan kelompok) bisa dicapai jika 70% populasi diberi vaksin.

Bagaimana peluang keberhasilan program vaksinasi Covid-19? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika program ini ingin berjalan sesuai target. Ada lima faktor pendukung yang menentukan keberhasilan program tersebut. Pertama, vaksin yang digunakan harus aman dan mempunyai efektivitas minimal 60%.

Kedua, angka reproduksi virus rendah yang bisa diperoleh dengan melandaikan kurva, dengan melakukan strategi 3 T (Testing, Tracing, Treatment) dan 3 M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak) dengan optimal.

Ketiga adalah vaccine coverage atau seberapa banyak penduduk atau orang yang mau divaksin. Semakin banyak orang yang mau divaksin, semakin besar juga peluang terjadinya keberhasilan herd immnunity.

Keempat, peran serta dan kesadaran masyarakat melalui kampanye dan edukasi yang masif dan efektif. Kelima, dokumentasi hendaknya selalu dipantau waktu dan dosis terhadap setiap orang agar mendapatkan hasil yang optimal. Orang yang sudah divaksin juga tetap bisa tertular Covid-19 bila jeda penyuntikan pertama dan kedua terlalu cepat atau lambat. Jika nantinya dinyatakan jeda penyuntikan pertama dan kedua berjarak 14 hari, masyarakat harus mematuhinya karena hal tersebut merupakan syarat utama agar vaksin bekerja dengan baik untuk memunculkan antibodi.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2186 seconds (0.1#10.140)