Tangkal Radikalisme dengan Perkuat Komunikasi dengan Ulama
loading...
A
A
A
Sementara itu, lanjut dia, kontra-radikalisasi di era keterbukaan informasi begitu kuat. Warga internet Indonesia termasuk yang dijadikan sasaran kelompok jaringan terorisme, digunakan menyebarkan paham yang diyakini benar. ”Karena kelompok mereka ini juga memanfaatkan teknologi menyebarkan teror, ini cara yang efektif,” kata mantan Kapolda Papua ini.
Dia mengatakan, informasi di dunia maya begitu banyak. Bahkan, digunakan anak muda Indonesia sebagai dasar menyiapkan aksi teror. Mulai dari membuat bom, termasuk menyerang dengan sebilah pisau.
Disebutkannya, saat ini pengguna internet lebih dari 100 juta. Pengguna media sosial akan bertambah, terlebih anak muda yang sedang mencari jati diri. Bila salah arah dan tanpa embinaan bisa ikut aksi terorisme.
"Kami kemudian membuat duta damai dunia maya dan pusat media damai. Yang mana mereka ini berbicara mengenai budi pekerti, budaya, dan jatidiri Indonesia,” alumni Akpol tahun 1988 ini..
Untuk itu, sambung dia, perlunya mendorong anak muda untuk melakukan bela negara. Langkah ini adalah sebuah kehormatan untuk menumbuhkan nasionalisme dan patriotisme. "Kita tidak menginginkan anak Indonesia terdampar, Nahdlatul Wathan bisa mengajak untuk waspada perjuangan atas nama agama namun destruktif," tandasnya.
Sementara itu, TGB HM Zainul Majdi berkisah, lokasi acara dikenal dengan Musala Al Abror, tempat pendiri Nahdlatul Wathan Maulanasyaikh TGKH M Zainuddin Abdul Madjid untuk perjuangan dan mendidik ilmu. ”Ini tempat penting perjalanan Nahdlatul Wathan, tidak hanya mendidik agama. Keislaman dan kebangsaan dua sisi dari satu mata uang. Menjadi muslim yang baik akan membangun negara,” katanya.
Murid-murid Maulanasyaikh, kata dia, bersemangat untuk meneruskan perjuangan. Diantaranya dengan mengokohkan Islam Wasathiyah, moderasi Islam, beragama yang proporsional. "Dalam perjalanan Nahdlatul Wathan ada budaya lokal diadopsi untuk mengokohkan nilai-nilai kebaikan," ujar mantan Gubernur NTB ini
Dia mengatakan, informasi di dunia maya begitu banyak. Bahkan, digunakan anak muda Indonesia sebagai dasar menyiapkan aksi teror. Mulai dari membuat bom, termasuk menyerang dengan sebilah pisau.
Disebutkannya, saat ini pengguna internet lebih dari 100 juta. Pengguna media sosial akan bertambah, terlebih anak muda yang sedang mencari jati diri. Bila salah arah dan tanpa embinaan bisa ikut aksi terorisme.
"Kami kemudian membuat duta damai dunia maya dan pusat media damai. Yang mana mereka ini berbicara mengenai budi pekerti, budaya, dan jatidiri Indonesia,” alumni Akpol tahun 1988 ini..
Untuk itu, sambung dia, perlunya mendorong anak muda untuk melakukan bela negara. Langkah ini adalah sebuah kehormatan untuk menumbuhkan nasionalisme dan patriotisme. "Kita tidak menginginkan anak Indonesia terdampar, Nahdlatul Wathan bisa mengajak untuk waspada perjuangan atas nama agama namun destruktif," tandasnya.
Sementara itu, TGB HM Zainul Majdi berkisah, lokasi acara dikenal dengan Musala Al Abror, tempat pendiri Nahdlatul Wathan Maulanasyaikh TGKH M Zainuddin Abdul Madjid untuk perjuangan dan mendidik ilmu. ”Ini tempat penting perjalanan Nahdlatul Wathan, tidak hanya mendidik agama. Keislaman dan kebangsaan dua sisi dari satu mata uang. Menjadi muslim yang baik akan membangun negara,” katanya.
Murid-murid Maulanasyaikh, kata dia, bersemangat untuk meneruskan perjuangan. Diantaranya dengan mengokohkan Islam Wasathiyah, moderasi Islam, beragama yang proporsional. "Dalam perjalanan Nahdlatul Wathan ada budaya lokal diadopsi untuk mengokohkan nilai-nilai kebaikan," ujar mantan Gubernur NTB ini
(dam)