Putus Penularan Covid-19, Penerapan 3M dan 3T Harus Berjalan Seiring
loading...
A
A
A
Peluncuran Kluster Filantropi Kesehatan ini digelar di sela-sela workshop “Menggali Potensi Filantropi untuk Andil Indonesia” yang digelar di Jakarta kemarin. Pada acara ini Filantropi Indonesia juga mengukuhkan dan mengenalkan PKMK FK-KMK UGM dan Yayasan TAHIJA sebagai koordinator Kluster Filantropi Kesehatan kepada para penggiat filantropi. (Baca juga: Bantuan Kuota Internet, Naidem Minta Kepsek Segera Unggah Surat Pernyataan)
Direktur Filantropi Indonesia Hamid Abidin menyatakan bahwa pembentukan Kluster Filantropi Kesehatan ini dinilai penting karena isu atau sektor kesehatan merupakan salah satu program yang banyak didukung oleh masyarakat, lembaga filantropi, maupun sektor swasta. Di sisi lain, kesehatan masih menjadi masalah utama di Indonesia yang membutuhkan banyak dukungan. Problem kesehatan ini menjadi lebih kompleks mana kala pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan ditetapkan sebagai bencana kesehatan.
“Di tengah krisis ekonomi dan pembatasan interaksi dan mobilitas karena kebijakan penanganan Covid-19, Filantropi (Indonesia) dituntut untuk membantu pemerintah dalam mendukung penanganan Covid-19 dan dampak sosialnya. Kluster Filantropi Kesehatan ini diharapkan bisa menjadi forum bersama bagi lembaga-lembaga filantropi untuk andil dalam Indonesia Sehat melalui kegiatan riset, berbagi informasi, meningkatkan kapasitas, melakukan advokasi kebijakan, serta mengembangkan kolaborasi dengan sektor lainnya,” kata Hamid Abidin. (Baca juga: Manfaat Produk Herbal untuk Ibu Hamil dan Menyusui)
Ketua PKMK FK-KMK UGM Prof Laksono Trisnantoro menambahkan bahwa filantropi kesehatan dibutuhkan karena kondisi sektor kesehatan di Indonesia berada dalam situasi ekonomi yang sulit, dalam konteks kemampuan pemerintah untuk mendanai sektor kesehatan. Tuntutan dan kebutuhan dukungan sumber daya untuk sektor kesehatan semakin meningkat manakala wabah Covid-19 melanda Indonesia. Walaupun pemerintah telah mengeluarkan dana kebencanaan dari APBN dan APBD untuk mendanai program pencegahan dan perawatan Covid-19, intervensi ini tentu masih akan belum cukup untuk menanggapi secara keseluruhan dikarenakan sifatnya yang kaku dan lambat sehingga sulit jika menanggapi perbedaan kondisi lapangan.
“Dengan semangat gotong-royong dan solidaritas yang meningkat di masyarakat pada masa pandemi Covid-19, filantropi memiliki peran yang besar dalam melengkapi kehadiran program pemerintah karena sifat aksinya yang fleksibel dan cepat,” kata Prof Laksono. (Lihat videonya: Angin Putig Beliung Rusak Sejumlah Rumah)
Sementara mantan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi yang tampil sebagai pembicara utama di peluncuran kluster itu memberikan saran mengenai beberapa fokus isu dan garapan Kluster Filantropi Kesehatan. Yang lebih penting lagi, filantropi juga perlu membantu penanganan Covid-19 karena pandemi ini tidak hanya berpengaruh pada sektor kesehatan, tapi juga seluruh sendi kehidupan masyarakat di Indonesia. “Kalau bicara tentang gerakan kesehatan masyarakat, kita tidak bisa menggantungkan pendanaan untuk program-program itu dari pemerintah, tapi perlu menggerakkan inisiatif dan dukungan masyarakat melalui filantropi,” tandasnya. (Binti Mufarida/Hendri Irawan)
Direktur Filantropi Indonesia Hamid Abidin menyatakan bahwa pembentukan Kluster Filantropi Kesehatan ini dinilai penting karena isu atau sektor kesehatan merupakan salah satu program yang banyak didukung oleh masyarakat, lembaga filantropi, maupun sektor swasta. Di sisi lain, kesehatan masih menjadi masalah utama di Indonesia yang membutuhkan banyak dukungan. Problem kesehatan ini menjadi lebih kompleks mana kala pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan ditetapkan sebagai bencana kesehatan.
“Di tengah krisis ekonomi dan pembatasan interaksi dan mobilitas karena kebijakan penanganan Covid-19, Filantropi (Indonesia) dituntut untuk membantu pemerintah dalam mendukung penanganan Covid-19 dan dampak sosialnya. Kluster Filantropi Kesehatan ini diharapkan bisa menjadi forum bersama bagi lembaga-lembaga filantropi untuk andil dalam Indonesia Sehat melalui kegiatan riset, berbagi informasi, meningkatkan kapasitas, melakukan advokasi kebijakan, serta mengembangkan kolaborasi dengan sektor lainnya,” kata Hamid Abidin. (Baca juga: Manfaat Produk Herbal untuk Ibu Hamil dan Menyusui)
Ketua PKMK FK-KMK UGM Prof Laksono Trisnantoro menambahkan bahwa filantropi kesehatan dibutuhkan karena kondisi sektor kesehatan di Indonesia berada dalam situasi ekonomi yang sulit, dalam konteks kemampuan pemerintah untuk mendanai sektor kesehatan. Tuntutan dan kebutuhan dukungan sumber daya untuk sektor kesehatan semakin meningkat manakala wabah Covid-19 melanda Indonesia. Walaupun pemerintah telah mengeluarkan dana kebencanaan dari APBN dan APBD untuk mendanai program pencegahan dan perawatan Covid-19, intervensi ini tentu masih akan belum cukup untuk menanggapi secara keseluruhan dikarenakan sifatnya yang kaku dan lambat sehingga sulit jika menanggapi perbedaan kondisi lapangan.
“Dengan semangat gotong-royong dan solidaritas yang meningkat di masyarakat pada masa pandemi Covid-19, filantropi memiliki peran yang besar dalam melengkapi kehadiran program pemerintah karena sifat aksinya yang fleksibel dan cepat,” kata Prof Laksono. (Lihat videonya: Angin Putig Beliung Rusak Sejumlah Rumah)
Sementara mantan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi yang tampil sebagai pembicara utama di peluncuran kluster itu memberikan saran mengenai beberapa fokus isu dan garapan Kluster Filantropi Kesehatan. Yang lebih penting lagi, filantropi juga perlu membantu penanganan Covid-19 karena pandemi ini tidak hanya berpengaruh pada sektor kesehatan, tapi juga seluruh sendi kehidupan masyarakat di Indonesia. “Kalau bicara tentang gerakan kesehatan masyarakat, kita tidak bisa menggantungkan pendanaan untuk program-program itu dari pemerintah, tapi perlu menggerakkan inisiatif dan dukungan masyarakat melalui filantropi,” tandasnya. (Binti Mufarida/Hendri Irawan)
(ysw)