Tahun 2021: Optimisme vs Pesimisme (Bagian-01)

Sabtu, 02 Januari 2021 - 21:28 WIB
loading...
A A A
Palestina dan Jerusalem khususnya juga semakin menghadapi realita yang kelam. Pengakuan Trump secara unilateral tentang Jerusalem sebagai Ibukota Israel dan memindahkan Kedutaan US ke Jerusalem adalah kesemena-menaan yang luar biasa. Pengakuan itu tidak saja melanggar berbagai resolusi PBB. Tapi juga melanggar hak-hak dasar bangsa Palestina yang seharusnya dilibatkan dalam semua proses yang terjadi.

Selama Donald Trump berkuasa di Amerika Palestina memang disisihkan seolah tidak ada (eksis). Bahkan Trump lebih memilih Saudi, Mesir. Bahrain atau Uni Emirat sebagai partner dalam menentukan hal-hal yang berkaitan dengan nasib bangsa Palestina. Sebuah pelecehan dan arogansi yang tidak dapat ditolerir.

Pada akhirnya yang cukup menyedihkan pula adalah keberhasilan Donald Trump melalui tangan kanannya meyakinkan (atau mengintimidasi dan/menyuap) beberapa negara Muslim untuk membangun hubungan diplomasi dengan Israel. Beberapa negara berhasil membangun relasi penuh dengan Israel. Di antaranya Uni Emirat, Bahrain, Sudan, Maroko, dan beberapa lainnya.

Hubungan diplomasi ini tentunya semakin melemahkan posisi Palestina dalam perundingan dengan Israel. Karena tidak adanya hubungan diplomasi antara dunia Islam dan Israel merupakan salah satu bentuk tekanan agar Israel memberikan kemerdekaan kepada bangsa Palestina. Maka dengan hubungan ini seolah negera-negara tersebut memberikan justifikasi atas penjajahan Israel atas bangsa Palestina.

Tentu kita juga tidak lupakan berbagai kekerasan yang menimpa Umat Islam di berbagai negara-negara mayoritas Muslim. Di Bangladesh para pemimpin jamaah Islamiyah, sebuah organisasi massa dan politik dibasmi. Di Mesir para Pemimpin dan aktivis IM dihabisi. Di Saudi Arabia ratusan bahkan ribuan ulama dan aktivis sedang di penjara.

Di Indonesia sendiri juga terjadi kekerasan-kekerasan kepada beberapa ulama dan aktivis Islam. Yang paling hangat adalah pembunuhan enam anggota dan aktivis FPI. Sekali lagi, seperti yang pernah saya sampaikan, terlepas dari kenyataan di lapangan di subuh hari itu, simpati atau tidak simpati dengan FPI, pembunuhan kepada kaum sipil tanpa ancaman yang pasti (imminent threat) tidak dibenarkan. Dan karenanya fakta tentang peristiwa ini harus dicari dan diselesaikan secara tuntas. Jika tidak maka akan menjadi catatan kelam dalam perjalanan sejarah bangsa ini.
(cip)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5306 seconds (0.1#10.140)