Penjelasan Ahli Terkait Efikasi Vaksin Sinovac 65,3%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan hasil uji klinik fase 3 di Bandung vaksin Covid-19 dari Sinovac sebesar 65,3%. Lalu, apa maksud dari efikasi vaksin sebesar 65,3% tersebut?
(Baca juga: 14.060 Dosis Vaksin Covid-19 Sinovac Tiba di Kota Bekasi)
Pakar Imunisasi, dr Elizabeth Jane Soepardi mengatakan, untuk menentukan efikasi suatu vaksin, para peneliti dan pakar tidak sembarang dalam menentukan aturan. WHO memberikan syarat minimal efikasi vaksin sebesar 50%.
(Baca juga: Anwar Hafid: Vaksin Sinovac Jadi Harapan Baru Selamatkan Indonesia)
"Jadi artinya, dari 100 orang disuntik, minimal 50 orang kebal. Kenyataannya vaksin-vaksin Covid-19 ini mampu memiliki efikasi di atas 50%," ungkap Jane dalam keterangan yang diterima MNC Portal Indonesia, Selasa (12/1/2021).
"Ada yang keluar nilai efikasinya 78% di Brazil, ada yang sampai mendekati 90%, bahkan di atas 90%. Artinya, kita tidak usah pilih-pilih merek. Selama efikasi di atas 50% dan memperoleh izin penggunaan dari BPOM, sudah pasti aman, bermutu, serta berkhasiat," tambahnya.
(Baca juga: Memaknai Efikasi Vaksin Sinovac 65,3%)
Jane mengatakan oenilaian yang telah dikeluarkan oleh Badan POM terhadap efikasi dari vaksin Covid-19 adalah 65,3%, hal ini menunjukan vaksin ini diyakini mampu menurunkan penularan sebesar 65,3% dan lebih tinggi dari ketentuan WHO untuk efikasi minimal vaksin Covid-19.
Menurut Jane, tidak ada efikasi vaksin yang angkanya mencapai 100%. "Ada yang 78%, ada juga yang mencapai 90%," ujarnya.
"Ini artinya masih ada kemungkinan 10- 25% tertular penyakit. Tetapi sakitnya tidak berat dan tingkat infeksi juga akan turun drastis sehingga dapat mengurangi angka yang meninggal dan beban rumah sakit," jelas Jane.
Jane menyampakan, efikasi vaksin 65% tetap bermanfaat untuk perlindungan diri, keluarga dan orang lain. "Efikasi 65% ini masih lebih baik daripada tidak ada sama sekali perlindungan. Apalagi saat ini rumah sakit sudah semakin penuh. Kita butuh vaksin Covid-19 untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan menekan angka penularan virus," imbuhnya
Jane juga menerangkan, agar masyarakat tidak mengkhawatirkan efek setelah vaksinasi nantinya.
"Sebenarnya saat vaksin menghasilkan efek simpang yang ringan seperti kemerahan atau demam, itu termasuk vaksin yang aman. Itu bisa dipahami dengan di dalam tubuh vaksin itu bekerja, tubuh terangsang untuk membentuk antibodi," tuturnya.
"Jadi, kita jangan takut. Tapi untuk prinsip kehati-hatian, pemerintah sudah mengatur agar setelah divaksinasi nanti menunggu 30 menit, untuk mengetahui ada efek simpang atau tidak," tegasnya.
Dikarenakan nantinya vaksinasi Covid-19 disuntikan dua dosis dalam kurun waktu 14 hari, maka dJane mengingatkan agar semua peserta mengikuti aturan yang berlaku.
"Dan nanti diharapkan kerjasamanya. Kalau kita sudah terjadwal untuk vaksinasi, jangan membuat rencana untuk pergi. Itu sampai kita mendapat vaksinasi yang kedua, jangan sampai tidak lengkap. Karena 1 dosis itu tidak cukup," terangnya.
(Baca juga: 14.060 Dosis Vaksin Covid-19 Sinovac Tiba di Kota Bekasi)
Pakar Imunisasi, dr Elizabeth Jane Soepardi mengatakan, untuk menentukan efikasi suatu vaksin, para peneliti dan pakar tidak sembarang dalam menentukan aturan. WHO memberikan syarat minimal efikasi vaksin sebesar 50%.
(Baca juga: Anwar Hafid: Vaksin Sinovac Jadi Harapan Baru Selamatkan Indonesia)
"Jadi artinya, dari 100 orang disuntik, minimal 50 orang kebal. Kenyataannya vaksin-vaksin Covid-19 ini mampu memiliki efikasi di atas 50%," ungkap Jane dalam keterangan yang diterima MNC Portal Indonesia, Selasa (12/1/2021).
"Ada yang keluar nilai efikasinya 78% di Brazil, ada yang sampai mendekati 90%, bahkan di atas 90%. Artinya, kita tidak usah pilih-pilih merek. Selama efikasi di atas 50% dan memperoleh izin penggunaan dari BPOM, sudah pasti aman, bermutu, serta berkhasiat," tambahnya.
(Baca juga: Memaknai Efikasi Vaksin Sinovac 65,3%)
Jane mengatakan oenilaian yang telah dikeluarkan oleh Badan POM terhadap efikasi dari vaksin Covid-19 adalah 65,3%, hal ini menunjukan vaksin ini diyakini mampu menurunkan penularan sebesar 65,3% dan lebih tinggi dari ketentuan WHO untuk efikasi minimal vaksin Covid-19.
Menurut Jane, tidak ada efikasi vaksin yang angkanya mencapai 100%. "Ada yang 78%, ada juga yang mencapai 90%," ujarnya.
"Ini artinya masih ada kemungkinan 10- 25% tertular penyakit. Tetapi sakitnya tidak berat dan tingkat infeksi juga akan turun drastis sehingga dapat mengurangi angka yang meninggal dan beban rumah sakit," jelas Jane.
Jane menyampakan, efikasi vaksin 65% tetap bermanfaat untuk perlindungan diri, keluarga dan orang lain. "Efikasi 65% ini masih lebih baik daripada tidak ada sama sekali perlindungan. Apalagi saat ini rumah sakit sudah semakin penuh. Kita butuh vaksin Covid-19 untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan menekan angka penularan virus," imbuhnya
Jane juga menerangkan, agar masyarakat tidak mengkhawatirkan efek setelah vaksinasi nantinya.
"Sebenarnya saat vaksin menghasilkan efek simpang yang ringan seperti kemerahan atau demam, itu termasuk vaksin yang aman. Itu bisa dipahami dengan di dalam tubuh vaksin itu bekerja, tubuh terangsang untuk membentuk antibodi," tuturnya.
"Jadi, kita jangan takut. Tapi untuk prinsip kehati-hatian, pemerintah sudah mengatur agar setelah divaksinasi nanti menunggu 30 menit, untuk mengetahui ada efek simpang atau tidak," tegasnya.
Dikarenakan nantinya vaksinasi Covid-19 disuntikan dua dosis dalam kurun waktu 14 hari, maka dJane mengingatkan agar semua peserta mengikuti aturan yang berlaku.
"Dan nanti diharapkan kerjasamanya. Kalau kita sudah terjadwal untuk vaksinasi, jangan membuat rencana untuk pergi. Itu sampai kita mendapat vaksinasi yang kedua, jangan sampai tidak lengkap. Karena 1 dosis itu tidak cukup," terangnya.
(maf)