Pekerjaan Favorit Masa Depan

Sabtu, 26 Desember 2020 - 10:04 WIB
loading...
Pekerjaan Favorit Masa Depan
Kemampuan personal sangat dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja di masa depan. Alasannya, fungsi kemampuan dalam diri seseorang tidak bisa digantikan oleh teknologi. FOTO/KORAN SINDO
A A A
JAKARTA - Kemampuan personal sangat dibutuhkan dalam memasuki dunia kerja di masa depan . Alasannya, fungsi kemampuan dalam diri seseorang tidak bisa digantikan oleh teknologi. Namun, manusia perlu meningkatkan kemampuan dan kreativitasnya agar peran mereka tidak digantikan oleh mesin.

Berdasarkan data dari World Economic Forum (WEF), beberapa jenis profesi yang paling berpeluang besar pada tahun 2021 hingga 2022 adalah bidang konten, marketing (pemasaran), dan sales (penjualan) yang diprediksi tumbuh pesat. Angka peluang kerja di bidang ini akan naik sekitar 43,7% pada 2021 nanti.

Selain marketing dan sales, profesi di bidang engineering dan cloud computing (proses pengolahan data komputasi) akan sangat dibutuhkan dalam tiga tahun mendatang. Angka peluang kerja di bidang ini akan mengalami peningkatan mencapai 51,7% pada 2020. Diperkirakan angka tersebut bisa bertambah menjadi 91% pada 2022. Fokus bidang yang dibutuhkan dari profesi ini adalah devops engineer dan full stack engineer. Pekerjaan sebagai akuntan juga masih memiliki potensi besar di masa depan. ( )

Pengamat ketenagakerjaan, Payaman Simanjuntak mengungkapkan, sebenarnya bukan hanya masa depan, saat ini pun masih banyak perusahaan dan perorangan yang membutuhkan jasa seorang akuntan. "Keahlian akuntan dalam mengolah keuangan, menganalisis keuangan, dan membuat laporan pajak diprediksi angkanya bertambah hingga 80% di tahun-tahun mendatang," katanya di Jakarta, Jumat (25/12/2020).

Begitu juga dengan profesi teknik, peluangnya pun cukup menjanjikan. Sebab, selain banyaknya proyek pembangunan di masa depan, perkembangan teknologi pun berkembang semakin cepat. Oleh sebab itu, keahlian di bidang ini tentu sangat dibutuhkan. Contoh yang paling umum adalah pekerjaan sebagai tenaga ahli nanoteknologi, robotik, dan biokimia.

Direktur Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Mahatmi Parwitasari mengungkapkan, sejumlah pekerjaan yang akan dibutuhkan pada era kenormalan baru (new normal ) utamanya akan berorientasi pada bidang big data, digital, dan pengembangan aplikasi berbasis teknologi informasi. Semua akan masuk dalam bidang data dan digital.

"Beberapa skill akan tergantikan dengan kecerdasan buatan. Namun, banyak jenis usaha dan pekerjaan baru yang muncul, terutama yang berbasis internet of things (IT) dan big data. Proses digitalisasi membawa dunia bergerak dari old economy pada new economy," katanya saat dihubungi KORAN SINDO. ( )

Munculnya jenis-jenis pekerjaan baru di tahun mendatang tidak hanya dipengaruhi perkembangan zaman dan teknologi. Mahatmi menilai pandemi virus korona atau Covid-19 yang saat ini membawa wabah baru di banyak negara juga menambah kecepatan perubahan jenis pekerjaan di pasar tenaga kerja. "Pandemi Covid-19 membuat masyarakat maupun industri berada di tatanan kehidupan baru, misalnya sekarang dengan work from home," katanya.

Tidak hanya memunculkan jenis pekerjaan baru, new normal diperkirakan juga membuat dominasi pertumbuhan sektor usaha beralih. Proyeksinya, industri dengan pertumbuhan tinggi ke depan adalah teknologi informasi, telekomunikasi, retail, consumer goods, media, hiburan, dan informasi. Infrastruktur dan pembangunan kota, agrikultur, makanan, dan minuman, kesehatan, transportasi, distribusi energi baru terbarukan, automotif, dan jasa profesional juga ikut berkembang.

Mahatmi memproyeksikan, ada beberapa pekerjaan yang naik-turun untuk jangka waktu panjang sampai 2030 mendatang. Pada kurun waktu 2017 sampai 2020 pekerjaan yang tumbuh pesat adalah trainer, perawat, manajer keuangan, pengacara, analis, terapis, penasihat keuangan, sumber daya manusia (SDM), dan programmer, peningkatannya sendiri bisa mencapai 70%.

Adapun yang menurun adalah manajer administrasi, mekanik, tukang cetak, pengantar surat, sopir, petugas ekspedisi, dan pekerja pabrik. Untuk 2021 sampai 2025 jenis pekerjaan yang akan tumbuh adalah tenaga medis, analis data, manajer sistem informasi, konselor vokasi, hingga analis dampak lingkungan. Adapun pekerjaan yang turun permintaannya adalah resepsionis, tukang kayu, desainer tiga dimensi, teller bank, agen perjalanan, juru masak fast food, dan operator mesin. ( )

Pada 2026 sampai 2030 pekerjaan yang tumbuh adalah perancang, pemrogaman kecerdasan buatan, pengendali mesin otomatis, dan pembuat game online. Sementara pekerjaan seperti ahli las, staf akuntan, operator mesin, sopir truk, dan ahli mesin akan turun pada rentan tahun tersebut.

Di sisi lain, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Komisi IX yang membawahi bidang kesehatan dan ketenagakerjaan Kurniasih Mufidayati melihat revolusi industri yang diiringi digitalisasi akan memunculkan tren pekerjaan baru yang mungkin tidak pernah ada pada 10 tahun lalu. Pekerjaan baru ini dinilai akan lebih produktif dan bisa memberi kesempatan bagi pekerja selama dilengkapi dengan kemampuan teknis dan soft skill.

"Pekerjaan baru seperti app designer, social media manager, tidak hanya dilihat dari hard skill-nya saja tapi juga soft skill yang unggul. Misalnya pemecahan masalah, berpikir kritis, pengelolaan SDM, kreativitas dan lain-lainnya," sebut anggota DPR dari fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Selain itu, tren pekerjaan di masa mendatang lebih mengutamakan keahlian yang profesional. Kurniasih mengatakan, Indonesia harus benar-benar menyiapkan tenaga kerja dengan keahlian yang sesuai agar tidak terjadi ketidakseimbangan saat di lapangan. Hal ini agar bisa menjangkau adanya perubahan budaya kerja dan kehidupan pekerja, seperti adanya sistem otomatisasi yang saat ini sudah mulai diterapkan.

Terlebih, baru-baru ini McKinsey Indonesia memprediksi sebanyak 23 juta pekerjaan akan tergantikan dengan sistem otomatisasi. Namun, pengamat ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Tadjudin Nur Effendi menuturkan, proses otomatisasi ini baru sekitar 10% sampai 20%. Jadi, proses ini belum sepenuhnya bisa diterapkan di Indonesia. Terlebih, Indonesia memiliki bonus demografi yang bagus sehingga masih memiliki cukup tenaga kerja muda.

Melihat kondisi kerja yang terus berubah setiap waktunya, Tadjudin mengharapkan, tenaga kerja dalam hal ini SDM diharapkan bisa meningkatkan kualitas. Misalnya dari sisi kreativitas, inovasi, hingga kewirausahaan. Selain itu, pemerintah memiliki peran untuk mengubah beberapa kebijakan agar dapat menunjang kebutuhan pasar tenaga kerja ke depan.

"Seharusnya pemerintah juga sudah menyiapkan kompetisi baru melalui pelatihan kerja dari sisi skilling, re-skilling dan up-skilling untuk mengoptimalkan proses permagangan dan menambah pengalaman kerja. Selain itu, peningkatan soft skills dan produktivitas pekerjaan untuk mengoptimalkan proses kolaborasi antara dunia industri dan asosiasi untuk identifikasi kebutuhan kompetensi," sebutnya. (aprilia s andyna)
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1635 seconds (0.1#10.140)