Kasus Corona Masih Tinggi, Rumah Sakit Darurat Mendesak
loading...
A
A
A
Relawan Tim BantuWargaLaporCovid19 drTri Maharani menyimpulkan, situasi layanan kesehatan sudah genting. “Tanda-tanda kolaps layanan kesehatan sebenarnya sudah terindikasi sejak bulan September 2020, yang kemudian mereda pada periode pemberlakuan PSBB di Jakarta,” ujar dia, dari rilis yang dikutip MNC Portal Indonesia, kemarin.
LaporCovid19 menemukan bahwa sistem rujuk antarfasilitas kesehatan tidak berjalan dengan baik dan sistem informasi kapasitas rumah sakit tidak berfungsi. Banyak warga yang memerlukan penanganan kedaruratan kesehatan akibat terinfeksi Covid-19 tidak mengetahui harus ke mana.
Kondisi ini, lanjut Tri, diperparah dengan permasalahan sistem kesehatan yang belum kunjung diatasi, di antaranya keterbatasan kapasitas tempat tidur, minimnya perlindungan tenaga kesehatan dan tidak tersedianya sistem informasi kesehatan yang diperbarui secara real-time.
“Di sisi lain, pekerjaan rumah Menteri Kesehatan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kesehatan belum kunjung terlihat nyata. Hingga saat ini setidaknya 620 tenaga kesehatan meninggal akibat terpapar Covid-19,” katanya.
Dia mengingatkan, jika tidak segera diatasi, menurut Tri, akan semakin banyak warga yang meninggal hanya karena otoritas abai dalam memberikan hak atas layanan dan perawatan kesehatan.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengakui tingginya tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19, yakni mencapai 65,93% secara nasional 65,93%. Bahkan, 10 provinsi tingkat keterisiannya melebihi standar dari WHO.
“Hampir sebagian, ada kira-kira 10 provinsi yang mempunyai keterpakaian tempat tidur untuk Covid-19 ini di atas 60% dan 60% itu merupakan cut of point yang ditetapkan WHO untuk menjaga supaya lonjakan itu bisa teradaptasi ke rumah sakit,” ungkap Dante, dalam Webinar ‘Peran Stakeholder dalam Mendukung RS Menghadapi Lonjakan Kasus Covid-19’, kemarin.
Dia juga mengakui bed occupancy ratio (BOR) dari beberapa rumah sakit semakin tinggi. Dia melihat perlu dilakukan percepatan peningkatan BOR-nya. “Misalnya DKI Jakarta sampai saat ini 83%, Banten 79%, DI Yogyakarta 73%, dan seterusnya. Ini harus kita cermati bahwa penyediaan tempat tidur itu merupakan salah satu strategi yang harus kita pecahkan,” ungkap Dante.
Sementara itu, Koordinator RS Darurat Covid-19 Mayjen TNI dr Tugas Ratmono mengungkapkan tingkat hunian di rumah sakit darurat Covid-19 Wisma Atlet saat ini sebesar 82,73%.
(Baca juga: Kemenkes: Tingkat Keterisian RS Rujukan Covid-19 Capai 65,93% )
LaporCovid19 menemukan bahwa sistem rujuk antarfasilitas kesehatan tidak berjalan dengan baik dan sistem informasi kapasitas rumah sakit tidak berfungsi. Banyak warga yang memerlukan penanganan kedaruratan kesehatan akibat terinfeksi Covid-19 tidak mengetahui harus ke mana.
Kondisi ini, lanjut Tri, diperparah dengan permasalahan sistem kesehatan yang belum kunjung diatasi, di antaranya keterbatasan kapasitas tempat tidur, minimnya perlindungan tenaga kesehatan dan tidak tersedianya sistem informasi kesehatan yang diperbarui secara real-time.
“Di sisi lain, pekerjaan rumah Menteri Kesehatan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kesehatan belum kunjung terlihat nyata. Hingga saat ini setidaknya 620 tenaga kesehatan meninggal akibat terpapar Covid-19,” katanya.
Dia mengingatkan, jika tidak segera diatasi, menurut Tri, akan semakin banyak warga yang meninggal hanya karena otoritas abai dalam memberikan hak atas layanan dan perawatan kesehatan.
Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengakui tingginya tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19, yakni mencapai 65,93% secara nasional 65,93%. Bahkan, 10 provinsi tingkat keterisiannya melebihi standar dari WHO.
“Hampir sebagian, ada kira-kira 10 provinsi yang mempunyai keterpakaian tempat tidur untuk Covid-19 ini di atas 60% dan 60% itu merupakan cut of point yang ditetapkan WHO untuk menjaga supaya lonjakan itu bisa teradaptasi ke rumah sakit,” ungkap Dante, dalam Webinar ‘Peran Stakeholder dalam Mendukung RS Menghadapi Lonjakan Kasus Covid-19’, kemarin.
Dia juga mengakui bed occupancy ratio (BOR) dari beberapa rumah sakit semakin tinggi. Dia melihat perlu dilakukan percepatan peningkatan BOR-nya. “Misalnya DKI Jakarta sampai saat ini 83%, Banten 79%, DI Yogyakarta 73%, dan seterusnya. Ini harus kita cermati bahwa penyediaan tempat tidur itu merupakan salah satu strategi yang harus kita pecahkan,” ungkap Dante.
Sementara itu, Koordinator RS Darurat Covid-19 Mayjen TNI dr Tugas Ratmono mengungkapkan tingkat hunian di rumah sakit darurat Covid-19 Wisma Atlet saat ini sebesar 82,73%.
(Baca juga: Kemenkes: Tingkat Keterisian RS Rujukan Covid-19 Capai 65,93% )