Kesiapan Mental Hybrid Learning di Kampus
loading...
A
A
A
Kendatipun tidak perlu secara ketat sebagaimana yang diterapkan untuk para penumpang di bandara, ada baiknya kampus melakukan screening berlapis. Lapis kedua pemeriksaan dilakukan di unit-unit yang berada di dalam kampus. Setiap gedung menerapkan standar yang sama untuk mengucapkan welcome setiap orang yang datang. Ruangan yang disediakan untuk menerima tamu, aktivitas rapat, konsultasi, perkuliahan, praktik laboratorium telah didesain berbasis physical distancing. Jarak antarindividu diperhatikan dan kapasitas ruangan wajib di bawah 50%.(Baca Juga:Mahasiswa Harus Dipastikan Sehat Sebelum Mulai Kuliah Tatap Muka)
Durasi kegiatan di kampus pun juga perlu dibatasi, yakni cukup menempuh pertemuan untuk dua mata kuliah per hari. Waktu kegiatan berlangsung secara efisien dan efektif dalam komunikasi yang aman. Jeda antarwaktu kuliah juga seperlunya untuk menutup kemungkinan antarmahasiswa kongkow-kongkow dan berkerumun. Deindividuasi adalah sebuah situasi yang berpotensi menimbulkan bahaya tersendiri. Ketika mahasiswa saling bertemu, mereka akan cenderung reaktif dalam berkomunikasi secara sosial antarsatu dan lainnya. Acap kali mereka tak sadarkan diri beramai-ramai berkerumun, ringan membuka masker, dan menerjang prinsip physical distancing.
Memang ribet dan ribut, tetapi memasuki tahun baru 2021, menghadapi kebiasaan baru wajib hukumnya setiap orang memiliki kesiapan mental yang baik. Mental untuk tidak terlalu khawatir dengan keadaan. Mental tegar untuk siap berperilaku menjaga keselamatan diri dan orang lain. Berharap melalui HL, para mahasiswa, dosen, dan para tenaga pendidik tetap dalam keadaan sehat, tanpa harus kehilangan karakter sosial sebagai intelektual masa depan.
“Ada parsel di atas meja, aromanya segar menguat mengundang hati untuk lekas mencicipi isi”. HL adalah peluang dan tantangan yang tercipta agar kampus dan masyarakat lebih kuat untuk saling bersinergi dan saling membesarkan hati, demi eksis di masa pandemi. disiapkan, dilaksanakan, dan dievaluasi.
Durasi kegiatan di kampus pun juga perlu dibatasi, yakni cukup menempuh pertemuan untuk dua mata kuliah per hari. Waktu kegiatan berlangsung secara efisien dan efektif dalam komunikasi yang aman. Jeda antarwaktu kuliah juga seperlunya untuk menutup kemungkinan antarmahasiswa kongkow-kongkow dan berkerumun. Deindividuasi adalah sebuah situasi yang berpotensi menimbulkan bahaya tersendiri. Ketika mahasiswa saling bertemu, mereka akan cenderung reaktif dalam berkomunikasi secara sosial antarsatu dan lainnya. Acap kali mereka tak sadarkan diri beramai-ramai berkerumun, ringan membuka masker, dan menerjang prinsip physical distancing.
Memang ribet dan ribut, tetapi memasuki tahun baru 2021, menghadapi kebiasaan baru wajib hukumnya setiap orang memiliki kesiapan mental yang baik. Mental untuk tidak terlalu khawatir dengan keadaan. Mental tegar untuk siap berperilaku menjaga keselamatan diri dan orang lain. Berharap melalui HL, para mahasiswa, dosen, dan para tenaga pendidik tetap dalam keadaan sehat, tanpa harus kehilangan karakter sosial sebagai intelektual masa depan.
“Ada parsel di atas meja, aromanya segar menguat mengundang hati untuk lekas mencicipi isi”. HL adalah peluang dan tantangan yang tercipta agar kampus dan masyarakat lebih kuat untuk saling bersinergi dan saling membesarkan hati, demi eksis di masa pandemi. disiapkan, dilaksanakan, dan dievaluasi.
(bmm)